Berikut ini lima fakta menarik dari film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.
1. Berlatar tahun 80-an
Sutradara film ini, Edwin, menampilkan film yang berlatar tahun 1980-an. Dia pun mengupayakan sejumlah cara untuk menghasilkan estetika sinema yang sesuai, salah satunya dengan penggunaan seluloid.
"Kebanyakan menggunakan medium pita seluloid 16mm. Bagi saya, 16 mm adalah representasi realita sehari-hari yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan dan ingatan saya terhadap periode 80/90an," ujar Edwin.
Namun, pita seluloid dikenal dengan harganya yang lebih mahal dibandingkan dengan medium digital. Bahkan, di Indonesia tidak ada lagi laboratorium dan distributor pita film 16mm.
"Segala pengerjaan laboratorium harus dikerjakan di Jepang. Sebuah pilihan yang tidak mudah mengingat segala sesuatunya juga harus dikerjakan dalam masa pandemi," ungkapnya.
2. Dipenuhi bintang film veteran
Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas dibintangi oleh pemeran film papan atas yang memiliki pengalaman luar biasa soal adu akting. Mereka adalah aktris Christine Hakim, Ayu Laksmi, Kiki Narendra, Yudi Ahmad Tajudin, Eduwart Manalu, Lukman Sardi, serta Cecep Arif Rahman.
Film ini juga dibintangi oleh bintang muda seperti Marthino Lio dan Ladya Cheryl. Selain itu, turut dibintangi Reza Rahadian, Ratu Felisha, Kevin Ardilova, dan Sal Priadi.
3. Bahas isu sensitif
Sutradara Edwin mengungkapkan, toxic masculinity menjadi fokus isu dalam film ini. Dia yang mengaku tumbuh besar di masa kejayaan rezim militer, serta mengetahui mitos mengenai heroisme dan kejantanan lelaki.
"Sangat familiar bagi saya. Kejantanan adalah tolok ukur kelelakian. Budaya toxic masculinity memaksa lelaki untuk tidak terlihat lemah," tutur Edwin.
Ia menekankan bahwa budaya toxic masculinity memaksa pria untuk tidak terlihat lemah di banding pria lainnya. Menurutnya, hal tersebut masih terjadi di Indonesia hingga hari ini, di tengah masyarakat yang seharusnya memiliki pemikiran demokratis dibandingkan tahun 1980-an.
"Saya melihat Indonesia berusaha keras mencoba untuk mengatasi rasa takutnya akan impotensi. Ketakutan yang membawa kita kembali ke budaya kekerasan yang dinormalisasi," paparnya.
4. Garapan Sutradara Terbaik FFI 2017
Film yang diadaptasi dari novel Eka Kurniawan ini disutradarai oleh Edwin. Dia merupakan peraih Piala Citra tahun 2017 untuk kategori penghargaan Sutradara Terbaik.
Pada film ini, Edwin menggambarkan kisah tentang Ajo Kawir (diperankan Marthino Lio), pria jagoan yang tak takut mati. Ia memiliki hasrat yang besar untuk bertarung dengan siapa pun. Hal itu didorong oleh rahasia, yakni dia impoten.
Kemudian, dia bertemu dengan perempuan bernama Iteung (diperankan oleh Ladya Cheryl) dan mereka bertarung. Ternyata, Ajo babak belur hingga jungkir balik. Mereka pun saling jatuh cinta. Namun, sejumlah permasalahan hidup menghantui mereka.
5. Pemenang festival film internasional
Film ini berhasil menyabet penghargaan Golden Leopard di Locarno Film Festival. Film ini juga berkeliling ke festival film berbagai negara, yakni di Toronto, Hamburg, Busan, London, dan masih banyak lagi. Lebih dari 30 festival disambangi oleh film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.
Selain itu, sebelum kembali pulang ke Indonesia, film ini didaulat sebagai pembuka Singapore International Film Festival pada 25 November. Sedangkan di bioskop Indonesia, film ini akan mulai ditayangkan pada 2 Desember 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
