Saat itu Indonesia mulai memproduksi film panjang pertamanya berjudul Darah dan Doa yang disutradarai oleh Usmar Ismail. Film ini sebagai awal tonggak perkembangan perfilman Indonesia.
Film Darah dan Doa menjadi perjalanan sejarah Indonesia, sebab film ini menjadi film pertama yang diproduksi secara mandiri oleh Perusahaan Produksi Film (Perfini), dan seluruh tim yang terlibat merupakan anak bangsa.
Baca Juga: 5 Film Indonesia yang Mengkritik Sistem Pendidikan, Wajib Ditonton! |
Perayaan Hari Film Nasional adalah momen penting bagi komunitas sineas Indonesia dalam bersatu dan merayakan keragaman dan kekayaan budaya yang dihasilkan oleh industri film nasional.
Perayaan Hari Film Nasional sering kali diisi dengan berbagai kegiatan, seperti pemutaran film klasik, diskusi panel, pemberian penghargaan kepada para sineas, dan juga kegiatan lainnya.
Hari Film Nasional tertuang dalam Keppres yang ditandatangani oleh Presiden RI Bacharuddin Jusuf Habibie (B. J. Habibie) pada 29 Maret 1999. Hari Film Nasional tidak termasuk dalam hari libur nasional.
Tema Hari Film Nasional 2025
Memperingati Hari Film Nasional ke-75 yang jatuh pada 30 Maret 2025, Badan Perfilman Indonesia (BPI) mengangkat tagline “Sejuta Kisah Satu Indonesia,” yang memiliki makna film adalah ruang kolaborasi bagi semua pihak, baik itu penonton, akademisi, industri, dan pemerintah untuk bersama-sama memperjuangkan kemajuan perfilman nasional.
Baca Juga: 6 Film Horor Indonesia Terlaris Sepanjang 2024 |
Tahun ini BPI merancang dua program utama, yakni Forum HFN dan Pasar Film Anak Muda. Selain itu, HFN juga akan memberikan apresiasi kepada sejumlah film yang menghibur dan memiliki pesan kebangsaan yang relevan.
Perayaan ini juga sebagai refleksi atas peran film sebagai media diplomasi budaya yang memperkenalkan Indonesia ke mancanegara. Perayaan HFN ke-75 tidak hanya merayakan pencapaian, tetapi juga mendorong hal baru untuk memperkuat ekosistem perfilman di era digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News