Mereka semua berterima kasih kepada Palari Films dan Netflix karena telah memberikan kesempatan untuk bermain serta merasakan perjuangan perempuan diaspora di Amerika Serikat. Happy Salma juga mengonfirmasi bahwa ini benar-benar terinspirasi dari kisah perempuan pejuang di sana.
“Ini benar-benar terinspirasi dari kisah nyata dan sudut pandang perempuan (imigran) itu juga sangat menarik,” cerita Happy Salma.
Nirina Zubir pun menceritakan seberapa dalam latar belakang karakter-karakter mereka delapan tahun sebelum bertemu Ali di film Ali & Ratu-Ratu Queens (2021). Ia juga senang bisa mengeksplorasi karakternya lebih jauh dibandingkan di film yang hanya sebagai pelengkap.
“Pas lagi reading pertama kali untuk seri ini kita pun merasa, 'Ya ampun. Ini ternyata deep banget ya.' Karena kita lihat sepintas tentang kami (para ratu) dan karakternya hanya untuk melengkapi dan menghibur (di film),” ujarnya.
Asri Welas mengatakan bahwa banyak orang bermimpi untuk bisa pergi bahkan kerja di Amerika Serikat. Namun, ia tidak mengesampingkan bagaimana kerja keras para imigran, khususnya perempuan, yang ada di sana. Ia mengaku kalau perjuangan para perempuan ini digambarkan melalui karakter Ratu-Ratu Queens: The Series.
baca juga:
|
“Mungkin ada sebagian orang yang melihat, ‘Enak banget tinggal di sana.’ Padahal gak semudah itu mereka mendapatkannya. Perlu kerja keras, perlu banyak banget pengorbanan,” tutur pemeran Biyah ini.
Lanjutnya, “kesulitan tinggal di sana (sebagai perempuan diaspora) itu betul-betul digambarkan oleh Palari Films dan Netflix. Kalau kerja kerasnya itu sampai berdarah-darah dan bisa nggak ada yang nolongin. Kamu beneran sendiri,”
Tika Panggabean pun berharap kalau serial ini bisa menginspirasi semua perempuan yang sedang bertahan ataupun yang ingin mencoba peruntungan di negeri orang lain.
“Kalau ada empat perempuan imigran Indonesia di Amerika (Serikat) yang bisa bertahan, mudah-mudahan ini memberikan inspirasi yang baik bagi perempuan-perempuan,” ungkapnya.
Sinopsis Ratu-Ratu Queens: The Series
Di sebuah apartemen di Queens, New York, empat perempuan Indonesia dengan latar belakang yang berbeda dan permasalahan hidup masing-masing bertemu dan harus belajar hidup bersama.
Ada Party (32), pelayan restoran yang berusaha menyeimbangkan pekerjaan dan mimpinya demi menafkahi keluarga di kampung; Chinta (35), yang terbiasa hidup enak tapi baru dicampakkan suaminya yang kaya raya; Ance (41), sopir taksi tegas sekaligus ibu tunggal tangguh yang bertekad mengarahkan putrinya, Eva (13), menuju masa depan lebih cerah; dan Biyah (35), pengembara penuh petualangan yang berjuang merebut kembali Van kesayangannya dari penagih utang agar bisa kembali menjelajahi Amerika.
Menggapai mimpi di kota yang tak pernah tidur memang bukan perkara mudah, tapi keempat perempuan ini menghadapi setiap tantangan dengan tawa, ketulusan, dan sedikit kekacauan. Jauh dari tanah kelahiran, mereka menemukan bahwa rumah sesungguhnya adalah di mana pun mereka bersama.
(Nyimas Ratu Intan Harleysha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News