Semasa Orde Baru, karya-karya Pramoedya dilarang pemerintah karena dianggap menyebarkan paham komunisme. Sambil menangis Hanung mencertitakan masa lalunya. Dia begitu gemar membaca karya Pram, tapi di saat yang bersamaan juga ketakutan. bagi Hanung dulu, karya Pram jadi semacam guilty pleasure.
"Di umur 17 tahun saya membaca Bumi Manusia karya Pramoedya sambil sembunyi-sembunyi karena takut ditangkap polisi,” katanya di Launching Poser Film Bumi Manusia di Epicentrum XXI, Jakarta, Rabu 19 Juni 2019.
Dia merasa terharu mendapat kesempatan untuk menyutradarai film dari sastrawan kesukaannya itu. Karena itu, film ini dipersembahkan untuk sastrawan yang meninggal pada 2006 itu.
"Ini adalah kebahagiaan bagi pak Pram. Saya siapa? Tidak ada. Saya beruntung untuk menjadi kepanjangan tangan untuk Pak Pram,” katanya.
Dia bersyukur anak-anak zaman sekarang bisa menikmati ide Pramoedya dengan tenang, tidak seperti dia. Dia mengajak anak-anak untuk membayangkan kembali ke zaman yang penuh represi.
“Saya tak pernah membayangkan karya Pak Pram bisa dinikmati oleh kalian semua. Novel ini muncul karena di depan pak Pram ada puluhan ratusan tahanan yang ditangkapa tanpa peradilan. Bayangkan itu, kalau kalian kehilangan bapak ibu karena punya ideologi,” katanya.
Bumi Manusia adalah film yang diangkat dari novel karya Pramoedya Ananta Toer. Buku ini menjadi buku pertama dari tetralogi karya Pramoedya. Buku ini ditulis oleh Pram di kertas bekas bungkusan semen ketika dia diasingkan di Pulau Buru bersama ribuan tahanan politik lainnya.
Film Bumi Manusia dibintangi Iqbaal Ramadhan, Mawar Eva De Jongh, Sha Ine Febriyanti, Ayu Laksmi, Donny Damara, dan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News