David Tahir Setiawan, sutradara film HOPE, menilai Pulau Sumba sebagai tempat yang indah. Namun sayangnya, masyarakat yang ada di sana belum mendapatkan keadilan yang tidak masuk akal.
"Karena saya merasa Sumba itu sangat indah, sangat banyak potensi, dan juga dimanfaatkan dengan orang asing. Mungkin orang asing mereka beli tanah, malah orang lokal nggak boleh pakai tanahnya. Jadi, itu nggak masuk akal," ujar David Tahir Setiawan kepada Medcom.id, di Senayan Park, Jakarta Pusat, pada Selasa, 8 Oktober 2024.
Kepedulian David Tahir Setiawan terhadap masyarakat Sumba pun dituangkan ke dalam film HOPE. Film ini menghadirkan secara nyata permasalahan masyarakat Sumba, seperti kawin paksa, perbudakan, hingga ketidaksetaraan gender.
"Jadi proses pembuatan filmnya itu kita sebetulnya, saya sendiri ada sebuah passion, sebuah panggilan. Pas saya pertama kali ke Sumba, saya merasa ini tempat itu sangat berpotensial," tutur David.
Salah satu hal yang menginspirasinya dalam membuat film HOPE adalah keinginan masyarakat untuk menempuh pendidikan. Menariknya, dalam film HOPE ditampilkan bahwa hanya anak laki-laki saja yang bisa sekolah, berbeda dengan anak perempuan yang hanya bisa mengurus pekerjaan rumah saja.
baca juga: Penonton Konser Slayer Meninggal, Diduga Akibat Terinjak-injak |
"Saya melihat siswa-siswi mereka itu sangat ingin sekali untuk belajar, untuk take education, tapi mereka tidak ada banyak peluang," jelas David.
"Dan saya juga riset lagi setelah saya pulang. Di situ ada masih banyak tradisi yang belum banyak orang tahu," lanjutnya.
Selain itu, David berencana untuk mengirimkan film HOPE ke festival nasional hingga Internasional. Namun agar bisa dilihat oleh masyarakat luas, film HOPE akan ditayangkan melalui saluran YouTube SAVID Media terlebih dahulu.
"Ya, film ini akan dikirim ke festival internasional dan juga nasional. Tapi mungkin untuk masyarakat yang luas, kita akan unggah ke YouTube biar bisa lebih gampang diakses," ujar David.
Film HOPE juga bekerja sama dengan sebuah organisasi non profit bernama Hope For Sumba. Itu adalah organisasi yang didirikan oleh David Tahir Setiawan untuk meningkatkan pendidikan masyarakat kurang mampu di Sumba.
"Kita kayak kasih barang, study materials (bahan belajar), kita kirim ke situ. Pas saya ke situ saya sendirian bawa buku-buku," ucap David.
"Dan juga saya pernah fundraising bikin scarf Hope for Sumba. Di situ saya fundraise, bisa dapat beberapa jumlah. Langsung kita kolaborasi dengan Unicef untuk mendonasi kepada mereka punya pekerjaan di Sumba," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News