Disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis serta diproduseri oleh Prakash Chugani, Deepak Chugani, dan Dilip Chugani, film ini menghadirkan pengalaman sinematik yang segar dan berbeda dari karya-karya sebelumnya.
Film ini dibintangi oleh Raihaanun, Arifin Putra, Giulio Parengkuan, Nayla Purnama, Chantiq Schagerl, Jenny Zhang, Aimee Saras, serta Ivanka Suwandi. Dengan unsur kanibalisme, film ini menyuarakan kritik tajam terhadap ketimpangan yang membelenggu dan melanggengkan dominasi kaum elite.
Dalam ceritanya, Najwa (Raihaanun), seorang guru honorer, tinggal di sebuah kampung bersama anak tunggalnya, Yanti (Nayla Purnama). Mereka menjalani hidup dalam keterbatasan ekonomi. Suatu hari, Diana (Jenny Zhang) dari Yayasan Payung Emas datang mengunjungi mereka dengan tawaran untuk pindah ke kota. Najwa diberikan kesempatan untuk menjadi guru di sekolah yayasan tersebut, sementara Yanti dapat melanjutkan pendidikan dengan fasilitas yang jauh lebih baik.
baca juga:
|
Awalnya, semuanya berjalan dengan lancar dan penuh harapan. Namun, seiring berjalannya waktu, Najwa mulai merasakan keanehan di rumah barunya, dan di sekolah tempat ia mengajar. Ia kerap diganggu oleh sosok-sosok menyeramkan yang menghantui di kedua tempat tersebut.
Di sisi lain, keluarga pemilik yayasan, Lucius (Arifin Putra) menyimpan rahasia gelap. Keluarga tersebut nyatanya akan menjalankan ritual kanibalisme dari sekte Bhairawa, yang dipercaya dapat menjamin kehidupan abadi bagi mereka. Mereka berencana menjadikan Najwa dan putrinya, Yanti, sebagai korban dalam ritual mereka.
Dari awal hingga akhir, film ini penuh dengan adegan berdarah dan potongan tubuh yang menyeramkan. Azhar Kinoi Lubis juga menampilkan sosok hantu baru yang akan menambah ketegangan.
"Di film ini, kami menciptakan tampilan hantu yang baru. Hantu pocong “malu”. Lalu ada potongan-potongan tubuh yang sudah dibunuh, itu dijadikan makanan. Sementara sebagian lainnya seperti perut yang sudah robek, atau tubuh yang kena cakar, itu ditutup dan diikat dengan kain," ujar sang sutradara, Azhar Kinoi Lubis.
"Saya juga mencoba menggabungkan koreografi gerakan tubuh dengan suara. Jadi, ketika saat melakukan ritual, ada gerakan seperti koreografi tari, tetapi ada suara seperti mantra, yang membuatnya terdengar sakral," ujar Kinoi.
Dilip Chugani selaku produser juga menyampaikan pendapatnya. Ia menegaskan bahwa Labinak: Mereka Ada di Sini, tak hanya menyajikan hiburan, tetapi juga membawa pesan sosial tentang keserakahan dan eksploitasi, dikemas dalam cerita yang bisa dipahami secara universal.
"Sebagai produser, kami ingin menjadikan cerita-cerita yang menarik menjadi pengalaman sinematik yang mendalam, yang dapat dipahami secara universal namun juga secara halus menyajikan pesan-pesan penting, menyoroti isu-isu sosial seperti keserakahan dan eksploitasi," ujar produser film Labinak: Mereka Ada di Sini, Dilip Chugani dalam konferensi pers.
Pemeran Najwa Raihaanun, turut mengungkapkan perannya dalam film ini. Ia menjelaskan bahwa perannya di film ini membawa dimensi yang kontras. Di satu sisi, ia memerankan guru fisika yang sangat mengedepankan logika dan bukti. Namun di sisi lainnya, setelah tinggal di rumah baru, ia selalu diteror oleh sosok-sosok misterius yang tak pernah ia mengerti.
"Ada masa lalu kelam yang dilalui Najwa, yang belum pernah ia ungkapkan ke anaknya. Masa lalu yang rasanya ingin dikubur. Apa yang menjadi fokus Najwa adalah membahagiakan anaknya, termasuk dengan pindah ke tempat baru yang lebih baik. Karakter Najwa sangat beresonansi dengan banyak perempuan mengenai apa yang dilaluinya, serta pengorbanan yang dilakukan, demi anaknya," ujar Raihaanun.
"Film ini, selain berisi kengerian horor yang diciptakan Mas Kinoi, juga memberikan kritik sosial yang akan menjadi topik diskusi melalui tema kanibalisme, yang melibatkan kelompok kaya dan mereka yang kurang beruntung di dunia ini," lanjutnya.
Raihaanun menggambarkan sosok Najwa sebagai seorang ibu yang menyimpan masa lalu kelam, namun tetap berjuang demi kebahagiaan anaknya. Melalui kisahnya, Labinak: Mereka Ada di Sini memadukan unsur horor dengan kritik sosial tentang kesenjangan antara kaum kaya dan miskin melalui tema kanibalisme, menjadikannya refleksi kritis atas realitas sosial masa kini.
(Dashyauly Hutauruk)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id