“Ada momen saya bilang ke sutradara, saya gak bisa ulang mantranya lagi. Rasanya energinya makin berat,” kata Eyang saat konferensi pers di kawasan Jakarta.
Penari berusia 70 tahun ini menjelaskan bahwa mantra yang digunakan dalam film tidak diambil sembarangan. Bahkan, beberapa istilah dan nama harus diubah agar tidak memanggil energi yang tidak diinginkan.
“Itu sebabnya kami ganti namanya. Ini bukan hal main-main, apalagi buat kami yang paham ritual,” jelasnya.
baca juga:
|
Sebagai seniman tari spiritual, Eyang terbiasa menari di tempat-tempat keramat. Dalam film horor ini, ia menciptakan koreografi secara spontan berdasarkan energi lokasi. Hal ini pula yang membuat banyak adegan terasa sangat autentik dan tidak terkesan dibuat-buat.
Selain itu, salah satu pemain turut mengungkapkan momen paling magis yang terjadi saat Eyang mengenakan kostum ritual pengantin.
“Waktu itu hampir semua kru enggak mau mendekat. Suasananya memang berubah. Saya juga merasa ada yang berbeda di udara,” ungkap Rukman Rosadi saat sesi wawancara.
Dedikasi dan sensitivitas Eyang terhadap spiritualitas menjadikan film yang akan tayang di bioskop pada 18 September ini memiliki kedalaman yang tidak hanya menyeramkan, tapi juga penuh makna budaya.
(Maulia Chasanah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News