Film yang disutradarai dan ditulis oleh Dean DeBlois ini dibintangi Mason Thames sebagai Hiccup, Nico Parker sebagai Astrid, dan Gerard Butler sebagai Stoick–ayah Hiccup. Sementara itu, How to Train Your Dragon Live Action diproduseri oleh Marc Platt, Dean DeBlois, Adam Siegel, Bonnie Arnold.
Secara garis besar sebenarnya tidak ada perbedaan mencolok antara How to Train Your Dragon versi animasi dan live action. Dalam versi ini, penonton akan tetap menyaksikan petualangan dua sahabat yang ‘tidak seharusnya’ menjalin pertemanan, yakni Hiccup dan Toothless.
Namun, desain CGI untuk Toothless dan naga-naga lainnya tampak realistik dan ekspresif sehingga mampu menghadirkan emosi lebih dalam seakan-akan hewan peliharaan nyata. Beberapa adegan juga berhasil disuguhkan dengan lebih emosional dan dramatis.
Hal yang paling menarik perhatian penulis selama menyaksikan How To Train Your Dragon Live Action antara lain kompleksitas hubungan ayah dan anak, serta gambaran proses persahabatan Hiccup dan Toothless.
Baca juga: Review Film Gowok: Kamasutra Jawa |
Hubungan ayah dan anak yang penuh kompleksitas
How to Train Your Dragon Live Action dibuka dengan penyerangan naga di desa Berk. Kamu akan bertemu Hiccup, pemuda yang dilarang ikut memerangi naga karena dinilai tidak layak dan tidak akan bisa. Permasalahannya, Hiccup adalah anak dari Stoick, kepala desa Berk yang merupakan seorang viking yang kuat dan telah berhasil membunuh banyak naga.Hiccup, yang selalu ingin menjadi seperti sang ayah untuk membuatnya bangga, mencoba memburu Night Fury—jenis naga yang belum pernah dilihat oleh siapapun seakan keberadaannya hanya mitos. Namun Stoick berakhir marah karena kelakuan Hiccup justru mengacaukan keadaan di desa tersebut.
Konflik awal itu membawa Hiccup bertemu dengan seekor Night Fury yang terluka. Ia ingin membunuh naga itu dan membuktikannya kepada Stoick, tapi nyatanya Hiccup tidak tega. Ia berakhir bersahabat dengan Night Fury, yang kemudian diberi nama Toothless.

Stoick dalam How To Train Your Dragon versi live action. Foto: Universal Picture
Perteman dengan Toothless mengubah pandangannya terhadap naga. Untuknya, naga bukan lagi sebuah ancaman. Hal itu menghancurkan harapan Stoick yang ingin sang anak mengikuti jejaknya sebagai pemimpin yang kuat dan pemberani.
Stoick yang sempat bangga terhadap Hiccup karena dinobatkan sebagai pembantai naga usai ‘lulus’ pelatihan membunuh naga, berakhir merasa kecewa luar biasa saat tahu bahwa Hiccup justru berteman dengan makhluk tersebut. Ia merasa dikhianati, hingga hubungan mereka retak.
Namun seiring waktu, ketika Stoick menyaksikan sendiri bagaimana naga bisa bekerja sama dengan manusia, dan bagaimana Hiccup menunjukkan keberanian dengan caranya sendiri, ia mulai memahami dan menerima siapa anaknya sebenarnya. Momen rekonsiliasi mereka merupakan salah satu titik emosional paling kuat dalam film.
Baca juga: Review Film Mission Impossible - The Final Reckoning |
Kepercayaan jadi pondasi persahabatan

How to Train Your Dragon Live Action. Foto: Universal Picture
Persahabatan Hiccup dan Toothless tidak terjadi dengan begitu saja, melainkan melewati proses cukup panjang. Toothless, yang terluka hingga tidak bisa terbang dan menyendiri di tengah hutan, awalnya menolak kehadiran Hiccup. Ia selalu bersikap defensif saat Hiccup menghampirinya.
Hiccup tidak pernah menyerah. Ia sabar mendekati Toothless, berusaha mendapatkan kepercayaannya dengan berbagai cara, seperti memberinya makan, tidak membawa senjata tajam saat bersamanya, dan bermain dengannya. Ketika kepercayaan itu sudah didapat, Hiccup membuat sayap prostetik supaya Toothless bisa kembali terbang.
Dalam proses persahabatan itu, Hiccup pun memahami bahwa naga bukanlah musuh alami manusia. Sedangkan Toothless, yang biasanya tertutup, mulai mempercayai manusia untuk pertama kalinya. Keduanya pun tumbuh bersama, membuktikan bahwa kekuatan sejati tidak berasal dari kekerasan, tetapi dari kemampuan untuk memahami dan bekerja sama.
Baca juga: Review Film Lilo & Stitch Live-action: Ajarkan Arti Ohana, Lebih dari Persahabatan |
Hubungan Hiccup dan Toothless juga menunjukkan bahwa persahabatan bisa mengubah cara pandang, menjembatani perbedaan, dan membawa perdamaian. Dari ketakutan menjadi kepercayaan, dari permusuhan menjadi persaudaraan–kisah mereka menjadi contoh tentang kekuatan dari kepercayaan, kasih, dan pengertian.
Toothless yang lebih ‘bernyawa’
Adegan Hiccup ‘mengajari’ Toothless terbang dengan sayap buatan tergambar lebih dramatis dan menegangkan, begitu pula adegan Toothless dan Hiccup bekerja sama melawan ratu naga. Penonton dibuat ikut merasa terbang menembus awan, menyelip di celah antara dua tebing, hingga jatuh bersama dua sahabat beda spesies itu.Berkat desain CGI yang realistik, Toothless juga terlihat seakan punya nyawa. Naga tersebut tampak menunjukkan emosi, meski hanya lewat tatapan mata dan geraman-geraman singkat. Toothless menyentuh hati penonton, terutama saat berhasil menyelamatkan Hiccup. Hal ini menambah nilai plus film, jika dibandingkan dengan versi animasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id