"Tidak menyangka, terharu. Doa saya sejak lama dikabulkan," ujarnya di Embarkasi Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu, 28 Juli 2019.
Sureto mengaku pendapatannya sebagai pengayuh becak tidak menentu. Sureto hanya mengantongi Rp10 ribu saat sepi dan saat ramai Rp40 ribu.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Kadang buat tambahan penghasilan, ya mencangkul, mencari rumput. Apa saja yang pentung dapat uang," tuturnya.
Dia menuturkan uang yang didapat digunakan untuk menafkahi istri dan dua anaknya. Sedangkan sisanya berupa koin ditabung untuk beribadah haji.
"Saya pertama kali menabung sekitar tahun 1991, mulai dari seribu rupiah," kenang dia.
Sureto mengaku memanfaatkan bambu di kandang kambing miliknya untuk menyimpan uang koin. Di bagian ujung bambu bagian atas yang tertutup, dilubangi untuk memasukkan koin.
Bilah bambu yang telah penuh terisi koin akan dipindah dan diisi ulang dengan koin baru. Hingga pada 2011, Sureto memberanikan diri mendaftar haji.
"Jumlah tabungan saat itu puluhan juta, dan saya terus menabung dengan uang koin sampai bisa melunasi dan akhirnya dipanggil untuk beribadah haji," tuturnya.
Harapan Sureto ke Tanah Suci akhirnyat terwujud. Ia bisa beribadah haji tahun ini, dan bergabung di kelompok terbang 73.
Sureto beribadah haji seorang diri. Dia berdoa dan berharap, kelak istri dan anaknya bisa beribadah haji selayaknya dirinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(LDS)