YOUR FASHION
Menjaga Ekosistem dengan Bangkitkan Gairah Generasi Muda dalam Membatik
Aulia Putriningtias
Selasa 12 November 2024 / 13:10
Cirebon: Batik menjadi salah satu kebanggaan Indonesia. Banyak corak batik yang mewakili kota-kota di Indonesia. Salah satunya adalah Cirebon dengan corak Mega Mendung.
Dr. Komarudin Kudiya S.IP., M.Ds. selaku Ketua Asosiasi Pengusaha dan Pengrajin Batik Indonesia mengatakan bahwa, pengusaha dan perajin batik di Cirebon sendiri berkurang hingga 35 persen. Ini angka yang patut dikhawatirkan.
"Hal ini tentunya sebanding dengan terjadinya penurunan omset yang signifikan dari tahun 2019-2024 sebesar kurang lebih 40 persen dari kondisi sebelumnya," ungkap Komarudin dalam temu media kolaborasi OREO dan perajin batik di Cirebon, Senin, 11 November 2024.
Baca juga: Gandeng 'Teman Istimewa', Jenama Batik Asal Bandung Ini Tembus Pasar Ekspor
Menurut Dr. Komarudin, minat anak muda untuk menjadi perajin dan pengusaha batik kian berkurang. Padahal, pada bidang ini, generasi muda sangat dibutuhkan perannya untuk melestarikan batik.
Regenerasi dalam industri batik turut berperan penting dalam menjaga ekosistemnya. ‘Regenerasi’ ini ditambahkan Dr. Komarudin dalam tujuan mengingat persentase perajin batik yang menurun ini.
OREO, jenama makanan ringan terkenal di kalangan semua usia memiliki misi dalam melestarikan batik. Hal ini sejalan dengan tantangan batik yang kian merosot minatnya dilestarikan oleh anak muda.
Melalui camilan sehari-hari masyarakat Indonesia ini, mereka memutuskan untuk memperkenalkan batik melalui kemasan atau packaging makanan tersebut. Pun, jenama terkenal ini juga memberikan bantuan dana kepada para perajin batik di Cirebon.
Khrisma Fitriasari selaku Head of Corporate Communications and Government Affairs Mondelez Indonesia mengatakan, melalui OREO, mereka ingin terus mempopulerkan batik. Hal ini dengan memperkenalkan melalui konstestasi desain batik dan juga dikenalkan melalui kemasan.

Koleksi khusus Oreo memperkenalkan batik. Dok. ISt
"(Kami ingin) menciptakan keseruan dari wastra-wastra tradisional Indonesia, termasuk batik mega mendung Cirebon ini," tuturnya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon, Hilmy Rivai, mengatakan bahwa bantuan dana ini satu hal yang luar biasa. Hal ini dikarenakan kebanyakan para industri batik ini di kalangan UMKM di mana pengolahan limbahnya belum teredukasi.
Dr. Komarudin pun juga menyetujui bahwa yang dibutuhkan oleh perajin adalah yang bisa menyadarkan sekaligus memudahkan mereka dalam menekuni keseharian membatik. Namun, tetap acuh pada dampak limbah terhadap lingkungannya.
Besaran dana sebanyak Rp1 miliar rupiah yang dihimpun dari OREO telah disalurkan kepada 1.450 pembatik yang berada di 8 desa. Di antara dana ini juga digunakan untuk 21 unit ramah lingkungan yang dapat menyokong aktivitas membatik, serta alat membatik untuk SMK Negeri 1 Gunung Jati.
Pun, disalurkannya kepada sekolah ini untuk membentuk aksi anak muda dalam kembali membatik. Sehingga, harapannya adalah para anak muda dapat tertarik dan menjadi pengrajin sekaligus pengusaha batik ke depannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Dr. Komarudin Kudiya S.IP., M.Ds. selaku Ketua Asosiasi Pengusaha dan Pengrajin Batik Indonesia mengatakan bahwa, pengusaha dan perajin batik di Cirebon sendiri berkurang hingga 35 persen. Ini angka yang patut dikhawatirkan.
"Hal ini tentunya sebanding dengan terjadinya penurunan omset yang signifikan dari tahun 2019-2024 sebesar kurang lebih 40 persen dari kondisi sebelumnya," ungkap Komarudin dalam temu media kolaborasi OREO dan perajin batik di Cirebon, Senin, 11 November 2024.
Baca juga: Gandeng 'Teman Istimewa', Jenama Batik Asal Bandung Ini Tembus Pasar Ekspor
Menurut Dr. Komarudin, minat anak muda untuk menjadi perajin dan pengusaha batik kian berkurang. Padahal, pada bidang ini, generasi muda sangat dibutuhkan perannya untuk melestarikan batik.
Regenerasi dalam industri batik turut berperan penting dalam menjaga ekosistemnya. ‘Regenerasi’ ini ditambahkan Dr. Komarudin dalam tujuan mengingat persentase perajin batik yang menurun ini.
Kolaborasi bersama OREO demi lestarikan batik
OREO, jenama makanan ringan terkenal di kalangan semua usia memiliki misi dalam melestarikan batik. Hal ini sejalan dengan tantangan batik yang kian merosot minatnya dilestarikan oleh anak muda.
Melalui camilan sehari-hari masyarakat Indonesia ini, mereka memutuskan untuk memperkenalkan batik melalui kemasan atau packaging makanan tersebut. Pun, jenama terkenal ini juga memberikan bantuan dana kepada para perajin batik di Cirebon.
Khrisma Fitriasari selaku Head of Corporate Communications and Government Affairs Mondelez Indonesia mengatakan, melalui OREO, mereka ingin terus mempopulerkan batik. Hal ini dengan memperkenalkan melalui konstestasi desain batik dan juga dikenalkan melalui kemasan.

Koleksi khusus Oreo memperkenalkan batik. Dok. ISt
"(Kami ingin) menciptakan keseruan dari wastra-wastra tradisional Indonesia, termasuk batik mega mendung Cirebon ini," tuturnya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon, Hilmy Rivai, mengatakan bahwa bantuan dana ini satu hal yang luar biasa. Hal ini dikarenakan kebanyakan para industri batik ini di kalangan UMKM di mana pengolahan limbahnya belum teredukasi.
Dr. Komarudin pun juga menyetujui bahwa yang dibutuhkan oleh perajin adalah yang bisa menyadarkan sekaligus memudahkan mereka dalam menekuni keseharian membatik. Namun, tetap acuh pada dampak limbah terhadap lingkungannya.
Besaran dana sebanyak Rp1 miliar rupiah yang dihimpun dari OREO telah disalurkan kepada 1.450 pembatik yang berada di 8 desa. Di antara dana ini juga digunakan untuk 21 unit ramah lingkungan yang dapat menyokong aktivitas membatik, serta alat membatik untuk SMK Negeri 1 Gunung Jati.
Pun, disalurkannya kepada sekolah ini untuk membentuk aksi anak muda dalam kembali membatik. Sehingga, harapannya adalah para anak muda dapat tertarik dan menjadi pengrajin sekaligus pengusaha batik ke depannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)