WISATA
Tiket Pesawat Masih Mahal, Ini Penjelasan Kemenparekraf
A. Firdaus
Selasa 03 September 2024 / 20:22
Jakarta: Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Dwi Marhen Yono, menjelaskan, salah satu penyebab mahalnya harga tiket pesawat di Indonesia adalah harga avtur yang belum merata. Bahkan lebih mahal daripada negara tetangga.
“Dulu harga avtur di Silangit, Labuan Bajo, dan Jakarta itu beda-beda. Sekarang, Pertamina diwajibkan untuk memberikan harga yang sama di seluruh Indonesia. Harga avtur di Indonesia lebih mahal Rp4.000 per liter dari Singapura, dan lebih mahal Rp7.000 per liter dari Dubai,” ujar Marhen saat penyelenggaraan Astindo Travel Fair akhir pekan lalu.
Kemenparekraf sendiri menargetkan pada tahun ini akan ada 14,3 juta wisatawan mancanegara (Wisman) yang datang ke Indonesia. Artinya terjadi peningkatan pencapaian tahun lalu, yang hanya 11 juta Wisman.
Baca juga: Tak Melulu di Bali Selatan, Kemenparekraf Berkomitmen Kembangkan Wisata di Utara Pulau Dewata
Hingga Juli 2024, jumlah Wisman yang datang ke Indonesia telah mencapai 6,2 juta wisman. Atau naik 25 persen dibandingkan semester pertama tahun 2023.
Adapun lima besar negara penyumbang turis ke Indonesia pada semester pertama 2024 adalah Malaysia dengan 16 persen, Singapura (13 persen), Australia (12 persen), China (8 persen), dan India (6 persen).
Tak hanya jumlah Wisman yang naik, tapi juga lama tinggal dan pengeluaran mereka juga naik selama di Indonesia. Pada 2023, masa tinggal mereka rata-rata 5,2 hari. Sedangkan pada tahun ini adalah 7,1 hari.
Sementara untuk pengeluaran, pada 2023 rata-rata adalah US$1.200. Kemudian pada 2024 naik menjadi US$1.444 atau setara Rp23 juta per orang.
Untuk mencapai target 14 juta Wisman, Kemenparekraf sendiri menargetkan pada tahun ini terselenggara 100 travel fair di Indonesia, serta mulai menggarap pasar kapal pesiar agar bisa masuk ke Indonesia.
“Tahun depan kita berharap kapal pesiar dari Singapura mau masuk ke Bangka-Belitung, terus lanjut ke Jakarta, dan ke Labuan Bajo,” ujar Marhen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
“Dulu harga avtur di Silangit, Labuan Bajo, dan Jakarta itu beda-beda. Sekarang, Pertamina diwajibkan untuk memberikan harga yang sama di seluruh Indonesia. Harga avtur di Indonesia lebih mahal Rp4.000 per liter dari Singapura, dan lebih mahal Rp7.000 per liter dari Dubai,” ujar Marhen saat penyelenggaraan Astindo Travel Fair akhir pekan lalu.
Kemenparekraf sendiri menargetkan pada tahun ini akan ada 14,3 juta wisatawan mancanegara (Wisman) yang datang ke Indonesia. Artinya terjadi peningkatan pencapaian tahun lalu, yang hanya 11 juta Wisman.
Baca juga: Tak Melulu di Bali Selatan, Kemenparekraf Berkomitmen Kembangkan Wisata di Utara Pulau Dewata
Hingga Juli 2024, jumlah Wisman yang datang ke Indonesia telah mencapai 6,2 juta wisman. Atau naik 25 persen dibandingkan semester pertama tahun 2023.
Adapun lima besar negara penyumbang turis ke Indonesia pada semester pertama 2024 adalah Malaysia dengan 16 persen, Singapura (13 persen), Australia (12 persen), China (8 persen), dan India (6 persen).
Tak hanya jumlah Wisman yang naik, tapi juga lama tinggal dan pengeluaran mereka juga naik selama di Indonesia. Pada 2023, masa tinggal mereka rata-rata 5,2 hari. Sedangkan pada tahun ini adalah 7,1 hari.
Sementara untuk pengeluaran, pada 2023 rata-rata adalah US$1.200. Kemudian pada 2024 naik menjadi US$1.444 atau setara Rp23 juta per orang.
Untuk mencapai target 14 juta Wisman, Kemenparekraf sendiri menargetkan pada tahun ini terselenggara 100 travel fair di Indonesia, serta mulai menggarap pasar kapal pesiar agar bisa masuk ke Indonesia.
“Tahun depan kita berharap kapal pesiar dari Singapura mau masuk ke Bangka-Belitung, terus lanjut ke Jakarta, dan ke Labuan Bajo,” ujar Marhen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)