WISATA

Dari Panen Raya ke Atraksi Wisata: Harmoni Alam dan Manusia di Tanjung Lesung

A. Firdaus
Rabu 15 Oktober 2025 / 10:10
Pandeglang: Suara gamelan dan lagu daerah menggema di tengah sawah Tanjung Lesung siang itu. Empat orang petani dengan tubuh penuh lumpur berlari sambil tertawa lepas, mengejar orang-orang di pinggir sawah.

Begitu satu tertangkap, mereka menggendongnya, lalu… byur! langsung dilempar ke tengah sawah yang becek. Gelak tawa pun pecah, dan dalam hitungan menit hampir semua orang pun sudah mandi lumpur bersama.

Inilah salah satu momen paling seru dari Sedekah Bumi, tradisi tahunan yang digelar para petani di kawasan Tanjung Lesung, Banten. Mandi lumpur menjadi simbol kebersamaan dan rasa syukur, setelah sebelumnya para petani melakukan doa bersama untuk tanah yang subur, serta makan besar di pinggir sawah. Adapun makanan yang dibawa merupakan hasil yang didapat dari mereka bertani.

“Tradisi ini sudah dilakukan puluhan tahun seiring kawasan ini menjadi destinasi wisata,” tutur Poernomo Siswoprasetijo, Direktur Utama Tanjung Lesung.
Menurutnya, Sedekah Bumi juga bentuk syukur atas kemurahan Tuhan yang memberikan kesuburan tanah dan hasil panen yang melimpah. “Para petani percaya, keberhasilan panen bukan semata hasil kerja keras, tapi, juga karena restu alam dan Tuhan,” tambahnya.

Tanjung Lesung bukan hanya dikenal lewat pantainya yang indah, tapi juga sebagai Kawasan Ekonomi Khusus pariwisata yang punya hubungan erat dengan masyarakat sekitar. Di lahan pertanian yang mereka bisa kelola, para petani menanam berbagai komoditas seperti padi, palawija, dan semangka. Untuk hasil padi sendiri, ia bercerita jika dihitung secara keseluruhan hasil panen padinya sudah mencapai ratusan ton.

“Sebelum pandemi, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Periode 2019 -2023) bahkan pernah datang langsung untuk meninjau panen raya di sini,” kenang Poernomo. “Itu bukti bahwa kualitas hasil pertanian di Tanjung Lesung dianggap salah satu yang terbaik, bahkan berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.”

Menurut Kunto Wijoyo Direktur Operasional Tanjung Lesung, para petani di kawasan ini umumnya menggarap lahan kecil seluas 1.000–2.000 meter persegi. Namun jumlahnya cukup banyak, sekitar 200-an petani yang tergabung dalam Paguyuban Tani Tanjung Lesung.

“Posisi kami, bukan hanya memberikan kesempatan (izin) menggarap lahan. Tapi juga ikut mengawasi agar produksi petani lancar dan bisa memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar Tanjung Lesung,” ujar Kunto.


 

Atraksi baru Tanjung Lesung


Menariknya, dari kerja sama antara pengelola kawasan dan para petani, lahir ide wisata baru: panen semangka bersama wisatawan. Saat musim panen tiba, wisatawan yang berlibur ke Tanjung Lesung bisa ikut merasakan keseruannya.

Sambil bersepeda listrik atau naik kendaraan pribadi bersama keluarga menyusuri kawasan, mereka bisa mampir ke ladang semangka, untuk memetik langsung buah yang matang dan lalu menikmatinya di tempat.
 
“Bagi wisatawan, ini pengalaman baru. Bagi petani, mereka tak perlu repot menjual hasil panen ke pasar karena langsung dibeli oleh wisatawan,” jelas Kunto.

Tradisi Sedekah Bumi tahun ini pun diwarnai kehadiran para petani, masyarakat, hingga direksi Tanjung Lesung yang turun langsung ke sawah untuk berdoa bersama.

“Terima kasih untuk support-nya dan izin (menggarap) yang diberikan,” ucap Deni, perwakilan Paguyuban Tani Tanjung Lesung. “Semoga tanah tetap subur, panen berlimpah, dan hubungan dengan Tanjung Lesung terus solid.”

Menutup acara tersebut, Kunto mengatakan bahwa dari 'upacara' di pinggir sawah hingga kolaborasi wisata dengan petani, mungkin terlihat sederhana bagi sebagian orang. “Tapi buat kami, ini wujud nyata harmoni antara manusia, alam, dan semangat pariwisata berkelanjutan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH