WISATA
Sektor Pariwisata Beri Dampak Signifikan terhadap Perekonomian Daerah NTT
A. Firdaus
Sabtu 30 Maret 2024 / 16:03
Labuan Bajo: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan sektor new economy belakangan menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan. Hal itu ia katakan saat Webinar Kepariwisataan bersama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF).
Menparekraf Sandiaga dalam sambutannya juga mengungkapkan harapannya, agar melalui pemahaman pariwisata sebagai sektor new economy dapat menjawab tantangan dan peluang ke depan. Sehingga membawa perubahan pada lanskap bisnis Indonesia dan memberi dampak pada perekonomian daerah.
"Sektor new economy belakangan menjadi topik yang hangat dibicarakan sebagai periode transformasi dari ekonomi berbasis manufaktur, menuju ekonomi berbasis jasa seperti tourism & hospitality," ucap Menparekraf Sandiaga.
Baca juga: Tarif Pemandu Wisata Labuan Bajo Naik Guna Dongkrak Kualitas Layanan
"Semoga melalui kegiatan webinar ini, dapat menambah wawasan tentang sektor new economy, dan membawa perubahan pada lanskap bisnis Indonesia, karena berdampak pada perekonomian daerah. Serta Badan Otorita dan Kemenparekraf dapat terus menjadi mitra bersama untuk mengembangkan kepariwisataan di wilayah Floratama, NTT secara khusus dan Indonesia secara umum," ungkap Sandi.
Senada, Ayodhia Kalake, Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur juga menyampaikan bahwa sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan di NTT telah memberi dampak yang signifikan terhadap perekonomian daerah.
"Pariwisata telah menjadi industri yang memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi secara cepat dengan berbagai aspek yaitu kesempatan kerja dan peningkatan taraf hidup melalui sektor usaha ekonomi kreatif dan pariwisata," terang Ayodhia.
"Dengan ditetapkannya Pariwisata sebagai sektor unggulan dalam pembangunan bangsa memberikan dampak yang besar terhadap pembangunan sektor pariwisata di NTT," jelas Ayodhia.
Membahas persepektif tandangan global, lokal, dan tren kepariwisataan ke depan, Drs. Rikard Bagun, Redaktur Senior Kompas mengatakan pariwisata merupakan topik yang dibicarakan semua orang di semua negara dan sebagai salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), Labuan Bajo perlu melihat tantangan itu sebagai peluang.
"Dalam skala global semua orang dan semua negara itu berbicara tentang pariwisata dan pasarnya itu sama termasuk di dalamnya adalah Labuan Bajo. Ini adalah tantangan bagi kita tetapi juga peluang yang begitu lebar," ujar Drs. Rikard.
"Target kunjungan ke Indonesia di tahun 2030 adalah sebesar 1.8 Milyar wisatawan, kita harapkan agar angka ini juga terdistribusi ke Labuan Bajo, Flores, NTT, Di sisi lain kita juga harus siap, tidak hanya pemerintahnya saja, pelaku industrinya saja, tetapi juga masyarakatnya" ungkap Redaktur Senior Kompas tersebut," sambungnya.
Untuk menangkap peluang dan menghadapi tantangan tersebut, Francisia Ery Seda menjelaskan telah terjadi transformasi sosial budaya yang mana pariwisata hadir dengan membawa dua dampak sekaligus baik negatif maupun positif.
Menurutnya, strategi yang dapat dilakukan adalah melalui Kebijakan Pemerintah yang inklusif dan transformatif guna mendukung Komunitas Lokal sehingga mampu untuk mengembangkan jati diri walaupun langsung bertemu dengan budaya asing melalui pengembangan industri pariwisata
"Perlu adanya strategi pembangunan pariwisata yang memberikan prioritas pada komunitas lokal, dalam arti memberikan tindakan afirmatif sehingga komunitas lokal dapat bersaing secara sehat dengan kaum migran pendatang dari luar Labuan Bajo" jelas Dosen Studi Pembangunan Departemen Sosiologi FISIP UI tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Menparekraf Sandiaga dalam sambutannya juga mengungkapkan harapannya, agar melalui pemahaman pariwisata sebagai sektor new economy dapat menjawab tantangan dan peluang ke depan. Sehingga membawa perubahan pada lanskap bisnis Indonesia dan memberi dampak pada perekonomian daerah.
"Sektor new economy belakangan menjadi topik yang hangat dibicarakan sebagai periode transformasi dari ekonomi berbasis manufaktur, menuju ekonomi berbasis jasa seperti tourism & hospitality," ucap Menparekraf Sandiaga.
Baca juga: Tarif Pemandu Wisata Labuan Bajo Naik Guna Dongkrak Kualitas Layanan
"Semoga melalui kegiatan webinar ini, dapat menambah wawasan tentang sektor new economy, dan membawa perubahan pada lanskap bisnis Indonesia, karena berdampak pada perekonomian daerah. Serta Badan Otorita dan Kemenparekraf dapat terus menjadi mitra bersama untuk mengembangkan kepariwisataan di wilayah Floratama, NTT secara khusus dan Indonesia secara umum," ungkap Sandi.
Senada, Ayodhia Kalake, Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur juga menyampaikan bahwa sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan di NTT telah memberi dampak yang signifikan terhadap perekonomian daerah.
"Pariwisata telah menjadi industri yang memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi secara cepat dengan berbagai aspek yaitu kesempatan kerja dan peningkatan taraf hidup melalui sektor usaha ekonomi kreatif dan pariwisata," terang Ayodhia.
"Dengan ditetapkannya Pariwisata sebagai sektor unggulan dalam pembangunan bangsa memberikan dampak yang besar terhadap pembangunan sektor pariwisata di NTT," jelas Ayodhia.
Membahas persepektif tandangan global, lokal, dan tren kepariwisataan ke depan, Drs. Rikard Bagun, Redaktur Senior Kompas mengatakan pariwisata merupakan topik yang dibicarakan semua orang di semua negara dan sebagai salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), Labuan Bajo perlu melihat tantangan itu sebagai peluang.
"Dalam skala global semua orang dan semua negara itu berbicara tentang pariwisata dan pasarnya itu sama termasuk di dalamnya adalah Labuan Bajo. Ini adalah tantangan bagi kita tetapi juga peluang yang begitu lebar," ujar Drs. Rikard.
"Target kunjungan ke Indonesia di tahun 2030 adalah sebesar 1.8 Milyar wisatawan, kita harapkan agar angka ini juga terdistribusi ke Labuan Bajo, Flores, NTT, Di sisi lain kita juga harus siap, tidak hanya pemerintahnya saja, pelaku industrinya saja, tetapi juga masyarakatnya" ungkap Redaktur Senior Kompas tersebut," sambungnya.
Untuk menangkap peluang dan menghadapi tantangan tersebut, Francisia Ery Seda menjelaskan telah terjadi transformasi sosial budaya yang mana pariwisata hadir dengan membawa dua dampak sekaligus baik negatif maupun positif.
Menurutnya, strategi yang dapat dilakukan adalah melalui Kebijakan Pemerintah yang inklusif dan transformatif guna mendukung Komunitas Lokal sehingga mampu untuk mengembangkan jati diri walaupun langsung bertemu dengan budaya asing melalui pengembangan industri pariwisata
"Perlu adanya strategi pembangunan pariwisata yang memberikan prioritas pada komunitas lokal, dalam arti memberikan tindakan afirmatif sehingga komunitas lokal dapat bersaing secara sehat dengan kaum migran pendatang dari luar Labuan Bajo" jelas Dosen Studi Pembangunan Departemen Sosiologi FISIP UI tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)