KULINER

Setia Kepada Pasangan, Filosofi Mendalam Roti Buaya, Kuliner Khas Betawi

Mia Vale
Kamis 19 Juni 2025 / 15:31
Jakarta: Bila dilihat dari namanya, mungkin kamu akan menanggap, buaya adalah binatang pemakan daging yang menyeramkan dan siap menyantap calon korbannya.

Atau mendengar kata buaya darat, kamu akan berpikir mengenai seorang pria yang selalu tebar pesona kepada kaum wanita. Namun, bagaimana dengan roti buaya, makanan khas orang Betawi?

Baca juga: Ke PRJ Parkir Mobil di Mana Ya?

Roti berbentuk buaya ini tak pernah absen dalam acara pernikahan adat Betawi. Roti biasa diberikan mempelai pengantin laki-laki kepada pihak perempuan dalam acara seserahan. 

Ya, roti yang memiliki panjang berkisar 50 sentimeter ini dijuluki roti sakral yang hanya hadir di acara pernikahan. Bahkan bisa dibilang hukumnya wajib, bagi pernikahan adat Betawi. Apa sih, makna dari roti buaya ini bagi warga Betawi?
 

Setiap terhadap pasangan



(Orang Betawi menjadikan buaya simbol atau lambang kesetiaan dalam rumah tangga. Foto: Dok. Instagram Daniel Bakery/@daniel_bakery)

Meski buaya mungkin memiliki arti konotasi negatif, namun lain halnya dengan roti buaya. Pasalnya roti yang selalu dibawa berpasangan ini menjadi komponen wajib di mana seorang pria ingin menjadikan wanita pujaannya sebagai pasangan hidup.

Dengan membawa roti buaya ini menunjukkan sikap optimis terhadap doa dan harapan bagi si calon pengantin pria yang akajn menjadi suami. 

Lantas, mengapa dipilih bentuk buaya? Mengutip laman Seni Budaya Betawi, pemilihan karakter ini tak lepas dari filosofi yang ada. 

Perlu kamu ketahui, karakter penting buaya yaitu simbol kesetiaan yang dipegang oleh masyarakat Betawi, bahwa buaya kawin sekali seumur hidupnya, hanya sesuai dengan karakter buaya ketika ditempatkan dalam sistem kandang pasangan. Buaya akan cenderung memilih pasangan yang cocok dan akan terus berpasangan. 

Tak heran jika orang Betawi menjadikan hewan yang panjang umur ini sebagai lambang kesetiaan dalam rumah tangga. Selain itu buaya termasuk hewan perkasa dan hidup di dua alam. Ini juga bisa dijadikan lambang dari harapan agar rumah tangga menjadi tangguh dan mampu bertahan hidup di mana aja.
 

Simbol cinta


Untuk menyatakan cinta, beragam caranya. Kalau bangsa Eropa menyatakan cinta dengan bunga, warga Betawi dengan roti buaya. Inilah mengapa, di setiap acara perkawinan orang Jakarta dengan adat Betawi pasti hantaran roti buaya ada. 

Roti tersebut dibuat berpasangan, di mana betina ditandai dengan roti buaya kecil yang diletakan di atas punggung atau di samping roti buaya yang besar, di mana diibaratkan laki-laki. Roti yang berpasangan juga bermakna kesetiaan berumah tangga sampai beranak cucu. 
 

Sengaja dibuat keras


Selain filosofi yang mendalam, tekstur roti buaya juga beda dengan roti yang lain. Roti ini dibuat sekeras mungkin tanpa ada penambah rasa. Hal ini dilakukan agar bisa awet dan tahan lama, karena semakin keras maka akan semakin awet. Bahkan dulu roti buaya dibuat dari anyaman daun kelapa yang kemudian dibuat dengan roti karena dianggap barang mewah dan mahal. 

Sebelumnya, roti buaya ini tidak dimakan oleh pengantin karena memang hanya pajangan dan disimpan di atas lemari pakaian pengantin sampai membusuk. 

Baca juga: Ini 9 Panduan Lengkap ke Pekan Raya Jakarta

Artinya bahwa sepasang suami istri yang baru menikah langgeng tidak dapat dipisahkan hingga akhir hayat sampai ajal menjemput dan raga pun membusuk. Tapi kini, seiring perkembangan kuliner saat ini, roti buaya sudah bisa dimakan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)

MOST SEARCH