FITNESS & HEALTH
Mengenal Tumor Hipofisis, Gejalanya dari Sakit Kepala hingga Mengalami Kebutaan
Antara
Selasa 05 November 2024 / 12:10
Jakarta: Tumor hipofisis adalah pertumbuhan abnormal pada kelenjar hipofisis yang terletak di dasar otak. Tumor ini bisa dikenali melalui gejala sakit kepala, gangguan penglihatan dan perubahan struktur wajah.
Kelenjar hipofisis berperan penting dalam mengatur berbagai hormon yang memengaruhi banyak fungsi tubuh. Mulai dari pertumbuhan hingga metabolisme.
Ahli bedah saraf RS Siloam Lippo Village Karawaci Prof. Dr. dr. Julius July, Sp.BS (K) Onk, MKes, IFAANS menjelaskan bahwa, tumor hipofisis bisa bersifat jinak atau ganas. Tetapi sebagian besar kasus adalah tumor jinak yang tidak menyebar ke bagian lain dari tubuh.
"Gejala yang dialami pasien dengan tumor hipofisis bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi tumor," kata Prof Julius melansir Antara.
Baca juga: Faktor Pemicu Tumor Otak, Wanita Lebih Sering Terpapar?
"Gejala yang paling umum adalah gangguan penglihatan, terutama kebutaan periferal, yang terjadi akibat tekanan tumor pada saraf optik," sambungnya.
Sakit kepala adalah keluhan yang seringkali menjadi gejala awal yang dihadapi pasien. Selain itu, pasien juga sering melaporkan perubahan hormonal dengan gejala menstruasi yang tidak teratur pada wanita dan penambahan berat badan.
Faktor risiko yang dapat berkontribusi pada perkembangan tumor hipofisis meliputi usia dan jenis kelamin. Tumor itu lebih sering terjadi pada orang dewasa berusia 30 hingga 50 tahun.
Wanita cenderung lebih rentan terhadap tumor hipofisis dibandingkan pria. Meskipun kondisi itu dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, perbedaan ini menandakan adanya pengaruh hormonal yang mungkin berkontribusi terhadap perkembangan tumor.
Prevalensi tumor hipofisis cukup umum, mewakili sekitar 10-15 persen dari semua tumor otak. Meskipun dapat memengaruhi pria dan wanita, prevalensi lebih tinggi ditemukan pada wanita, khususnya dalam kelompok usia dewasa.
Prof Julius menjelaskan, proses diagnosis tumor hipofisis melibatkan beberapa langkah penting. Pertama, dokter akan melakukan tes darah untuk mengukur kadar hormon, yang dapat menunjukkan adanya ketidakseimbangan hormonal.
Selanjutnya, pencitraan otak seperti MRI atau CT scan untuk menilai keberadaan dan ukuran tumor. Evaluasi penglihatan juga penting untuk menentukan dampak tumor terhadap saraf optik.
Membedakan tumor hipofisis dari tumor lain di otak dilakukan melalui pencitraan dan analisis histopatologis. Dokter akan memperhatikan lokasi, ukuran, dan karakteristik tumor dalam gambar MRI atau CT scan, yang biasanya memiliki ciri khas tertentu.
Tatalaksana tumor hipofisis dapat dilakukan melalui pendekatan pembedahan dan non-pembedahan. Pembedahan seringkali diperlukan untuk mengangkat tumor, terutama jika tumor menyebabkan gejala yang signifikan atau berpotensi menjadi ganas.
Adapun non-pembedahan, seperti terapi hormon dan radiasi, juga dapat dipertimbangkan, tergantung pada kondisi spesifik pasien dan sifat tumor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Kelenjar hipofisis berperan penting dalam mengatur berbagai hormon yang memengaruhi banyak fungsi tubuh. Mulai dari pertumbuhan hingga metabolisme.
Ahli bedah saraf RS Siloam Lippo Village Karawaci Prof. Dr. dr. Julius July, Sp.BS (K) Onk, MKes, IFAANS menjelaskan bahwa, tumor hipofisis bisa bersifat jinak atau ganas. Tetapi sebagian besar kasus adalah tumor jinak yang tidak menyebar ke bagian lain dari tubuh.
"Gejala yang dialami pasien dengan tumor hipofisis bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi tumor," kata Prof Julius melansir Antara.
Baca juga: Faktor Pemicu Tumor Otak, Wanita Lebih Sering Terpapar?
"Gejala yang paling umum adalah gangguan penglihatan, terutama kebutaan periferal, yang terjadi akibat tekanan tumor pada saraf optik," sambungnya.
Sakit kepala adalah keluhan yang seringkali menjadi gejala awal yang dihadapi pasien. Selain itu, pasien juga sering melaporkan perubahan hormonal dengan gejala menstruasi yang tidak teratur pada wanita dan penambahan berat badan.
Faktor risiko dan diagnosis
Faktor risiko yang dapat berkontribusi pada perkembangan tumor hipofisis meliputi usia dan jenis kelamin. Tumor itu lebih sering terjadi pada orang dewasa berusia 30 hingga 50 tahun.
Wanita cenderung lebih rentan terhadap tumor hipofisis dibandingkan pria. Meskipun kondisi itu dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, perbedaan ini menandakan adanya pengaruh hormonal yang mungkin berkontribusi terhadap perkembangan tumor.
Prevalensi tumor hipofisis cukup umum, mewakili sekitar 10-15 persen dari semua tumor otak. Meskipun dapat memengaruhi pria dan wanita, prevalensi lebih tinggi ditemukan pada wanita, khususnya dalam kelompok usia dewasa.
Prof Julius menjelaskan, proses diagnosis tumor hipofisis melibatkan beberapa langkah penting. Pertama, dokter akan melakukan tes darah untuk mengukur kadar hormon, yang dapat menunjukkan adanya ketidakseimbangan hormonal.
Selanjutnya, pencitraan otak seperti MRI atau CT scan untuk menilai keberadaan dan ukuran tumor. Evaluasi penglihatan juga penting untuk menentukan dampak tumor terhadap saraf optik.
Membedakan tumor hipofisis dari tumor lain di otak dilakukan melalui pencitraan dan analisis histopatologis. Dokter akan memperhatikan lokasi, ukuran, dan karakteristik tumor dalam gambar MRI atau CT scan, yang biasanya memiliki ciri khas tertentu.
Tatalaksana tumor hipofisis dapat dilakukan melalui pendekatan pembedahan dan non-pembedahan. Pembedahan seringkali diperlukan untuk mengangkat tumor, terutama jika tumor menyebabkan gejala yang signifikan atau berpotensi menjadi ganas.
Adapun non-pembedahan, seperti terapi hormon dan radiasi, juga dapat dipertimbangkan, tergantung pada kondisi spesifik pasien dan sifat tumor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)