FITNESS & HEALTH
Metode TACE untuk Penanganan Kanker Hati, Apakah Bisa Dilakukan Berulang?
Aulia Putriningtias
Rabu 31 Juli 2024 / 08:17
Jakarta: Metode Transarterial Chemoembolization atau TACE adalah prosedur perawatan yang dilakukan untuk menangani kanker hati. Meskipun terbilang baik untuk diterapkan, apakah dapat dilakukan berulang?
Menurut Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani, Sp. P. D, Subsp. G. E. H. (K) selaku Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi Hepatologi RS Pondok Indah, TACE dapat kembali dilakukan, tergantung dengan kondisi pasien.
"Bisa dilakukan berulang ketika kanker kembali muncul, tetapi harus melihat berapa besar diameter yang muncul," papar dr. Rino dalam temu media di Jakarta, Senin, 29 Juli 2024.
TACE sendiri adalah tindakan minimal invasif yang dilakukan untuk menangani kanker hati. Prosedur ini mengombinasikan embolisasi dan kemoterapi. Tindakan ini dilakukan dengan menyuntikkan obat kemoterapi ke area kanker serta menghambat aliran darah menuju sel kanker pada organ hati.
Baca juga: Waspada, Kanker Hati Tidak Ada Gejala Khas
Prosedur tindakan ini pun dijadikan sebagai alternatif pengobatan kanker hati. Hal ini dikarenakan dapat menghambat pertumbuhan tumor dengan tingkat keberhasilan hingga mencapai 70 persen.
Selain itu, karena prosedur TACE dapat langsung menargetkan sel tumor, risiko efek samping yang ditimbulkan juga cenderung lebih rendah. Hal ini pun bisa dibandingkan dengan pengobatan kanker lainnya.
Berdasarkan data Globocan tahun 2020, kanker hati menjadi satu dari lima jenis kanker terbanyak di Indonesia. Kanker hati terjadi ketika sel-sel hati mengembangkan perubahan (mutasi) dalam DNA.
DNA sel adalah bahan yang memberikan instruksi untuk setiap proses kimia dalam tubuh. Mutasi DNA menyebabkan perubahan pada instruksi ini. Salah satu hasilnya adalah sel-sel mulai tumbuh di luar kendali dan akhirnya membentuk tumor (massa sel kanker).
Lantas, bagaimana cara mengetahui besar dari kanker yang dimiliki oleh seorang pasien? dr. Rino mengatakan bahwa pentingnya melakukan pemeriksaan rutin, mengingat posisi tumor dapat berubah-ubah.
Kanker hati sering sulit dideteksi karena hati adalah organ yang ‘silent’ alias tidak memberikan gejala khusus pada tahap awal. Hingga 85 persen, pasien tidak merasakan gejala apa pun, sampai penyakit tersebut sudah mencapai tahap yang sangat parah.
"Inilah yang penting, melakukan deteksi dini. Tentunya juga diimbangi gaya hidup sehat, ya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Menurut Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani, Sp. P. D, Subsp. G. E. H. (K) selaku Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi Hepatologi RS Pondok Indah, TACE dapat kembali dilakukan, tergantung dengan kondisi pasien.
"Bisa dilakukan berulang ketika kanker kembali muncul, tetapi harus melihat berapa besar diameter yang muncul," papar dr. Rino dalam temu media di Jakarta, Senin, 29 Juli 2024.
TACE sendiri adalah tindakan minimal invasif yang dilakukan untuk menangani kanker hati. Prosedur ini mengombinasikan embolisasi dan kemoterapi. Tindakan ini dilakukan dengan menyuntikkan obat kemoterapi ke area kanker serta menghambat aliran darah menuju sel kanker pada organ hati.
Baca juga: Waspada, Kanker Hati Tidak Ada Gejala Khas
Prosedur tindakan ini pun dijadikan sebagai alternatif pengobatan kanker hati. Hal ini dikarenakan dapat menghambat pertumbuhan tumor dengan tingkat keberhasilan hingga mencapai 70 persen.
Selain itu, karena prosedur TACE dapat langsung menargetkan sel tumor, risiko efek samping yang ditimbulkan juga cenderung lebih rendah. Hal ini pun bisa dibandingkan dengan pengobatan kanker lainnya.
Berdasarkan data Globocan tahun 2020, kanker hati menjadi satu dari lima jenis kanker terbanyak di Indonesia. Kanker hati terjadi ketika sel-sel hati mengembangkan perubahan (mutasi) dalam DNA.
DNA sel adalah bahan yang memberikan instruksi untuk setiap proses kimia dalam tubuh. Mutasi DNA menyebabkan perubahan pada instruksi ini. Salah satu hasilnya adalah sel-sel mulai tumbuh di luar kendali dan akhirnya membentuk tumor (massa sel kanker).
Lantas, bagaimana cara mengetahui besar dari kanker yang dimiliki oleh seorang pasien? dr. Rino mengatakan bahwa pentingnya melakukan pemeriksaan rutin, mengingat posisi tumor dapat berubah-ubah.
Kanker hati sering sulit dideteksi karena hati adalah organ yang ‘silent’ alias tidak memberikan gejala khusus pada tahap awal. Hingga 85 persen, pasien tidak merasakan gejala apa pun, sampai penyakit tersebut sudah mencapai tahap yang sangat parah.
"Inilah yang penting, melakukan deteksi dini. Tentunya juga diimbangi gaya hidup sehat, ya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)