FITNESS & HEALTH

Meski Sudah Divaksin Kamu Harus Tetap Terapkan 3M, Ini Alasannya

A. Firdaus
Sabtu 26 Desember 2020 / 11:08
Jakarta: Vaksin sudah tiba di Indonesia. Presiden Joko Widodo pun telah mengatakan program vaksinasi akan diberikan gratis untuk seluruh masyarakat.

Kendati demikian, bukan berarti kamu yang akan telah divaksin akan terlepas dengan kewajiban menerapkan protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan). University of Illionis School of Public Health, punya alasan mengapa protokol kesehatan 3M tetap diterapkan.

Internis di universitas tersebut, Jay Bhatt dan dokter Massachusetts, Shazia Ahmed sepakat kalau protokol kesehatan tetap menjadi alat utama untuk mencegah infeksi dan penularan virus.

"Mendapatkan vaksin mengajarkan tubuh cara berhasil melawan virus tanpa benar-benar sakit dan ini berbeda dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat, yang mengandalkan paparan virus," ujar Shaza dan Bhatt kepada ABC News dilansir Antaranews.

"Jadi untuk mengatasi pandemi secara efektif, semua orang harus mengurangi paparan virus, sambil tetap mendukung kampanye vaksinasi," sambungnya.

Di sisi lain, beberapa alasan untuk kamu tetap memakai masker selama dan setelah vaksinasi, salah satunya adalah karena vaksinasi tidak memberikan kekebalan instan.

Vaksin Pfizer, BioNTech, dan Moderna membutuhkan dua dosis yang diberikan dengan jarak dua minggu. Tergantung pada vaksinnya, perlu waktu empat hingga enam minggu sejak pemberian dosis awal untuk mencapai tingkat kekebalan dan perlindungan yang sebanding seperti dalam uji klinis. Selama waktu tersebut, kamu masih mungkin tertular infeksi dan jatuh sakit.

Sayangnya, uji coba vaksin juga tidak melacak apakah peserta memakai masker. Mengingat kurangnya data, tidak jelas apakah kemanjuran vaksinasi dan hubungan dengan peserta uji coba vaksin yang mengikuti langkah-langkah keamanan kesehatan masyarakat, seperti memakai masker.

Alasan lain yang patut dipertimbangkan adalah, kemungkinan penyedia layanan kesehatan tidak meniru uji klinis terkontrol. Faktor-faktor seperti bagaimana vaksin disimpan, diangkut, dan diberikan dapat menentukan keefektifan vaksin.

Selain itu, ambang batas kekebalan kelompok untuk covid-19 tidak diketahui. Kekebalan kelompok terjadi ketika cukup banyak populasi yang terpapar virus, biasanya melalui vaksinasi, dan membatasi kemampuan virus untuk menyebar.

Presentase penduduk yang membutuhkan imunisasi untuk mencapai kekebalan kelompoko bervariasi menurut penyakit. Pada kasus campak misalnya, sebanyak 95 persen populasi perlu divaksinasi untuk membatasi penyebaran.

Sementara untuk covid-19, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), bahkan belum menetapkan ambang kekebalan. Hal lainnya yang menjadi pertimbangan, durasi kekebalan vaksin yang tidak diketahui. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), memerlukan media dua bulan data setelah penyelesaian rejimen vaksinasi.

Kabar baiknya, sel memori sistem kekebalan tubuh yang mengidentifikasi infeksi dan meningkatkan respons kekebalan, bertahan lebih dari enam bulan pada pasien covod-19 tertentu.

Pemerintah melalui #satgascovid19 tak bosan-bosannya mengampanyekan #ingatpesanibu. Jangan lupa selalu menerapkan 3M, yakni #pakaimasker, #jagajarak dan #jagajarakhindarikerumunan, serta #cucitangandan #cucitanganpakaisabun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH