FITNESS & HEALTH

Saat Kamu Memendam Perasaan, 7 Bagian Tubuh Ini Mampu Menyerapnya

Mia Vale
Selasa 12 November 2024 / 13:09
Jakarta: Sering kali kita berusaha menghilangkan perasaan yang tidak diinginkan, seperti rasa jengkel, takut, dan sedih dari kesadaran kita. Kita mengasosiasikan perasaan seperti itu dengan keputusasaan atau ketidakberdayaan. 

Dan umumnya, untuk menghapus semua itu, kamu dengan paksa melakukan penyangkalan. Kamu mengusir rasa itu dari kesadaran dan menyangkal semua emosi yang muncul. Alih-alih mengakui, memproses, dan melepaskan perasaan yang tidak diinginkan ini, kita malah memendamnya. 

Baca juga: Britney Spears Menikahi Diri Sendiri, Apa yang Terjadi?

Nathaniel Branden, pendiri The Psychology of Self-Esteem, menegaskan bahwa kita harus menerima semua perasaan tanpa sensor, kita tidak boleh menyangkal, mengabaikan atau menekan apa pun perasaan yang datang Dia menunjukkan bahwa menyangkal perasaan berarti terus-menerus berada dalam konflik internal. 

Semakin kamu menjauhkan diri dari perasaan yang ada, semakin kamu tidak berdaya dan kehilangan kontak dengan diri yang sebenarnya. Memang tidak semua nyeri atau penyakit pada tubuh bersifat psikosomatis. 

Namun, pola yang berulang muncul saat seseorang mengalami stres. Inilah rangkuman dari Psychology Today mengenai bagian tubuh yang mampu 'menyerap' perasaan yang kamu pendam.
 

Punggung bawah: kemarahan 


Jika kamu duduk dalam keadaan frustrasi, punggung bagian bawah adalah tempat umum untuk menyimpan amarah yang tertahan. Untuk meredakannya, belajarlah mengartikulasikan frustrasi secara konstruktif dan mengatasi konflik dengan orang lain. 

Memang tidak mudah, tapi memanfaatkan kekuatan kemarahan dan mengubahnya menjadi kekuatan kreatif sangat penting untuk menjalani kehidupan yang aktif dan bermanfaat. 

Berusaha keras untuk mengubah kemarahan menjadi ketegasan, ungkapkan secara konstruktif, bukan destruktif. Kamu akan dihargai dengan peningkatan kepercayaan diri, energi, dan hubungan yang lebih sehat.
 

Perut dan usus: ketakutan 


Saat takut, perut dan usus cenderung tegang. Ucapan seperti, “Perutku sakit,” biasanya merupakan respons tubuh terhadap konflik. Semakin kamu menyangkal atau menekan rasa takut, semakin banyak reaksi fisik yang akan muncul. 

Mulailah dengan mengakui rasa takut dan membicarakannya dengan seseorang yang kamu percayai. Semakin bisa mengungkapkan rasa takut dengan kata-kata, semakin sedikit pengaruhnya terhadap tubuh.
 

Jantung dan dada: sakit 



(Memikul terlalu banyak tanggung jawab adalah hal yang menyusahkan. Kamu mungkin merasa terlalu terbebani kala mengalami ketegangan pada leher dan bahu. Coba meminta tugas didelegasikan agar bisa mendapatkan bantuan. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Kadang kita merasa sakit pada bagian dada atau jantung. Padahal, ketika diperiksa secara medis, tidak ada masalah pada bagian tubuh tersebut. Nah, coba deh kamu ingat-ingat, apakah hubunganmu dengan pasangan atau orang terdekatmu sedang bermasalah? 

Atau orang yang kamu cintai telah menyakitimu? Ternyata rasa sakit pada jantung dan dada bisa disebabkan karena kamu mengabaikan perasaan sakit yang terjadi pada dirinya. Lakukan pelepasan terhadap kesediha dan sakut yang dirasa, perlahan rasa sakit di dada akan 'terangkat'. 
 

Sakit kepala: kehilangan kontrol 


Jika kamu termasuk orang yang suka mengontrol, baik besar maupun kecil, kamu berada dalam tantangan nyata. Tidak peduli seberapa kuat keinginanmu, penekanan terhadap kendali pada akhirnya akan menyebabkan kelelahan dan sakit kepala yang hebat. 

Tidak semua kesulitan dalam hidup dapat diselesaikan dengan akal atau berusaha mengendalikan segalanya. Melepaskan, menerima apa yang bisa dan tidak bisa kamu kendalikan, dan mengembangkan latihan mindfulness adalah langkah-langkah yang perlu diambil untuk menyembuhkan kebiasaan sakit kepala yang dirasa.
 

Ketegangan leher/bahu: tanggung jawab 


Memikul terlalu banyak tanggung jawab adalah hal yang menyusahkan. Kamu mungkin merasa terlalu terbebani kala mengalami ketegangan pada leher dan bahu. Daripada meminta bantuan orang lain, kamu mungkin akan melakukan semuanya sendiri. Belajar mendelegasikan, meminta dukungan, memutuskan apa yang layak dilakukan, dan demi kebaikan, berbagi tanggung jawab dengan orang lain.
 

Kelelahan: kebencian 


Kebencian membebani seluruh tubuh dan menyebabkan lebih banyak 'kerusakan' pada dirimu daripada orang yang dibenci. Kebencian menghalangi kamu untuk hidup pada saat ini dan merasakan manfaat dari kehadiranmu. 

Saat ada yang kamu benci, cobalah untuk fokus pada pengampunan atau paling tidak, move on. Upayakan hubungan yang lebih memuaskan, tambahkan perawatan diri yang sehat, dan kamu akan merasa jauh lebih muda.
 

Kesulitan bernapas: kecemasan 


Kesulitan bernapas, serangan panik yang membuat kamu terengah-engah, dan perasaan tercekik akan menyerang saat cemas. Ini adalah gejala-gejala pada orang-orang yang menekan kesedihan mendalam. Mereka tidak ingin menangis dan menghindari peristiwa duka yang tragis. 

Sebaliknya, mereka menyembunyikan kesedihan, move on, dan fokus pada hal lain. Namun membatasi air mata sama seperti menahan napas. Ketika akhirnya menangis, air itu keluar, rasa sakit dan kelegaan akan menjadi setara. Melepaskan kesedihan yang terpendam ibarat menyedot oksigen segar. Ini menyegarkan dan membebaskan!

Melepaskan perasaan yang terpendam merupakan hal mendasar dalam psikoterapi, di mana menawarkan kelonggaran dari tekanan psikis akibat penindasan. Orang-orang selalu merasa lega ketika beban penindasan terangkat. 

Segera setelah itu, mereka melaporkan lonjakan kepercayaan diri, yang merupakan hasil dari inti emosional yang lebih kuat. Ingat, saat kamu mengelola perasaan dan apa yang ingin disampaikan oleh rasa sakit psikosomatis, kamu tidak hanya akan merasa lebih bahagia, tetapi juga akan hidup lebih lama.


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH