FITNESS & HEALTH
Pemberantasan DBD Menggunakan Teknologi Wolbachia sudah Terbukti di 13 Negara
A. Firdaus
Rabu 22 November 2023 / 18:11
Jakarta: Angka kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) masih tinggi. Dengan angka kematian yang menyasar pada kelompok anak-anak.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan pun menerapkan Inovasi teknologi Wolbachia untuk menurunkan penyebaran DBD di Indonesia. Setidaknya, ada lima kota yang menjadi sasaran dari inovasi ini, di antaranya; Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang.
Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada, dr. Riris Andono Ahmad MPH, Ph.D mengatakan, uji coba nyamuk ber-Wolbachia, yang sebelumnya dilakukan di Yogyakarta pada 2022 terbukti efektif.
“Hasilnya, di lokasi yang telah disebar Wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77%, disamping menurunkan kebutuhan rawat inap pasien dengue di rumah sakit sebesar 86%.” jelas dr. Riris.
“Angka kejadian DBD di Indonesia masih tinggi dengan angka kematian yang tinggi terutama pada kelompok anak-anak. Selain itu masih banyak daerah yang melaporkan kejadian luar biasa akibat DBD. Ini akan menyelamatkan anak-anak kita ke depannya” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), dr Imran Pambudi.
Efektivitas pemanfaatan teknologi Wolbachia untuk menurunkan kejadian demam berdarah juga sudah dibuktikan di 13 negara lain, yaitu di Australia, Brazil, Colombia, El Salvador, Sri Lanka, Honduras, Laos, Vietnam, Kiribati, Fiji, Vanuatu, New Caledonia, dan Meksiko, lanjutnya.
Di Singapura teknologi Wolbachia diterapkan dengan menggunakan metode suppression atau penurunan jumlah populasi nyamuk. Strategi ini diimplementasikan dengan melepaskan nyamuk jantan saja. Perkawinan nyamuk jantan dengan nyamuk betina di populasi alami akan menghasilkan telur yang tidak dapat menetas.
Sehingga populasi nyamuk akan berkurang. Akan tetapi nyamuk betina yang masih ada di populasi alami akan tetap mempunyai kemampuan untuk menularkan virus dengue.
Disamping itu, metode supresi mensyaratkan pelepasan nyamuk jantan secara terus menerus, agar populasi nyamuk dapat selalu terkontrol. Hal ini memerlukan sumber daya yang sangat besar dengan dampak yang bersifat sementara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan pun menerapkan Inovasi teknologi Wolbachia untuk menurunkan penyebaran DBD di Indonesia. Setidaknya, ada lima kota yang menjadi sasaran dari inovasi ini, di antaranya; Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang.
Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada, dr. Riris Andono Ahmad MPH, Ph.D mengatakan, uji coba nyamuk ber-Wolbachia, yang sebelumnya dilakukan di Yogyakarta pada 2022 terbukti efektif.
“Hasilnya, di lokasi yang telah disebar Wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77%, disamping menurunkan kebutuhan rawat inap pasien dengue di rumah sakit sebesar 86%.” jelas dr. Riris.
“Angka kejadian DBD di Indonesia masih tinggi dengan angka kematian yang tinggi terutama pada kelompok anak-anak. Selain itu masih banyak daerah yang melaporkan kejadian luar biasa akibat DBD. Ini akan menyelamatkan anak-anak kita ke depannya” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), dr Imran Pambudi.
Efektivitas pemanfaatan teknologi Wolbachia untuk menurunkan kejadian demam berdarah juga sudah dibuktikan di 13 negara lain, yaitu di Australia, Brazil, Colombia, El Salvador, Sri Lanka, Honduras, Laos, Vietnam, Kiribati, Fiji, Vanuatu, New Caledonia, dan Meksiko, lanjutnya.
Di Singapura teknologi Wolbachia diterapkan dengan menggunakan metode suppression atau penurunan jumlah populasi nyamuk. Strategi ini diimplementasikan dengan melepaskan nyamuk jantan saja. Perkawinan nyamuk jantan dengan nyamuk betina di populasi alami akan menghasilkan telur yang tidak dapat menetas.
Sehingga populasi nyamuk akan berkurang. Akan tetapi nyamuk betina yang masih ada di populasi alami akan tetap mempunyai kemampuan untuk menularkan virus dengue.
Disamping itu, metode supresi mensyaratkan pelepasan nyamuk jantan secara terus menerus, agar populasi nyamuk dapat selalu terkontrol. Hal ini memerlukan sumber daya yang sangat besar dengan dampak yang bersifat sementara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)