FITNESS & HEALTH
Inovasi Wolbachia dalam Menekan Dengue Dinilai Aman untuk Jangka Panjang
Aulia Putriningtias
Selasa 28 November 2023 / 18:05
Jakarta: Nyamuk ber-Wolbachia dikabarkan disebar pada lima kota besar, yakni Kota Semarang, Kota Bontang, Kota Kupang, Kota Jakarta Barat, dan Kota Bandung. Inovasi Wolbachia sendiri dinilai aman dalam jangka panjang.
Hal ini disampaikan oleh Entomolog Institut Pertanian Bogor, Prof. Damayanti Buchori, di mana melakukan analisa terkait inovasi Wolbachia dalam jangka panjang. Hasilnya adalah penerapan teknologi nyamuk ber-wolbachia untuk menekan penyebaran virus demam berdarah aman.
Lebih lanjut, bahkan inovasi ini aman dalam jangka waktu 30 tahun ke depan risikonya dapat diabaikan. Namun, monitoring tetap perlu dilakukan untuk melihat perkembangannya.
“Dari matriks risiko, pada akhirnya keluarlah negligible risk, yakni penggunaan wolbachia dapat diabaikan dalam waktu 30 tahun. Namun, monitoring secara reguler perlu dilakukan untuk melihat perkembangannya,” papar Prof. Damayanti, Jumat lalu, dilansir dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Nyamuk ber-Wolbachia sendiri adalah teknologi ini pada prinsipnya memanfaatkan bakteri alami Wolbachia yang banyak ditemukan pada 60 persen serangga. Bakteri itu selanjutnya dimasukkan dalam nyamuk Aedes aegypti.

(Kemenkes menerangkan bahwa nyamuk Aedes aegypti yang berteknologi wolbachia, tidak akan menularkan virus demam berdarah kepada manusia. Sebab, perkembangan virus dengue tersebut berhasil dihambat oleh bakteri Wolbachia. Foto: Dok. Birkom Kemenkes)
Kemudian, telur dari nyamuk akan menetas dan menghasilkan nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia. Dengan demikian, perlahan populasi aedes aegypti berkurang dan berganti menjadi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia.
Bila menggigit, nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia tidak akan menularkan virus demam berdarah kepada manusia. Sebab, perkembangan virus dengue tersebut berhasil dihambat oleh bakteri Wolbachia.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu menegaskan bahwa penyebaran nyamuk ber-wolbachia dipastikan aman. Hal ini karena telah melalui proses penelitian yang cukup panjang dengan turut melibatkan banyak ahli.
Awal mula percobaan nyamuk ber-Wolbachia ini dimulai dari dusun kecil. Kemudian, dilakukan dalam skala luas di Kota Yogyakarta. Percobaan ini dilakukan untuk melihat apakah penekanan dengue dapat terjadi jika menggunakan teknologi Wolbachia.
Hasilnya, penyebaran nyamuk ber-Wolbachia untuk mengurangi demam berdarah terbukti efektif menurunkan angka kejadian dengue hingga 77 persen dan angka perawatan di rumah sakit sebesar 86 persen. Penggunaan fogging atau pengasapan perlahan juga turun.
Hasil dari kajian ini selanjutnya diajukan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO), dan akhirnya di tahun 2021 nyamuk ber-wolbachia mendapatkan rekomendasi dari WHO. Dengan rekomendasi ini, penerapan teknologi wolbachia untuk mengatasi demam berdarah kian melengkapi Strategi Nasional Penanggulangan Dengue tahun 2021-2025.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Hal ini disampaikan oleh Entomolog Institut Pertanian Bogor, Prof. Damayanti Buchori, di mana melakukan analisa terkait inovasi Wolbachia dalam jangka panjang. Hasilnya adalah penerapan teknologi nyamuk ber-wolbachia untuk menekan penyebaran virus demam berdarah aman.
Lebih lanjut, bahkan inovasi ini aman dalam jangka waktu 30 tahun ke depan risikonya dapat diabaikan. Namun, monitoring tetap perlu dilakukan untuk melihat perkembangannya.
“Dari matriks risiko, pada akhirnya keluarlah negligible risk, yakni penggunaan wolbachia dapat diabaikan dalam waktu 30 tahun. Namun, monitoring secara reguler perlu dilakukan untuk melihat perkembangannya,” papar Prof. Damayanti, Jumat lalu, dilansir dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Nyamuk ber-Wolbachia sendiri adalah teknologi ini pada prinsipnya memanfaatkan bakteri alami Wolbachia yang banyak ditemukan pada 60 persen serangga. Bakteri itu selanjutnya dimasukkan dalam nyamuk Aedes aegypti.

(Kemenkes menerangkan bahwa nyamuk Aedes aegypti yang berteknologi wolbachia, tidak akan menularkan virus demam berdarah kepada manusia. Sebab, perkembangan virus dengue tersebut berhasil dihambat oleh bakteri Wolbachia. Foto: Dok. Birkom Kemenkes)
Kemudian, telur dari nyamuk akan menetas dan menghasilkan nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia. Dengan demikian, perlahan populasi aedes aegypti berkurang dan berganti menjadi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia.
Bila menggigit, nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia tidak akan menularkan virus demam berdarah kepada manusia. Sebab, perkembangan virus dengue tersebut berhasil dihambat oleh bakteri Wolbachia.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu menegaskan bahwa penyebaran nyamuk ber-wolbachia dipastikan aman. Hal ini karena telah melalui proses penelitian yang cukup panjang dengan turut melibatkan banyak ahli.
Awal mula percobaan nyamuk ber-Wolbachia ini dimulai dari dusun kecil. Kemudian, dilakukan dalam skala luas di Kota Yogyakarta. Percobaan ini dilakukan untuk melihat apakah penekanan dengue dapat terjadi jika menggunakan teknologi Wolbachia.
Hasilnya, penyebaran nyamuk ber-Wolbachia untuk mengurangi demam berdarah terbukti efektif menurunkan angka kejadian dengue hingga 77 persen dan angka perawatan di rumah sakit sebesar 86 persen. Penggunaan fogging atau pengasapan perlahan juga turun.
Hasil dari kajian ini selanjutnya diajukan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO), dan akhirnya di tahun 2021 nyamuk ber-wolbachia mendapatkan rekomendasi dari WHO. Dengan rekomendasi ini, penerapan teknologi wolbachia untuk mengatasi demam berdarah kian melengkapi Strategi Nasional Penanggulangan Dengue tahun 2021-2025.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)