FITNESS & HEALTH
Penelitian IPB tidak Menemukan Kandungan BPA di Galon Air Minum
A. Firdaus
Selasa 19 November 2024 / 11:15
Jakarta: Misinformasi terkait masalah kesehatan yang disebabkan oleh BPA (Bisphenol-A) yang terkandung dalam AMDK (Air Minum dalam Kemasan) masih terus beredar di masyarakat. Berbagai informasi terkait bahaya BPA seringkali disajikan secara tidak utuh, cenderung sensasional, dan yang paling berbahaya, tidak didasari bukti-bukti ilmiah.
BPA sendiri adalah bahan baku pembuatan jenis plastik polikarbonat dan epoksi. Karena manfaatnya, BPA tidak hanya dipakai pada kemasan air minum, namun juga banyak ditemukan pada barang-barang di sekitar kita.
Selain kemasan pangan, BPA juga dipergunakan untuk thermal paper pada kertas ATM/struk belanja, CD, peralatan olahraga, hingga peralatan medis seperti selang kateter dan tambalan gigi.
Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap BPA, termasuk jenis-jenis plastik yang digunakan sebagai bahan kemasan pangan, membuat misinformasi menjadi semakin mudah tersebar dan menimbulkan pemahaman yang salah.
Baca juga: Aman Digunakan, Masyarakat Tak Perlu Khawatir Isu BPA pada Galon Air Minum
Untuk menghindari meluasnya penyebaran informasi yang salah, masyarakat diimbau untuk membiasakan diri mencari informasi secara utuh dan menyeluruh, serta selalu mencari informasi pembanding.
DR. Devie Rahmawati, M.Hum., Pengamat Sosial, Universitas Indonesia ini menjelaskan, misinformasi atau hoax seringkali menggunakan wajah atau potret ahli sebagai bentuk afirmasi, meskipun secara konteks keahliannya mungkin tidak relevan atau bahkan ahli tersebut tidak ada (fiktif).
"Bahaya dari misinformasi bisa terjadi kebingungan, kegagalan, kebodohan, sampai konflik sosial. Jangan mudah termakan oleh isu beredar yang belum bisa dipercaya kebenarannya. Ada banyak cara untuk melakukan cek fakta," ungkap Dr. Devie.
Misinformasi yang banyak beredar mengatakan bahwa BPA dapat luruh di air minum kemasan galon dan dapat membahayakan kesehatan. Padahal, beberapa penelitian ilmiah membuktikan sebaliknya.
Prof. Dr. Nugraha Edhi Suyatma, S.T.P., DEA, Guru Besar Ilmu Rekayasa Proses Pengemasan Pangan IPB, pada sebuah kesempatan menyampaikan bahwa sejauh ini, belum ada studi yang membuktikan bahwa kandungan BPA ditemukan pada air minum dalam kemasan galon.
"Penelitian terbaru yang dilakukan peneliti ITB justru tidak menemukan BPA di galon air minum dari empat merk yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Hasilnya tidak terdeteksi melalui alat yang paling sensitif sekalipun," papar Prof. Nugraha.
"Dari hasil penelitian menunjukkan kandungan BPA di galon air minum sudah hampir tidak ada lagi, dan yang tersisa pun tidak mudah luruh. Potensi luruh hanya terjadi pada kondisi yang sangat ekstrem, misalnya, jika dipanaskan dalam suhu lebih dari 250 derajat Celcius," terangnya.
Kenyataannya, dalam proses produksi AMDK tidak ada proses pemanasan yang terjadi. Hanya mungkin terpapar matahari pada proses distribusi, itupun dengan suhu di bawah 50 derajat Celcius. Oleh karena itu, risiko migrasi BPA ke air minum dari kemasannya akan sangat kecil.
"Masyarakat tidak perlu khawatir dengan risiko paparan BPA pada kemasan galon berbahan polikarbonat. Apabila sudah mendapat izin edar BPOM, maka itu menjadi jaminan bahwa produk tersebut aman dikonsumsi," tegas Prof. Nugraha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
BPA sendiri adalah bahan baku pembuatan jenis plastik polikarbonat dan epoksi. Karena manfaatnya, BPA tidak hanya dipakai pada kemasan air minum, namun juga banyak ditemukan pada barang-barang di sekitar kita.
Selain kemasan pangan, BPA juga dipergunakan untuk thermal paper pada kertas ATM/struk belanja, CD, peralatan olahraga, hingga peralatan medis seperti selang kateter dan tambalan gigi.
Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap BPA, termasuk jenis-jenis plastik yang digunakan sebagai bahan kemasan pangan, membuat misinformasi menjadi semakin mudah tersebar dan menimbulkan pemahaman yang salah.
Baca juga: Aman Digunakan, Masyarakat Tak Perlu Khawatir Isu BPA pada Galon Air Minum
Untuk menghindari meluasnya penyebaran informasi yang salah, masyarakat diimbau untuk membiasakan diri mencari informasi secara utuh dan menyeluruh, serta selalu mencari informasi pembanding.
DR. Devie Rahmawati, M.Hum., Pengamat Sosial, Universitas Indonesia ini menjelaskan, misinformasi atau hoax seringkali menggunakan wajah atau potret ahli sebagai bentuk afirmasi, meskipun secara konteks keahliannya mungkin tidak relevan atau bahkan ahli tersebut tidak ada (fiktif).
"Bahaya dari misinformasi bisa terjadi kebingungan, kegagalan, kebodohan, sampai konflik sosial. Jangan mudah termakan oleh isu beredar yang belum bisa dipercaya kebenarannya. Ada banyak cara untuk melakukan cek fakta," ungkap Dr. Devie.
Misinformasi yang banyak beredar mengatakan bahwa BPA dapat luruh di air minum kemasan galon dan dapat membahayakan kesehatan. Padahal, beberapa penelitian ilmiah membuktikan sebaliknya.
Prof. Dr. Nugraha Edhi Suyatma, S.T.P., DEA, Guru Besar Ilmu Rekayasa Proses Pengemasan Pangan IPB, pada sebuah kesempatan menyampaikan bahwa sejauh ini, belum ada studi yang membuktikan bahwa kandungan BPA ditemukan pada air minum dalam kemasan galon.
"Penelitian terbaru yang dilakukan peneliti ITB justru tidak menemukan BPA di galon air minum dari empat merk yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Hasilnya tidak terdeteksi melalui alat yang paling sensitif sekalipun," papar Prof. Nugraha.
"Dari hasil penelitian menunjukkan kandungan BPA di galon air minum sudah hampir tidak ada lagi, dan yang tersisa pun tidak mudah luruh. Potensi luruh hanya terjadi pada kondisi yang sangat ekstrem, misalnya, jika dipanaskan dalam suhu lebih dari 250 derajat Celcius," terangnya.
Kenyataannya, dalam proses produksi AMDK tidak ada proses pemanasan yang terjadi. Hanya mungkin terpapar matahari pada proses distribusi, itupun dengan suhu di bawah 50 derajat Celcius. Oleh karena itu, risiko migrasi BPA ke air minum dari kemasannya akan sangat kecil.
"Masyarakat tidak perlu khawatir dengan risiko paparan BPA pada kemasan galon berbahan polikarbonat. Apabila sudah mendapat izin edar BPOM, maka itu menjadi jaminan bahwa produk tersebut aman dikonsumsi," tegas Prof. Nugraha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)