FITNESS & HEALTH
Beberapa Langkah untuk Mengeliminasi Tuberkulosis secara Global
A. Firdaus
Kamis 31 Maret 2022 / 11:15
Jakarta: Tuberkulosis mengalami peningkatan kasus di kala Pandemi Covid-19 melanda. Untuk itu, dibutuhkan penanganan yang serius, baik secara lokal, maupun global.
Untuk itu Tuberkulosis menjadi salah satu pembahasan saat Health Working Group (HWG) G20 digelar di Yogyakarta. Dalam menangani Tuberkulosis, dibutuhkan beberapa cara untuk bisa mencegah dan menyembuhkan tuberkulosis.
Dr. dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(K). M.Pd.Ked., Pengurus Harian Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan, hanya dengan memperbaiki jaringan kolaborasi, serta kerjasama multilateral, kerja keras mengeleminasi Tuberkulosis bisa dilakukan. Dengan begitu dunia kesehatan bisa mengembangkan sistem pelacakan, diagnosa, pencegahan, pengobatan, serta vaksinasi Tuberkulosis yang lebih baik lagi.
"Penting bagi Indonesia untuk mengusung tema Tuberkulosis ke dalam forum G20. Indonesia harus menyumbangkan pemikiran dan aksi atau program nyata agar TB bisa segera tereliminasi di 2030," ujar Dr. Fathiyah.
"Sebagai langkah kongkritnya, menurut Dr. Fathiyah, Indonesia harus memiliki program penanggulangan Tuberkulosis dengan pelaksanaan yang lebih baik supaya angka kasus Tuberkulosis di Indonesia bisa jauh menurun," sambungnya.
Topik bahasan Tuberkulosis di G20 juga dinilai tepat saat ini. Mengingat 50% kasus Tuberkulosis dunia teridentifikasi di negara-negara anggota G20 seperti India, China, Indonesia, Afrika Selatan, Brasil, dan Rusia. Indonesia sendiri merupakan negara ketiga dengan beban kasus Tuberkulosis terbanyak di dunia, setelah India dan China.
Posisi Indonesia dalam G20 khususnya di forum kesehatan dengan topik penanggulangan Tuberkulosis punya arti yang besar. Perlu inisiatif yang harus dilakukan dalam membahas serta menetapkan langkah-langkah penanggulangan Tuberkulosis secara global dan juga di Indonesia saat ini.
Sejak 2020 fokus penanggulangan Tuberkulosis dinilai mulai terganggu oleh fokus seluruh dunia dalam menanggulangi pandemi Covid-19. Tentunya momentum HWG I di G20 saat yang tepat untuk mengarahkan kembali fokus negara-negara di dunia ke kasus Tuberkulosis yang belum tuntas. Apalagi G20 merupakan forum ekonomi dengan anggota 19 negara dan 1 uni eropa yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar dunia saat ini.
"Tentunya kami mendukung program pemerintah dalam eleminasi Tuberkulosis di Indonesia. PDPI juga pro aktif memberikan masukan yang relevan dan inovatif kepada Kemenkes terkait penanggulangan TB di Indonesia. PDPI sendiri merupakan bagian dari komite ahli dalam Satgas Tuberkulosis Nasional, yang berperan aktif menanggulangi Tuberkulosis di Indonesia,” ujar Dr. Fathiyah.
Terdapat lebih dari 30 cabang PDPI di Indonesia dan setiap cabang kini memiliki kelompok kerja (pokja) penanggulangan Tuberkulosis. Pokja ini bekerja mulai dari penemuan kasus, diagnosis kasus, mencegah pasien putus berobat, hingga mendampingi pasien sampai sembuh.
"Tantangan tersendiri dalam penanganan Tuberkulosis di Indonesia adalah, masyarakat masih memandang penyakit ini sebagai stigma negatif. Masih banyak masyarakat yang tidak mau memeriksakan dirinya. Bahkan walaupun ada pasien sudah terdiagnosis Tuberkulosis, mereka tidak mau berobat," terang Dr. Fathiyah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Untuk itu Tuberkulosis menjadi salah satu pembahasan saat Health Working Group (HWG) G20 digelar di Yogyakarta. Dalam menangani Tuberkulosis, dibutuhkan beberapa cara untuk bisa mencegah dan menyembuhkan tuberkulosis.
Dr. dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(K). M.Pd.Ked., Pengurus Harian Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan, hanya dengan memperbaiki jaringan kolaborasi, serta kerjasama multilateral, kerja keras mengeleminasi Tuberkulosis bisa dilakukan. Dengan begitu dunia kesehatan bisa mengembangkan sistem pelacakan, diagnosa, pencegahan, pengobatan, serta vaksinasi Tuberkulosis yang lebih baik lagi.
"Penting bagi Indonesia untuk mengusung tema Tuberkulosis ke dalam forum G20. Indonesia harus menyumbangkan pemikiran dan aksi atau program nyata agar TB bisa segera tereliminasi di 2030," ujar Dr. Fathiyah.
"Sebagai langkah kongkritnya, menurut Dr. Fathiyah, Indonesia harus memiliki program penanggulangan Tuberkulosis dengan pelaksanaan yang lebih baik supaya angka kasus Tuberkulosis di Indonesia bisa jauh menurun," sambungnya.
Topik bahasan Tuberkulosis di G20 juga dinilai tepat saat ini. Mengingat 50% kasus Tuberkulosis dunia teridentifikasi di negara-negara anggota G20 seperti India, China, Indonesia, Afrika Selatan, Brasil, dan Rusia. Indonesia sendiri merupakan negara ketiga dengan beban kasus Tuberkulosis terbanyak di dunia, setelah India dan China.
Posisi Indonesia dalam G20 khususnya di forum kesehatan dengan topik penanggulangan Tuberkulosis punya arti yang besar. Perlu inisiatif yang harus dilakukan dalam membahas serta menetapkan langkah-langkah penanggulangan Tuberkulosis secara global dan juga di Indonesia saat ini.
Sejak 2020 fokus penanggulangan Tuberkulosis dinilai mulai terganggu oleh fokus seluruh dunia dalam menanggulangi pandemi Covid-19. Tentunya momentum HWG I di G20 saat yang tepat untuk mengarahkan kembali fokus negara-negara di dunia ke kasus Tuberkulosis yang belum tuntas. Apalagi G20 merupakan forum ekonomi dengan anggota 19 negara dan 1 uni eropa yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar dunia saat ini.
"Tentunya kami mendukung program pemerintah dalam eleminasi Tuberkulosis di Indonesia. PDPI juga pro aktif memberikan masukan yang relevan dan inovatif kepada Kemenkes terkait penanggulangan TB di Indonesia. PDPI sendiri merupakan bagian dari komite ahli dalam Satgas Tuberkulosis Nasional, yang berperan aktif menanggulangi Tuberkulosis di Indonesia,” ujar Dr. Fathiyah.
Terdapat lebih dari 30 cabang PDPI di Indonesia dan setiap cabang kini memiliki kelompok kerja (pokja) penanggulangan Tuberkulosis. Pokja ini bekerja mulai dari penemuan kasus, diagnosis kasus, mencegah pasien putus berobat, hingga mendampingi pasien sampai sembuh.
"Tantangan tersendiri dalam penanganan Tuberkulosis di Indonesia adalah, masyarakat masih memandang penyakit ini sebagai stigma negatif. Masih banyak masyarakat yang tidak mau memeriksakan dirinya. Bahkan walaupun ada pasien sudah terdiagnosis Tuberkulosis, mereka tidak mau berobat," terang Dr. Fathiyah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)