FITNESS & HEALTH

Duh! Kucing Bisa Berisiko Jadi Pembawa Virus Mutasi Flu Burung

Mia Vale
Minggu 29 Desember 2024 / 15:27
Jakarta: Penyebaran flu burung yang terus berlanjut di Amerika Serikat telah mengkhawatirkan para ahli. Pasalnya, bukan hanya karena kasus pada manusia yang menyebabkan penyakit parah, namun juga karena adanya kasus infeksi baru pada kucing. 

Dan ini berawal dari sebuah sampel virus yang ditemukan pada pasien dengan sakit kritis di Amerika Serikat. Hal tersebut telah menunjukkan tanda-tanda mutasi agar lebih sesuai dengan saluran pernapasan manusia, meskipun tidak ada indikasi bahwa virus tersebut telah menyebar ke luar individu tersebut, lapor pihak berwenang. 

Awal bulan ini, para pejabat mengumumkan bahwa seorang pasien lanjut usia di Louisiana berada dalam "kondisi kritis" karena infeksi H5N1 yang parah. 

Analisis yang diposting oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengungkapkan bahwa sebagian kecil virus di tenggorokan pasien membawa perubahan genetik yang dapat meningkatkan kemampuan virus untuk mengikat reseptor sel tertentu yang ditemukan di saluran pernapasan bagian atas manusia. 
 

Adanya mutasi virus



(Angela Rasmussen, ahli virologi di Universitas Saskatchewan, Kanada, menjelaskan bahwa meskipun mutasi mungkin membantu virus memasuki sel dengan lebih mudah, bukti tambahan diperlukan untuk memastikan dampak apa pun terhadap penularan. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)

Dalam kutipan laman Barron's, CDC mengatakan mutasi tersebut kemungkinan disebabkan oleh replikasi virus ini pada pasien dengan penyakit lanjut. Selain itu, ditekankan juga tidak ada penularan strain yang bermutasi ke manusia lain yang teridentifikasi. 

Meski begitu, beberapa ahli memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk menentukan apakah perubahan ini akan membuat virus lebih mudah menular atau lebih parah pada manusia. 

Baca juga: Kemunculan Virus Flu Burung Menular Terdeteksi di Peternakan Bebek Australia

Angela Rasmussen, ahli virologi di Universitas Saskatchewan, Kanada, menjelaskan bahwa meskipun mutasi mungkin membantu virus memasuki sel dengan lebih mudah, bukti tambahan diperlukan untuk memastikan dampak apa pun terhadap penularan. 

Terlebih lagi, mutasi serupa pernah terjadi pada pasien yang sakit kritis sebelumnya tanpa menyebabkan wabah yang lebih luas. 

“Senang rasanya mengetahui bahwa kita harus mewaspadai hal ini. Tetapi hal ini tidak benar-benar memberi tahu kita, apakah pandemi itu sudah dekat," tegas Rasmussen. 

Thijs Kuiken dari Erasmus University Medical Center di Belanda pun mengamini. “Penempelan yang efisien pada sel saluran pernapasan bagian atas manusia diperlukan, namun tidak cukup, agar penularan antar manusia lebih efisien,” tambahnya, seraya menambahkan bahwa proses tersebut hanyalah salah satu dari beberapa langkah yang diperlukan agar replikasi virus berhasil. 

Alih-alih memperparah penyakit, Kuiken menekankan, adaptasi semacam itu sebenarnya bisa mengakibatkan infeksi yang lebih ringan dengan memilih sel-sel di saluran pernapasan bagian atas – yang menyebabkan gejala seperti pilek atau sakit tenggorokan – dibandingkan memengaruhi saluran pernapasan bagian bawah.
 

Semakin meluas


Rasmussen mengungkapkan kekhawatiran yang lebih besar mengenai banyaknya jumlah virus flu burung yang beredar saat ini. CDC telah melaporkan 65 kasus terkonfirmasi pada manusia pada tahun 2024, dan lebih banyak lagi yang mungkin tidak terdeteksi pada pekerja peternakan sapi perah dan unggas. 

Peredaran yang meluas ini, Rasmussen memperingatkan, meningkatkan kemungkinan virus bercampur dengan influenza musiman. Ini bisa berpotensi memicu “lompatan evolusioner yang cepat,” serupa dengan peristiwa yang menyebabkan pandemi flu pada tahun 1918 dan 2009. 
 

Menginfeksi kucing


Para peneliti juga mencermati meningkatnya kasus infeksi flu burung pada kucing. Seekor kucing di Oregon mati setelah mengonsumsi makanan hewan mentah yang dipastikan terkontaminasi H5N1, mendorong penarikan kembali makanan hewan mentah dan beku Resep Feline Turkey dari Northwest Naturals. 

Tak hanya itu, Wild Felid Advocacy Center of Washington di Facebook juga memberitakan bahwa di negara bagian Washington, 20 kucing besar di sebuah tempat perlindungan, baru-baru ini mati setelah tertular flu burung. 

Dan ini juga yang menjadi perhatian Rasmussen, di mana dia mengimbau kucing luar yang terinfeksi, bila kembali ke rumah, bisa menularkan virus kepada manusia melalui kontak dekat.

"Jika kamu memiliki kucing yang tinggal di luar rumah dan tertular H5 karena memakan burung yang mati. Ketika kucing itu kembali ke rumah, kemudian kamu memeluknya dan tidur dengannya, inilah yang bisa menciptakan risiko paparan tambahan," tegas Rasmussen. 

Namun ditambahkan oleh dokter hewan negara bagian Ryan Scholz, bila kucing kamu termasuk kucing rumahan yang tidak berkeliaran di luar, kemungkinan tidak terpapar virus dari lingkungan luar rumah. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(TIN)

MOST SEARCH