FITNESS & HEALTH
Apakah AI Bisa Menjadi Obat Kesepian? Ini Kata Para Ahli
Riza Aslam Khaeron
Selasa 07 Januari 2025 / 17:27
Jakarta: Kesepian telah menjadi salah satu masalah kesehatan mental yang semakin disorot. Di Inggris, lebih dari 7% populasi, atau hampir empat juta orang, mengalami kesepian kronis.
Di Amerika Serikat, sebuah studi Harvard pada tahun 2021 menemukan bahwa lebih dari sepertiga penduduk merasa "sangat kesepian".
Dalam situasi ini, muncul pertanyaan: apakah kecerdasan buatan (AI) dapat membantu mengatasi perasaan ini?
“Di zaman di mana banyak orang merasa hidup mereka dipenuhi kesepian, mungkin ada manfaat dari keberadaan AI sebagai teman yang memberikan interaksi sosial yang personal dan saling mendukung,” tulis Prescott dalam bukunya The Psychology of Artificial Intelligence.
Prescott juga mengungkapkan bahwa AI dapat menjadi alat bagi individu yang hampir mengalami isolasi sosial untuk melatih kemampuan sosial mereka.
Dengan berlatih bercakap-cakap dan berinteraksi melalui AI, seseorang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan mengurangi risiko menarik diri sepenuhnya dari kehidupan sosial.
“Kesepian sering kali memicu lingkaran setan, di mana isolasi menurunkan rasa percaya diri, yang akhirnya mengurangi keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain,” jelas Prescott.
AI dapat membantu memutus siklus ini dengan mendukung rasa percaya diri seseorang dan membantu meningkatkan kemampuan bersosialisasi.
“Menjalin hubungan dengan mesin bisa menjadi bumerang dan membuat orang kehilangan kesempatan untuk membangun hubungan manusia yang lebih aman dan memuaskan,” ungkap Turkle.
Hal ini juga disampaikan oleh Christina Victor, profesor gerontologi dan kesehatan masyarakat di Brunel University.
“Saya ragu [AI] bisa benar-benar mengatasi kesepian, dan saya mempertanyakan apakah koneksi melalui AI dapat bermakna, karena hubungan sosial kita biasanya didasarkan pada prinsip timbal balik,” ujarnya.
“Namun, sampai masyarakat memberikan prioritas pada keterhubungan sosial, robot dapat menjadi solusi sementara bagi jutaan orang yang tidak memiliki teman,” jelas Doraiswamy.
Ia juga menekankan pentingnya memastikan AI dirancang dengan aturan yang menjaga moralitas, kepercayaan, dan privasi penggunanya.
Perdebatan mengenai peran AI dalam mengatasi kesepian mencerminkan harapan dan tantangan dari teknologi ini.
Meski AI tidak bisa menggantikan hubungan manusia sepenuhnya, potensinya untuk memberikan interaksi yang bermakna tetap ada.
Namun, para ahli mengingatkan bahwa hubungan antar manusia tetap menjadi kunci utama dalam mencari solusi yang berkelanjutan.
Baca Juga:
Snapdragon X Series Masuk Desktop Mini, Sudah Ada NPU
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(WAN)
Di Amerika Serikat, sebuah studi Harvard pada tahun 2021 menemukan bahwa lebih dari sepertiga penduduk merasa "sangat kesepian".
Dalam situasi ini, muncul pertanyaan: apakah kecerdasan buatan (AI) dapat membantu mengatasi perasaan ini?
Peran AI dalam Mengurangi Kesepian
Tony Prescott, profesor robotika kognitif dari University of Sheffield, meyakini bahwa hubungan antara manusia dan AI memiliki potensi besar. Ia membandingkan interaksi dengan AI seperti hubungan manusia dengan hewan peliharaan atau mainan anak-anak.“Di zaman di mana banyak orang merasa hidup mereka dipenuhi kesepian, mungkin ada manfaat dari keberadaan AI sebagai teman yang memberikan interaksi sosial yang personal dan saling mendukung,” tulis Prescott dalam bukunya The Psychology of Artificial Intelligence.
Prescott juga mengungkapkan bahwa AI dapat menjadi alat bagi individu yang hampir mengalami isolasi sosial untuk melatih kemampuan sosial mereka.
Dengan berlatih bercakap-cakap dan berinteraksi melalui AI, seseorang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan mengurangi risiko menarik diri sepenuhnya dari kehidupan sosial.
“Kesepian sering kali memicu lingkaran setan, di mana isolasi menurunkan rasa percaya diri, yang akhirnya mengurangi keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain,” jelas Prescott.
AI dapat membantu memutus siklus ini dengan mendukung rasa percaya diri seseorang dan membantu meningkatkan kemampuan bersosialisasi.
Kekhawatiran Para Ahli Lain
Meskipun manfaat AI terlihat menjanjikan, beberapa ahli menunjukkan adanya potensi risiko. Sherry Turkle, profesor ilmu sosial di MIT, memperingatkan bahwa hubungan dengan mesin dapat berdampak negatif.“Menjalin hubungan dengan mesin bisa menjadi bumerang dan membuat orang kehilangan kesempatan untuk membangun hubungan manusia yang lebih aman dan memuaskan,” ungkap Turkle.
Hal ini juga disampaikan oleh Christina Victor, profesor gerontologi dan kesehatan masyarakat di Brunel University.
“Saya ragu [AI] bisa benar-benar mengatasi kesepian, dan saya mempertanyakan apakah koneksi melalui AI dapat bermakna, karena hubungan sosial kita biasanya didasarkan pada prinsip timbal balik,” ujarnya.
Solusi Jangka Panjang
Murali Doraiswamy, profesor psikiatri dan kedokteran di Duke University, menegaskan bahwa teman manusia tetap menjadi solusi terbaik untuk mengatasi kesepian.“Namun, sampai masyarakat memberikan prioritas pada keterhubungan sosial, robot dapat menjadi solusi sementara bagi jutaan orang yang tidak memiliki teman,” jelas Doraiswamy.
Ia juga menekankan pentingnya memastikan AI dirancang dengan aturan yang menjaga moralitas, kepercayaan, dan privasi penggunanya.
Perdebatan mengenai peran AI dalam mengatasi kesepian mencerminkan harapan dan tantangan dari teknologi ini.
Meski AI tidak bisa menggantikan hubungan manusia sepenuhnya, potensinya untuk memberikan interaksi yang bermakna tetap ada.
Namun, para ahli mengingatkan bahwa hubungan antar manusia tetap menjadi kunci utama dalam mencari solusi yang berkelanjutan.
Baca Juga:
Snapdragon X Series Masuk Desktop Mini, Sudah Ada NPU
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WAN)