FITNESS & HEALTH
Sufor Tak Selalu Sebabkan Diabetes pada Anak, Ini Paparan Ahli
Aulia Putriningtias
Senin 06 November 2023 / 16:34
Jakarta: Berbagai perdebatan muncul terkait anak yang diberikan air susu ibu (ASI) dan juga sufor. Terkait hal tersebut, ternyata sufor tak selalu menjadi faktor utama dalam sebabkan diabetes pada anak.
Hal ini dipaparkan oleh Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD, guru besar pada bidang Ilmu Penyakit Dalam, bahwa pemahaman sufor dalam meningkatkan risiko diabetes juga tergantung pada asupan kalori. Namun, secara penelitian, memang benar bahwa mendapatkan ASI eksklusif meminimalisir hadirnya diabetes.
"Menurut data ilmiahnya, anak yang mendapatkan ASI eksklusif lebih kecil berisiko diabetes militus dibandingkan yang mendapatkan sufor," papar dr. Ketut dalam pertemuan media tentang 'Hari Diabetes Sedunia', Senin, 6 November 2023.
Menurutnya, yang perlu diperhatikan adalah batasan kalori pada anak. Orang tua cenderung menyediakan porsi banyak untuk dalam memberikan makanan kepada anak. Padahal, inilah yang menjadi salah satu pencetus hadirnya diabetes pada anak.
"Yang harus diperhatikan ini adalah setelah enam bulan. Setelah enam bulan, kan harus makan? Jadi, ASI dan makan. Kalau ASI plus makan ditambah sufor, ya sama saja," jelasnya.
Dibandingkan ASI, sufor sendiri memiliki kandungan gula yang harus diperhatikan oleh orang tua. Terlalu banyak memberikan porsi tak sesuai aturan, akan menyebabkan risiko diabetes bisa datang. Namun, makanan pendamping ASI (MPASI) juga perlu diberikan sesuai dengan porsi cukup.
Porsi cukup adalah di mana orang tua mengatur jumlah kalori anak dalam sehari. Jadi, anak tak terus diberikan jumlah kalori besar hanya untuk membuat mereka merasa kenyang. Justru, ini adalah momen di mana orang tua perlu berhati-hati.
"Jadi, bukan hanya soal sufor. Namun, dalam memberikan kalori makanan berlebihan akan timbul risiko menjadi diabetes militus," tegasnya.
Diabetes pada anak perlu menjadi perhatian. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Aman B. Pulungan, selaku Guru Besar FKUI-RSCM, angka prevalensi diabetes militus 1 pada anak dan remaja (1-19 tahun), berada di angka 1,52 juta.
"Kita perlu menyadari bahwa kasus diabetes ini bukan terjadi mulai 15 tahun, tetapi sejak 0 tahun atau bayi sudah ada yang terkena diabetes," pungkas Aman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Hal ini dipaparkan oleh Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD, guru besar pada bidang Ilmu Penyakit Dalam, bahwa pemahaman sufor dalam meningkatkan risiko diabetes juga tergantung pada asupan kalori. Namun, secara penelitian, memang benar bahwa mendapatkan ASI eksklusif meminimalisir hadirnya diabetes.
"Menurut data ilmiahnya, anak yang mendapatkan ASI eksklusif lebih kecil berisiko diabetes militus dibandingkan yang mendapatkan sufor," papar dr. Ketut dalam pertemuan media tentang 'Hari Diabetes Sedunia', Senin, 6 November 2023.
Menurutnya, yang perlu diperhatikan adalah batasan kalori pada anak. Orang tua cenderung menyediakan porsi banyak untuk dalam memberikan makanan kepada anak. Padahal, inilah yang menjadi salah satu pencetus hadirnya diabetes pada anak.
"Yang harus diperhatikan ini adalah setelah enam bulan. Setelah enam bulan, kan harus makan? Jadi, ASI dan makan. Kalau ASI plus makan ditambah sufor, ya sama saja," jelasnya.
Dibandingkan ASI, sufor sendiri memiliki kandungan gula yang harus diperhatikan oleh orang tua. Terlalu banyak memberikan porsi tak sesuai aturan, akan menyebabkan risiko diabetes bisa datang. Namun, makanan pendamping ASI (MPASI) juga perlu diberikan sesuai dengan porsi cukup.
Porsi cukup adalah di mana orang tua mengatur jumlah kalori anak dalam sehari. Jadi, anak tak terus diberikan jumlah kalori besar hanya untuk membuat mereka merasa kenyang. Justru, ini adalah momen di mana orang tua perlu berhati-hati.
"Jadi, bukan hanya soal sufor. Namun, dalam memberikan kalori makanan berlebihan akan timbul risiko menjadi diabetes militus," tegasnya.
Diabetes pada anak perlu menjadi perhatian. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Aman B. Pulungan, selaku Guru Besar FKUI-RSCM, angka prevalensi diabetes militus 1 pada anak dan remaja (1-19 tahun), berada di angka 1,52 juta.
"Kita perlu menyadari bahwa kasus diabetes ini bukan terjadi mulai 15 tahun, tetapi sejak 0 tahun atau bayi sudah ada yang terkena diabetes," pungkas Aman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)