FITNESS & HEALTH
Sejak Januari 2022, Subvarian Omicron di Indonesia Sudah Terdeteksi
Raka Lestari
Selasa 15 Maret 2022 / 16:50
Jakarta: Varian Omicron terus melakukan mutasi, dan yang terbaru adalah subvarian Omicron BA.2. Di Indonesia sendiri, Subvarian Omicron BA.2 ini memang sudah terdeteksi. Meskipun demikian, kasus konfirmasi positif covid-19 di Indonesia mengalami penurunan di beberapa waktu terakhir.
“Hasil pengamatan kita hingga saat ini terkait karakteristik Omicron BA.2 ini memiliki tingkat transmisi yang tinggi atau lebih cepat menular,” ujar Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, dalam Konferensi Pers Perkembangan Covid-19 di Indonesia, pada Selasa, 15 Maret 2022.
Menurut dr. Nadia, gejala-gejala yang timbul adalah mirip dengan sub varian BA.1. Seperti diketahui, varian Omicron mendominasi distribusi virus covid-19 di Indonesia pada awal tahun ini.
Subvarian Omicron BA.2 yang terjadi di Indonesia, sejatinya sudah terdeteksi sejak Januari 2022. Ketika itu pemeriksaan dilakukan melalui genome sequencing yang dilakukan Kemenkes, dan sudah dilakukan sejak Januari lalu dengan jumlah pemeriksaan sebanyak 8.302.
“Terkait vaksin covid-19, apapun jenisnya saat ini yang kita gunakan di Indonesia masih sangat efektif untuk seluruh varian Omicron. Baik itu BA.1, BA.1.1, BA.2, maupun BA.3. Pada prinsipnya adalah melengkapi vaksinasi 2 dosis dan tentunya dengan adanya penambahan vaksin dosis ketiga atau booster akan meningkatkan peningkatan pertahanan kita. Termasuk terhadap subvarian Omicron,” kata dr. Nadia.
Meski ada penemuan subvarian Omicron BA.2 di Indonesia, namun tren konfirmasi harian covid-19 secara umum memperlihatkan penurunan secara konsisten.
“Angka konfirmasi kemarin sudah lebih rendah dari angka kasus di akhir Januari 2022. Dan melihat situasi nasional, bahwa semua provinsi saat ini mengalami penurunan kasus. Terutama dalam 3 minggu terakhir, termasuk juga untuk kematian,” kata dr. Nadia.
Meskipun demikian, situasi ini akan terus berubah dan akan terus dipantau. Jadi penting bagi semua untuk tetap waspada terhadap kemungkinan peningkatan kasus di beberapa hari ke depan.
“Testing rate nasional dapat dipertahankan di atas standar WHO, meskipun dalam 2 minggu terakhir mengalami penurunan. Dan ini diikuti dengan peningkatan positivity rate di sebagian besar provinsi, yang artinya kita harus tetap waspada bahwa tingkat penularan itu potensinya masih ada dan masih cukup tinggi,” tutup dr. Nadia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
“Hasil pengamatan kita hingga saat ini terkait karakteristik Omicron BA.2 ini memiliki tingkat transmisi yang tinggi atau lebih cepat menular,” ujar Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, dalam Konferensi Pers Perkembangan Covid-19 di Indonesia, pada Selasa, 15 Maret 2022.
Menurut dr. Nadia, gejala-gejala yang timbul adalah mirip dengan sub varian BA.1. Seperti diketahui, varian Omicron mendominasi distribusi virus covid-19 di Indonesia pada awal tahun ini.
Subvarian Omicron BA.2 yang terjadi di Indonesia, sejatinya sudah terdeteksi sejak Januari 2022. Ketika itu pemeriksaan dilakukan melalui genome sequencing yang dilakukan Kemenkes, dan sudah dilakukan sejak Januari lalu dengan jumlah pemeriksaan sebanyak 8.302.
“Terkait vaksin covid-19, apapun jenisnya saat ini yang kita gunakan di Indonesia masih sangat efektif untuk seluruh varian Omicron. Baik itu BA.1, BA.1.1, BA.2, maupun BA.3. Pada prinsipnya adalah melengkapi vaksinasi 2 dosis dan tentunya dengan adanya penambahan vaksin dosis ketiga atau booster akan meningkatkan peningkatan pertahanan kita. Termasuk terhadap subvarian Omicron,” kata dr. Nadia.
Meski ada penemuan subvarian Omicron BA.2 di Indonesia, namun tren konfirmasi harian covid-19 secara umum memperlihatkan penurunan secara konsisten.
“Angka konfirmasi kemarin sudah lebih rendah dari angka kasus di akhir Januari 2022. Dan melihat situasi nasional, bahwa semua provinsi saat ini mengalami penurunan kasus. Terutama dalam 3 minggu terakhir, termasuk juga untuk kematian,” kata dr. Nadia.
Meskipun demikian, situasi ini akan terus berubah dan akan terus dipantau. Jadi penting bagi semua untuk tetap waspada terhadap kemungkinan peningkatan kasus di beberapa hari ke depan.
“Testing rate nasional dapat dipertahankan di atas standar WHO, meskipun dalam 2 minggu terakhir mengalami penurunan. Dan ini diikuti dengan peningkatan positivity rate di sebagian besar provinsi, yang artinya kita harus tetap waspada bahwa tingkat penularan itu potensinya masih ada dan masih cukup tinggi,” tutup dr. Nadia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)