FITNESS & HEALTH
Fenomena Ketindihan Makhluk Halus? Begini Penjelasan Medisnya
Medcom
Selasa 20 Juni 2023 / 13:10
Jakarta: Banyak orang percaya bahwa ketindihan saat tidur adalah akibat dari gangguan makhluk halus. Namun, apakah hal ini benar?
Ternyata, ada penjelasan ilmiah lho yang dapat menjawab fenomena ini. Menurut dokter spesialis kesehatan jiwa di RS Jiwa Prof. DR. Soerojo Magelang, dr. Santi Yuliani, SpKJ, M.Sc., ketindihan adalah kondisi yang disebut sebagai sleep paralysis atau kelumpuhan tidur.
Kondisi ini adalah keadaan di mana seseorang tidak bisa menggerakkan tubuh atau berbicara saat bangun dari tidur atau sebelum tidur. Kejadian ini biasanya hanya berlangsung sebentar dan tidak membahayakan.
Sleep paralysis terjadi karena adanya gangguan pada siklus tidur seseorang. Saat tidur, ada dua fase yang dialami, yaitu fase NREM (non-rapid eye movement) dan REM (rapid eye movement). Fase NREM adalah fase di mana tubuh rileks dan mata terpejam.
Fase REM adalah fase di mana mata bergerak cepat dan mimpi terjadi. Pada fase ini, otot-otot tubuh menjadi lumpuh untuk mencegah kita bergerak sesuai mimpi.
Ketika seseorang terbangun di tengah fase REM, otak belum siap untuk mengaktifkan tubuh kembali. Akibatnya, seseorang merasa tidak bisa bergerak atau berbicara, tetapi sudah sadar dan membuka mata. Seseorang juga bisa merasakan tekanan di dada, sulit bernapas, atau melihat halusinasi seperti sosok hitam di sekitarnya.
Fenomena ini bisa dialami oleh siapa saja, tanpa memandang usia atau jenis kelamin. Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko sleep paralysis, seperti kurang tidur, stres, insomnia, gangguan cemas, gangguan stres pascatrauma (PTSD), narkolepsi, kram kaki malam hari, atau penyalahgunaan obat-obatan.
Untuk mencegah dan mengatasi sleep paralysis, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti:
- Menjaga pola tidur yang teratur dan cukup.
- Menghindari alkohol, kafein, atau nikotin sebelum tidur.
- Melakukan relaksasi atau meditasi sebelum tidur.
- Mengubah posisi tidur dari telentang ke menyamping.
- Menyadari bahwa fenomena ini tidak berbahaya dan akan segera berlalu.
- Mencari bantuan profesional jika fenomena ini sering terjadi dan mengganggu kualitas hidup.
Fauzi Pratama Ramadhan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Ternyata, ada penjelasan ilmiah lho yang dapat menjawab fenomena ini. Menurut dokter spesialis kesehatan jiwa di RS Jiwa Prof. DR. Soerojo Magelang, dr. Santi Yuliani, SpKJ, M.Sc., ketindihan adalah kondisi yang disebut sebagai sleep paralysis atau kelumpuhan tidur.
Kondisi ini adalah keadaan di mana seseorang tidak bisa menggerakkan tubuh atau berbicara saat bangun dari tidur atau sebelum tidur. Kejadian ini biasanya hanya berlangsung sebentar dan tidak membahayakan.
Sleep paralysis terjadi karena adanya gangguan pada siklus tidur seseorang. Saat tidur, ada dua fase yang dialami, yaitu fase NREM (non-rapid eye movement) dan REM (rapid eye movement). Fase NREM adalah fase di mana tubuh rileks dan mata terpejam.
Fase REM adalah fase di mana mata bergerak cepat dan mimpi terjadi. Pada fase ini, otot-otot tubuh menjadi lumpuh untuk mencegah kita bergerak sesuai mimpi.
Ketika seseorang terbangun di tengah fase REM, otak belum siap untuk mengaktifkan tubuh kembali. Akibatnya, seseorang merasa tidak bisa bergerak atau berbicara, tetapi sudah sadar dan membuka mata. Seseorang juga bisa merasakan tekanan di dada, sulit bernapas, atau melihat halusinasi seperti sosok hitam di sekitarnya.
Fenomena ini bisa dialami oleh siapa saja, tanpa memandang usia atau jenis kelamin. Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko sleep paralysis, seperti kurang tidur, stres, insomnia, gangguan cemas, gangguan stres pascatrauma (PTSD), narkolepsi, kram kaki malam hari, atau penyalahgunaan obat-obatan.
Untuk mencegah dan mengatasi sleep paralysis, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti:
- Menjaga pola tidur yang teratur dan cukup.
- Menghindari alkohol, kafein, atau nikotin sebelum tidur.
- Melakukan relaksasi atau meditasi sebelum tidur.
- Mengubah posisi tidur dari telentang ke menyamping.
- Menyadari bahwa fenomena ini tidak berbahaya dan akan segera berlalu.
- Mencari bantuan profesional jika fenomena ini sering terjadi dan mengganggu kualitas hidup.
Fauzi Pratama Ramadhan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)