FITNESS & HEALTH

Kerap Disepelekan, Ini 5 Gejala Diabetes yang Mampir saat Malam Hari

A. Firdaus
Kamis 28 November 2024 / 09:10
Jakarta: Pengidap Diabetes diprediksi akan terus meningkat di Indonesia, mencapai 28,6 juta pada tahun 2045. Hal ini membuat Indonesia berpotensi menjadi negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak kelima di dunia.

Salah satu yang memicu prevalensi diabetes di Indonesia meningkat adalah kerap menyepelekan gejala diabetes. Terutama saat malam hari yang bisa mengganggu pola tidur si penderitanya.

Berikut ini 5 gejala diabetes yang muncul saat malam hari
 

1. Mudah lapar


Pengidap diabetes kerap mengalami lapar ketika malam tiba. Hal itu karena insulin dalam tubuh tidak bekerja dengan baik sehingga membuat sel-sel tubuh tidak menyerap glukosa secara efektif.
 

2. Mudah haus


Selain mudah lapar, gejala diabetes yang muncul saat malam hari adalah mudah haus yang ekstrem. Rasa haus ini bisa mengganggu tidur si pengidap.

Baca juga: Mengenal Neuropati Periferal, Kerusakan Saraf yang Jarang Disadari Pasien Diabetes
 

3. Sering buang air kecil


Mudah haus saat malam hari membuat si pengidap sering buang air kecil. Gejala yang disebut nokturia ini menjadi paling sering dialami pengidap diabetes.
 

4. Mudah lelah


Kadar gula yang berlebihan munculnya membuat tubuh kesulitan memanfaatkan energi dari makanan. Gula darah yang tinggi juga membuat hormon tidur dan memengaruhi siklusnya.Yang terjadi, membuat badan terasa lelah dari biasanya.
 

5. Penglihatan kabur


Penglihatan pengidap diabetes juga bisa kabur saat malam hari. Hal ini dikarenakan kadar gula darah yang tinggi dan memengaruhi pembuluh dara mata dan menyebabkan lensa mata membengkak.

Jika mengalami gejala-gejala seperti itu secara rutin dan terus menerus, ada baiknya kamu mengubah pola hidup dan konsultasikan dengan dokter. Karena, semakin cepat dideteksi, maka semakin besar peluang untuk mencegah komplikasi serius seperti kerusakan saraf, mata, ginjal, dan jantung.

"Diabetes itu adalah mother of all diseases. Kalau tidak terkontrol, dia bisa terkena penyakit jantung, stroke, ginjal yang akan lebih berat lagi masalahnya, akan lebih berat lagi biayanya,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Dr. Eva Susanti, S. Kp., M. Kes., melansir situs Kemenkes.

Dr. Eva mengatakan, risiko seseorang terkena diabetes dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti gaya hidup, riwayat keluarga yang memiliki diabetes, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi gula yang tinggi secara terus-menerus. Tingginya konsumsi gula yang tidak diimbangi dengan aktivitas fisik, sebut dr. Eva, akan menyebabkan terjadinya resistensi insulin sehingga meningkatkan risiko terkena diabetes.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH