FITNESS & HEALTH

Faktor risiko, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara

Kumara Anggita
Rabu 14 Juli 2021 / 19:10
Jakarta: Deteksi dini pada kanker payudara adalah upaya yang bisa sangat membantu penyembuhan. Cara paling sederhana yang bisa kamu lakukan adalah dengan mengenali faktor risiko, gejala, dan pengobatannya.
 

Faktor risiko


Dr. dr. Sonar Panigoro, SpB-Onk mengingatkan bahwa, faktor risiko terpapar kanker payudara di antaranya:

- Wanita di atas usia 40 tahun.

- Terdapat riwayat keluarga atau riwayat kanker sebelumnya.

- Adanya faktor genetik berupa mutasi gen BRCA 1 / BRCA 2.

- Riwayat menstruasi dini sebelum usia 12 tahun dan menopause lambat setelah usia 55 tahun.

- Riwayat reproduksi yaitu tidak memiliki anak dan tidak menyusui.

- Faktor hormonal, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, serta faktor lingkungan.
 

Gejala kanker payudara


Gejala yang muncul juga cukup khas. Adapun gejala kanker payudara yang perlu dicermati adalah keluar cairan atau darah dari puting, pembengkakan seluruh atau sebagain payudara, nyeri pada payudara, iritasi atau kerutan seperti kulit jeruk pada kulit payudara. Selain itu teraba benjolan di payudara, teraba benjolan atau bengkak pada ketiak.

"Tapi lebih baik tidak menunggu ada gejala agar dapat ditemukan stadium yang dini,” jelas Dr. Sonar Panigoro dalam webinar awam dengan topik “Pemilihan Terapi Bedah dalam Penanganan Kanker” oleh Yayasan Kanker Indonesia (YKI).
 

Penanganan kanker payudara


Penanganan kanker payudara bisa dilakukan melalui beberapa cara. Tergantung pada jenis kanker payudara yang dialami dan stadiumnya. 

“Pasien kanker payudara biasanya menjalani lebih dari satu jenis penanganan, mulai dari biopsi, di mana jaringan kanker diambil untuk dipastikan kanker atau bukan," ujar Dr. Sonar.

Ada juga tindakan mastektomi yaitu pengangkatan seluruh jaringan payudara, atau tindakan Breast Conserving Surgery (BCS) yang merupakan operasi pengangkatan kanker pada sebagian payudara dengan teknik eksisi luas atau lumpektomi.

“Selain itu, untuk kelenjar getah bening yang terdampak dapat dilakukan Sentinal Lymph Node Biopsy (SLNB) untuk menemukan dan mengangkat KGB pertama di mana tumor mungkin menyebar; atau dengan Axillary lumph node dissection (ALND) yaitu pengangkatan kelenjar getah bening sekitar 20 buah, di daerah ketiak atau aksila, dan dilakukan bersamaan dengan BCS atau mastektomi,” jelas Dr. Sonar Panigoro.

Lebih lanjut, Dr. Sonar Panigoro menjelaskan bahwa untuk memperbaiki kecacatan yang timbul akibat operasi payudara, dapat dilakukan bedah rekonstruksi. Di antaranya dengan menggunakan implan atau menggunakan jaringan tubuh lain (flap procedure).

Selain untuk membentuk payudara kembali, dapat juga dilakukan rekonstruksi puting dan areola. Juga ada tehnik rekonstruksi untuk limfedema.
 
“Setelah operasi dapat diberikan terapi ajuvan bila ada indikasi yaitu kemoterapi, terapi hormonal dan atau terapi radiasi untuk mencegah kekambuhan. Ada terapi Neoadjuvant yaitu terapi sistemik untuk mengecilkan tumor sebelum dilakukan bedah,” pungkas Dr. Sonar Panigoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH