FITNESS & HEALTH
Dampak pada Korban dalam Kasus Pelecehan Seksual
Medcom
Senin 05 September 2022 / 22:08
Jakarta: Sedang ramai kasus Ferdy Sambo dan Putri Candrawati. Salah satu pembahasan dalam kasus ini juga disebutkan yaitu pelecehan seksual.
Menurut temuan yang dilakukan Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Efnie Indrianie, M. Psi., dari Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, Bandung mengatakan bukan berarti orang dewasa kebal dari tindakan tidak menyenangkan itu.
Bahkan tindakan pelecehan seksual yang dialami orang dewasa bisa bikin mereka mendapatkan efek traumatis.
"Siapapun yang menjadi korbannya pasti akan merasakan duka yang mendalam sampai memberikan efek traumatis," kata Efnie.
Efnie menyebutkan efek traumatis terjadi karena otak korban telah mengingat kejadian pelecehan seksual yang menimpa mereka ke dalam otak.
Memori ini tersimpan dalam bagian amigdala otak, yang memang berfungsi sebagai penampung kenangan.
Amigdala berasal dari bahasa latin amygdalae, yaitu sekelompok saraf yang mempunyai wujud kacang almond. Letak amigdala berada di dekat dasar otak.
Bagaimana amigdala bekerja? Peran amigdala dalam menghadapi ancaman adalah saat seseorang berada dalam situasi yang mengancam atau penuh tekanan, amigdala mengirimkan informasi ke bagian lain dari otak untuk mempersiapkan tubuh dalam menghadapi ancaman tersebut. Respons ini bisa berupa perlawanan (fight) atau menjauh dari ancaman tersebut (flight).
Efnie menerangkan lagi, "Perilaku tidak menyenangkan bisa memengaruhi sistem amigdala otak korban. Akibatnya, korban memiliki emosi negatif yang terkumpul setiap kali mengingat kejadian yang menimpa mereka," papar Efnie.
Selain menampung ingatan, amigdala juga berfungsi menggerakan tubuh menjadi respons ketika dihadapkan pada situasi tertentu. Dalam kasus pelecehan seksual, amigdala membuat korban melakukan tiga tindakan terhadap pelaku.
"Yaitu flight, fight, freeze response," ujarnya.
.jpg)
(Amigdala berfungsi menggerakan tubuh menjadi respons ketika dihadapkan pada situasi tertentu. Foto: Ilustrasi/Unsplash.com)
Dalam hal ini, flight response membuat korbannya melarikan diri ketika menghadapi situasi pelecehan seksual yang menimpa mereka. Amigdala berperan memerintahkan tubuh korban untuk berlari.
Sementara itu, amigdala juga bisa membuat tubuh mengeluarkan Fight Response. Ini yang menyebabkan mengapa ada orang yang berani melawan ketika berhadapan dengan pelaku.
Sedangkan Freeze response, merupakan tindakan tanpa berbuat apa-apa. Tindakan pelecehan seksual yang dilakukan pelaku membuat tubuh seolah menjadi kaku dan membuat pikiran korban mendadak kosong.
"Reaksi emosi negatif ini bisa ditunjukkan oleh korban secara berlebihan dan kehilangan kendali logika," ungkap Efnie.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tiga respons amigdala mungkin bisa menentukan keselamatan korban atau tidak.
Meski begitu, menurut Efnie, efek traumatis dari kejadian pelecehan seksual tersebut haruslah segera dipulihkan.
Adapun efek traumatis yang dialami korban bisa dipulihkan melalu psikoterapi. Terapi ini, kata Efnie, bukan untuk menghilangkan kenangan yang tidak menyenangkan yang dialami korban, melainkan dilakukan agar korban dapat menetralkan emosi negatif yang mereka miliki.
"Inti yang dilakukan dalam psikoterapi bukan dengan menghilangkan memori kejadian tersebut. Akan tetapi, dilakukan adalah dengan menetralkan emosi negatif yang menyertai memori tersebut," paparnya.
Adapun lamanya proses terapi ini bervariasi pada tiap orang. Efnie bilang, proses psikoterapi bisa berlangsung dalam beberapa bulan hingga mencapai lebih dari satu tahun.
"Terapi ini haruslah dilakukan oleh ahlinya (terapis) agar prosedur dilakukan dengan tepat," ujarnya.
Dia juga menyarankan agar kerabat dan masyarakat turut mendukung korban dalam melakukan proses psikoterapi dengan memberikan dukungan moril.
Sebab dukungan yang diberikan mampu mempercepat proses psikoterapi yang dijalankan korban.
"Misalnya dengan melibatkan aspek spiritual tergadap korban yaitu berdoa, ibadah, dan meditasi seperti berjalan di pagi hari,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Menurut temuan yang dilakukan Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Efnie Indrianie, M. Psi., dari Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, Bandung mengatakan bukan berarti orang dewasa kebal dari tindakan tidak menyenangkan itu.
Bahkan tindakan pelecehan seksual yang dialami orang dewasa bisa bikin mereka mendapatkan efek traumatis.
"Siapapun yang menjadi korbannya pasti akan merasakan duka yang mendalam sampai memberikan efek traumatis," kata Efnie.
Efnie menyebutkan efek traumatis terjadi karena otak korban telah mengingat kejadian pelecehan seksual yang menimpa mereka ke dalam otak.
Memori ini tersimpan dalam bagian amigdala otak, yang memang berfungsi sebagai penampung kenangan.
Amigdala berasal dari bahasa latin amygdalae, yaitu sekelompok saraf yang mempunyai wujud kacang almond. Letak amigdala berada di dekat dasar otak.
Bagaimana amigdala bekerja? Peran amigdala dalam menghadapi ancaman adalah saat seseorang berada dalam situasi yang mengancam atau penuh tekanan, amigdala mengirimkan informasi ke bagian lain dari otak untuk mempersiapkan tubuh dalam menghadapi ancaman tersebut. Respons ini bisa berupa perlawanan (fight) atau menjauh dari ancaman tersebut (flight).
Amigdala
Efnie menerangkan lagi, "Perilaku tidak menyenangkan bisa memengaruhi sistem amigdala otak korban. Akibatnya, korban memiliki emosi negatif yang terkumpul setiap kali mengingat kejadian yang menimpa mereka," papar Efnie.
Selain menampung ingatan, amigdala juga berfungsi menggerakan tubuh menjadi respons ketika dihadapkan pada situasi tertentu. Dalam kasus pelecehan seksual, amigdala membuat korban melakukan tiga tindakan terhadap pelaku.
"Yaitu flight, fight, freeze response," ujarnya.
.jpg)
(Amigdala berfungsi menggerakan tubuh menjadi respons ketika dihadapkan pada situasi tertentu. Foto: Ilustrasi/Unsplash.com)
1. Flight response
Dalam hal ini, flight response membuat korbannya melarikan diri ketika menghadapi situasi pelecehan seksual yang menimpa mereka. Amigdala berperan memerintahkan tubuh korban untuk berlari.
2. Fight response
Sementara itu, amigdala juga bisa membuat tubuh mengeluarkan Fight Response. Ini yang menyebabkan mengapa ada orang yang berani melawan ketika berhadapan dengan pelaku.
3. Freeze response
Sedangkan Freeze response, merupakan tindakan tanpa berbuat apa-apa. Tindakan pelecehan seksual yang dilakukan pelaku membuat tubuh seolah menjadi kaku dan membuat pikiran korban mendadak kosong.
"Reaksi emosi negatif ini bisa ditunjukkan oleh korban secara berlebihan dan kehilangan kendali logika," ungkap Efnie.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tiga respons amigdala mungkin bisa menentukan keselamatan korban atau tidak.
Meski begitu, menurut Efnie, efek traumatis dari kejadian pelecehan seksual tersebut haruslah segera dipulihkan.
Menetralkan emosi
Adapun efek traumatis yang dialami korban bisa dipulihkan melalu psikoterapi. Terapi ini, kata Efnie, bukan untuk menghilangkan kenangan yang tidak menyenangkan yang dialami korban, melainkan dilakukan agar korban dapat menetralkan emosi negatif yang mereka miliki.
"Inti yang dilakukan dalam psikoterapi bukan dengan menghilangkan memori kejadian tersebut. Akan tetapi, dilakukan adalah dengan menetralkan emosi negatif yang menyertai memori tersebut," paparnya.
Adapun lamanya proses terapi ini bervariasi pada tiap orang. Efnie bilang, proses psikoterapi bisa berlangsung dalam beberapa bulan hingga mencapai lebih dari satu tahun.
"Terapi ini haruslah dilakukan oleh ahlinya (terapis) agar prosedur dilakukan dengan tepat," ujarnya.
Dia juga menyarankan agar kerabat dan masyarakat turut mendukung korban dalam melakukan proses psikoterapi dengan memberikan dukungan moril.
Sebab dukungan yang diberikan mampu mempercepat proses psikoterapi yang dijalankan korban.
"Misalnya dengan melibatkan aspek spiritual tergadap korban yaitu berdoa, ibadah, dan meditasi seperti berjalan di pagi hari,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)