Salut! Pemuda Ini Ciptakan Bra Pendeteksi Kanker Payudara
Jakarta: Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang paling berbahaya dan mematikan. Namun, jika kanker payudara tersebut bisa dideteksi dini, kemungkinan untuk bisa sembuh mencapai 95 persen. Meskipun demikian, masih banyak wanita yang takut melakukan mammogram karena efek radiasi yang ditimbulkannya.
Oleh sebab itu, diciptakanlah sebuah bra yang dapat mendeteksi kemungkinan kelainan payudara pada wanita dari segala usia tanpa adanya efek radiasi yang bernama EVA. Julian Rios, CEO dari EVA mengaku ketika EVA mulai dikembangkan, saya masih berusia 16 tahun.
“EVA merupakan perusahaan teknologi dan kami mulai mengembangkan bra yang dapat mengetahui kesehatan payudara. Saya menciptakan EVA sekitar 3,5 tahun yang lalu. Itu tercipta dari pengalaman pribadi saya sendiri,” ujar Rios.
Ia menceritakan bahwa ibunya mendapatkan diagnosa kanker payudara selama dua kali. Pertama adalah pada saat dirinya masih berusia 5 tahun.
“Ia mendapatkan perawatan yang terbaik dan skrining paling bagus yang bisa ia lakukan. Namun sayangnya, ia terlambat mengetahuinya. Kanker merupakan penyakit yang begitu menyeramkan. Dan pada saat itu, saya memutuskan untuk fokus pada semua kemampuan saya untuk memahami mengenai kanker payudara,” tutur Rios.
(EVA mencoba untuk mengisi kekosongan tersebut dengan menjadi alat yang bisa digunakan meskipun di rumah dan tanpa adanya efek radiasi. Foto: Dok. Youtube/@Greatbigstroy)
Rios mengatakan banyak wanita yang berusia di bawah 40 tahun tidak diperbolehkan untuk melakukan mammogram karena efek paparan radiasi yang dihasilkan.
“Untuk itu, EVA mencoba untuk mengisi kekosongan tersebut dengan menjadi alat yang bisa digunakan meskipun di rumah dan tanpa adanya efek radiasi. Kamu hanya perlu menempelkannya dan tunggu sampai lima menit,” ujar Rios.
Menurut Rios, EVA memiliki sensor pada bra buatan mereka yang dapat mengetahui suhu permukaan dari payudara. Setelah itu, kamu bisa melepas alat yang ditempel tadi dan data tersebut akan dibaca melalui sistem.
“Jika kami melihat adanya sesuatu yang tidak normal pada payudara, mesin kami akan mengetahuinya dan bisa memberitahukan wanita yang memiliki risiko tertinggi mengalami kanker payudara. 20 persen wanita yang kami skrining, memiliki hasil positif. Di mana itu berarti ada yang tidak normal pada payudara mereka,” tutupnya dilansir dari Great Big Story.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(yyy)