FITNESS & HEALTH
Tekan Stunting, Kemenkes Ajak Ikuti Gerakan Nasional Aksi Bergizi
Medcom
Senin 24 Oktober 2022 / 17:17
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) akan menggelar Gerakan Nasional Aksi Bergizi dengan tujuan menekan angka stunting di Indonesia melalui pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) kepada seluruh remaja putri di Indonesia.
"Target gerakan ini menyasar 1.028 sekolah dengan tujuan pencegahan stunting melalui gerakan remaja putri minum tablet tambah darah (TTD)," kata Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, dr. Maria Endang Sumiwi, MPH dalam Media Briefing Gerakan Nasional Aksi Bergizi, Senin, 24 Oktober 2022.
Menurut Endang, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita karena kekurangan asupan gizi, infeksi berulang, hingga kurangnya stimulasi gizi.
Data stunting Kemenkes menyebut setiap bayi yang lahir, memiliki 23 persen risiko stunting dengan panjang badan di bawah 48 persen.
"Sisanya, 77 persen atau hampir 80 persen terjadi sesudah lahir. Sehingga perlu ada dua intervensi, yakni sebelum dan sesudah kelahiran," katanya.
Pemerintah telah menetapkan angka target penekanan capaian stunting di Indonesia hingga 14 persen. Hal ini berkurang 10 persen dari 2021, yang di mana angka stunting ditekan sebanyak 24 persen.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 yang mengatur tentang ketentuan remaja putri menerima TTD, sebab kondisi bayi sebelum dilahirkan yang perlu diperbaiki. Dr. Maria menyebut perbaikan tersebut harus dimulai sejak remaja.
.jpg)
(Data Riskesdas pada tahun 2018 melaporkan bahwa kasus anemia pada remaja masih terbilang cukup tinggi, yaitu di atas 20 persen dari total populasi usia remaja. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
"Bahkan sejak remaja juga perlu diperbaiki asupan gizinya, karena akan terbawa sampai mereka dewasa dan memasuki fase kehamilan," katanya.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 melaporkan bahwa kasus anemia atau kurang darah pada remaja masih terbilang cukup tinggi, yaitu di atas 20 persen dari total populasi usia remaja.
"Pada usia 5 hingga 14 tahun, kasus anemia 26,8 persen, usia 15 hingga 24 tahun 32 persen," katanya.
Digelarnya Gerakan Nasional Aksi Bergizi ini ditujukan selain untuk menyebarkan TTD kepada para remaja putri, gerakan ini juga bertujuan untuk menginformasikan mengenai serba-serbi TTD kepada para siswa.
Gerakan Nasional Aksi Bergizi ini telah bekerja sama dengan 514 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia dengan target sasaran minimal 2 sekolah per kabupaten dan kota.
Acara ini akan diselenggarakan pada Rabu, 26 Oktober 2022 dengan rangkaian acara senam pagi bersama seluruh siswa dan siswi, sarapan bersama, dan juga minum tablet tambah darah bersama-sama.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
"Target gerakan ini menyasar 1.028 sekolah dengan tujuan pencegahan stunting melalui gerakan remaja putri minum tablet tambah darah (TTD)," kata Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, dr. Maria Endang Sumiwi, MPH dalam Media Briefing Gerakan Nasional Aksi Bergizi, Senin, 24 Oktober 2022.
Menurut Endang, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita karena kekurangan asupan gizi, infeksi berulang, hingga kurangnya stimulasi gizi.
Data stunting Kemenkes menyebut setiap bayi yang lahir, memiliki 23 persen risiko stunting dengan panjang badan di bawah 48 persen.
"Sisanya, 77 persen atau hampir 80 persen terjadi sesudah lahir. Sehingga perlu ada dua intervensi, yakni sebelum dan sesudah kelahiran," katanya.
Pemerintah telah menetapkan angka target penekanan capaian stunting di Indonesia hingga 14 persen. Hal ini berkurang 10 persen dari 2021, yang di mana angka stunting ditekan sebanyak 24 persen.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 yang mengatur tentang ketentuan remaja putri menerima TTD, sebab kondisi bayi sebelum dilahirkan yang perlu diperbaiki. Dr. Maria menyebut perbaikan tersebut harus dimulai sejak remaja.
.jpg)
(Data Riskesdas pada tahun 2018 melaporkan bahwa kasus anemia pada remaja masih terbilang cukup tinggi, yaitu di atas 20 persen dari total populasi usia remaja. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)
"Bahkan sejak remaja juga perlu diperbaiki asupan gizinya, karena akan terbawa sampai mereka dewasa dan memasuki fase kehamilan," katanya.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 melaporkan bahwa kasus anemia atau kurang darah pada remaja masih terbilang cukup tinggi, yaitu di atas 20 persen dari total populasi usia remaja.
"Pada usia 5 hingga 14 tahun, kasus anemia 26,8 persen, usia 15 hingga 24 tahun 32 persen," katanya.
Digelarnya Gerakan Nasional Aksi Bergizi ini ditujukan selain untuk menyebarkan TTD kepada para remaja putri, gerakan ini juga bertujuan untuk menginformasikan mengenai serba-serbi TTD kepada para siswa.
Gerakan Nasional Aksi Bergizi ini telah bekerja sama dengan 514 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia dengan target sasaran minimal 2 sekolah per kabupaten dan kota.
Acara ini akan diselenggarakan pada Rabu, 26 Oktober 2022 dengan rangkaian acara senam pagi bersama seluruh siswa dan siswi, sarapan bersama, dan juga minum tablet tambah darah bersama-sama.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)