FITNESS & HEALTH
Mengenal Apa Itu Inflammatory Bowel Disease (IBD) Beserta Jenisnya
Raka Lestari
Selasa 23 Maret 2021 / 16:06
Jakarta: Penyakit autoimun merupakan suatu kondisi pada saat sistem kekebalan tubuh atau sistem imun menyerang tubuh sendiri. Ada ratusan jenis penyakit autoimun, salah satu yang sering diperbincangkan adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) atau Radang Usus.
IBD merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kelainan yang berhubungan dengan peradangan pada saluran pencernaan atau gastrointestinal.
Menurut dr. Prasna Pramita Sp.PD,K-AI,FINASIM,MARS, Dewan Pembina Marisza Cardoba Foundation (MCF), IBD terdiri dari dua jenis penyakit. Yaitu Penyakit Crohn (PC) dan Kolitis Ulseratif (KU).
KU adalah peradangan kronis pada lapisan terdalam usus besar atau kolon. Sedangkan PC yang juga dikenal sebagai Crohn’s Disease, merupakan peradangan yang terjadi di seluruh sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga ke dubur.
“Selain di usus, peradangan juga dapat timbul di luar sistem pencernaan, seperti di mata, kulit, atau sendi (artritis). Khusus pada penderita PC, sariawan atau luka bahkan dapat muncul di area kelamin,” jelas dr. Prasna Pramita.
Menurutnya, penyebab pasti terjadinya peradangan gastrointestinal tersebut belum diketahui. Namun diduga terkait dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.
Lebih lanjut dr. Prasna Pramita menjelaskan bahwa PC lebih banyak dialami wanita. Sedangkan KU lebih banyak diderita pria. Radang usus dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan pada usia 15-30 tahun.
"Selain penyintas autoimun, seseorang dapat lebih berisiko mengalami radang usus dikarenakan beberapa hal yaitu merokok, memiliki riwayat infeksi, sering mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), tinggal di dekat kawasan industri, berusia di bawah 35 tahun, dan memiliki faktor genetik atau keturunan," ujar dr. Prasna.
Ada serangkaian langkah untuk menegakkan diagnosa IBD. Mulai dari pemeriksaan tinja hingga menggunakan alat khusus yang dilengkapi kamera untuk melihat lapisan rongga usus.
“Pengobatan diberikan dengan target remisi yakni gejala yang muncul mereda dan kekambuhan dapat dicegah. Karena seperti penyakit autoimun lainnya IBD tidak bisa benar-benar disembuhkan,” lanjut dr.Prasna.
“Namun pada kasus dengan gejala berat yang tidak kunjung membaik, dibutuhkan tindakan operasi sesuai dengan jenis radang yang dialami pasien. Seperti proktokolektomi yaitu pengangkatan seluruh usus besar pada kasus KU berat, atau pengangkatan sebagian saluran pencernaan yang rusak pada kasus PC,” tutup dr. Prasna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
IBD merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kelainan yang berhubungan dengan peradangan pada saluran pencernaan atau gastrointestinal.
Menurut dr. Prasna Pramita Sp.PD,K-AI,FINASIM,MARS, Dewan Pembina Marisza Cardoba Foundation (MCF), IBD terdiri dari dua jenis penyakit. Yaitu Penyakit Crohn (PC) dan Kolitis Ulseratif (KU).
KU adalah peradangan kronis pada lapisan terdalam usus besar atau kolon. Sedangkan PC yang juga dikenal sebagai Crohn’s Disease, merupakan peradangan yang terjadi di seluruh sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga ke dubur.
“Selain di usus, peradangan juga dapat timbul di luar sistem pencernaan, seperti di mata, kulit, atau sendi (artritis). Khusus pada penderita PC, sariawan atau luka bahkan dapat muncul di area kelamin,” jelas dr. Prasna Pramita.
Menurutnya, penyebab pasti terjadinya peradangan gastrointestinal tersebut belum diketahui. Namun diduga terkait dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.
Lebih lanjut dr. Prasna Pramita menjelaskan bahwa PC lebih banyak dialami wanita. Sedangkan KU lebih banyak diderita pria. Radang usus dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan pada usia 15-30 tahun.
"Selain penyintas autoimun, seseorang dapat lebih berisiko mengalami radang usus dikarenakan beberapa hal yaitu merokok, memiliki riwayat infeksi, sering mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), tinggal di dekat kawasan industri, berusia di bawah 35 tahun, dan memiliki faktor genetik atau keturunan," ujar dr. Prasna.
Ada serangkaian langkah untuk menegakkan diagnosa IBD. Mulai dari pemeriksaan tinja hingga menggunakan alat khusus yang dilengkapi kamera untuk melihat lapisan rongga usus.
“Pengobatan diberikan dengan target remisi yakni gejala yang muncul mereda dan kekambuhan dapat dicegah. Karena seperti penyakit autoimun lainnya IBD tidak bisa benar-benar disembuhkan,” lanjut dr.Prasna.
“Namun pada kasus dengan gejala berat yang tidak kunjung membaik, dibutuhkan tindakan operasi sesuai dengan jenis radang yang dialami pasien. Seperti proktokolektomi yaitu pengangkatan seluruh usus besar pada kasus KU berat, atau pengangkatan sebagian saluran pencernaan yang rusak pada kasus PC,” tutup dr. Prasna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)