FITNESS & HEALTH

Radang Usus Autoimun Meningkat, Kenali Gejala dan Dampaknya Sejak Dini

A. Firdaus
Kamis 31 Juli 2025 / 17:08

Jakarta: Jika tidak diobati secara tepat, penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD), penyakit autoimun yang juga dikenal dengan peradangan usus kronis ini, bisa menciptakan komplikasi seperti penggumpalan darah, radang kulit, mata, dan sendi, hingga bisa menyebabkan kematian bagi penderitanya.

Penyakit radang usus (IBD) sendiri merupakan sekelompok penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan pada usus kecil dan besar, di mana elemen sistem pencernaan diserang oleh sistem kekebalan tubuh sendiri1. Penyakit ini ditandai dengan episode peradangan saluran cerna berulang yang disebabkan oleh respons imun yang abnormal terhadap mikroflora usus.

RS Abdi Waluyo sendiri memahami bagaimana besarnya dampak penyakit ini terhadap kualitas hidup masyarakat. Hal ini yang mendorong RS Abdi Waluyo untuk menjadikan penyakit ini sebagai fokus utama, dengan membangun IBD Center, pusat perawatan khusus penyakit radang usus (IBD) yang pertama di Indonesia.


Pendiri utama RSAW dr. Sutrisno T. Subagyo, Sp.PD-JP mengatakan, RS Abdi Waluyo berkomitmen terhadap kesehatan pasien dengan meningkatkan kesadaran pasien terkait penyakit radang usus (IBD) di Indonesia, menyediakan akses bagi pengobatan inovatif.

"Kami juga bermitra dengan asosiasi medis untuk meningkatkan pengetahuan, diagnostik, dan tatalaksana. Hal ini menjadi dasar bagi kami membangun IBD Center, untuk meningkatkan perawatan dan hasil yang baik untuk pasien," kata dr. Sutrisno.

Di RS Abdi Waluyo tidak hanya menghadirkan layanan medis terbaik, tetapi juga mengemban warisan penting dari para tokoh yang telah berkontribusi dalam pengembangannya, khususnya Prof. dr. Marcellus Simadibrata, SpPD-KGEH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialisasi Gastroenterologi Hepatologi RS Abdi Waluyo, yang memiliki peran sentral dalam membangun dan membesarkan IBD Center hingga menjadi pusat layanan unggulan dan terpercaya seperti saat ini.

IBD Center RS Abdi Waluyo akan berkolaborasi dengan R. Simadibrata Gastroenterology Hepatology Center, suatu pusat pelayanan tim disiplin RS Abdi Waluyo di bidang kesehatan saluran pencernaan. Hal ini sebagai simbol penghargaan untuk terus melanjutkan visi beliau dalam memberikan layanan terbaik bagi pasien.

R. Simadibrata Gastroenterology Hepatology Center sendiri dirancang untuk mengatasi berbagai keluhan sistem pencernaan. Dengan didukung oleh Tim Dokter Spesialis Multidisiplin serta teknologi terkini, R. Simadibrata Gastroenterology Hepatology Center akan menangani berbagai masalah saluran pencernaan meliputi gangguan pada pencernaan bagian atas, pencernaan bagian bawah, permasalahan organ hati, empedu, dan pankreas.

Selain itu, R. Simadibrata Gastroenterology Hepatology Center juga didukung oleh sistem screening dan diagnostik menggunakan teknologi terpercaya seperti endoskopi, ultrasound (USG), CT scan (Computed Tomography), dan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Untuk mendukung kebutuhan pasien, fasilitas ini juga dilengkapi dengan layanan terapi untuk menangani berbagai kondisi pada saluran pencernaan secara komprehensif.'

Pada kesempatan yang sama, Prof. dr. Marcellus Simadibrata, PhD, Sp.PD-KGEH, FACG, FASGE, FINASIM, menjelaskan, di RS Abdi Waluyo memandang bahwa penyakit radang usus (IBD) merupakan salah satu penyakit yang perlu perhatian khusus karena bisa memberi dampak negatif bagi pasiennya. Oleh sebab itu, dari berbagai penyakit saluran cerna yang ada, kami menjadikan IBD sebagai fokus utama dan membangun IBD Center yang pertama di Indonesia.

Salah satu yang menjadi motivasi RS Abdi Waluyo untuk fokus adalah karena sampai saat ini kesadaran masyarakat masih rendah terhadap penyakit radang usus. Hal ini karena gejala umum dari penyakit tersebut adalah diare, di mana masyarakat masih sulit membedakan diare biasa dengan diare yang mengarah pada radang usus. Penyakit radang usus umumnya didiagnosis pada usia dewasa muda, yang kemudian bisa berdampak pada produktivitas kerja.

Global Burden of Disease, Injuries, and Risk Factor Study (GBD) melibatkan 195 negara dari tahun 1990 hingga 2017 menunjukkan peningkatan jumlah penderita IBD dari 3,7 juta menjadi 6,8 juta orang. Pasien dengan IBD memiliki angka mortalitas 17.1 per 1000 orang per tahun, dibandingkan dengan kelompok kontrol 12.3 per 1000 orang per tahun.

Penyakit radang usus sendiri terbagi menjadi 3 tipe, yaitu Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn’s Disease (CD), dan kini terdapat juga tipe yang lain dari IBD, yaitu Colitis Indeterminate (Unclassified). Pada UC, penderitanya bisa mengalami toxic megalocon (pembengkakan usus besar yang beracun), perforated colon (lubang pada usus besar), dehidrasi berat dan meningkatkan risiko Kanker Usus Besar.

"Pada CD, penderitanya bisa mengalami obstruksi saluran usus, malnutrisi, fistula, dan fissura anal (robekan pada jaringan anus). Jika kedua jenis ini dibiarkan, keduanya bisa menciptakan komplikasi seperti: penggumpalan darah, radang kulit, mata, dan sendi, serta komplikasi lainnya," jelas Prof. Marcel.



Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH