FITNESS & HEALTH
Perempuan Lebih Berisiko Terkena Migrain, Ini Alasannya
Aulia Putriningtias
Jumat 14 Juni 2024 / 11:10
Jakarta: Ladies, apakah kamu salah satu yang merasakan migrain terus menerus? Ternyata, perempuan dikatakan lebih banyak mengalami migrain dibandingkan laki-laki. Apa saja, ya, alasannya?
Migrain sendiri merupakan sakit kepala yang menyebabkan nyeri berdenyut parah, atau sensasi berdenyut pada satu sisi kepala. Dampak yang dirasakan akan merugikan, sebab dapat menganggu aktivitas sehari-hari.
Global Burden of Disease mencatat jumlah kasus migrain di dunia meningkat 40 persen dari 62,2 juta tahun 1990 menjadi 87,6 juta dari tahun 2019. Indonesia menempati urutan keempat penyumbang kasus baru migrain di dunia, yaitu sebesar 3,5 juta menurut data dari Institute for Health Metrics and Evaluations (IHME) tahun 2019.
%20Biomed.png)
dr. Restu Susanti, Sp.N(K) Biomed. Dok. Aulia/Medcom
Prevalensi perempuan sekitar 18,9 persen sementara laki-laki sekitar 9,8 persen. Menurut Dr. dr. Restu Susanti, Sp.N, Subsp.NN(K), M.Biomed dari Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI), perempuan lebih banyak mengalami migrain disebabkan oleh hormon.
Baca juga: Migrain Saat Menstruasi, Begini 4 Cara Mengatasinya
"Migrain penyebab disabilitas kedua pada perempuan. Kenapa? Karena ada faktor hormonal. Tapi semua bisa dikendalikan dengan baik," ungkap dr. Restu dalam temu media Bulan Kesadaran Migrain, Kamis, 13 Juni 2024.
Perempuan mengalami pubertas sejak usia kira-kira 12 tahun. Perubahan hormonal mulai terjadi pada tubuh. Hormon estrogen pada perempuan menjadi peran penting terhadap calcitonin gene-related peptide (CGRP) sebagai pencetus migrain.
"Kejadian serangan migrain pada perempuan meningkat dengan cepat selama masa pubertas, memuncak pada masa reproduksi, dan menurun setelah menopause," paparnya.
Dr. Restu pun menganjurkan agar masyarakat mengetahui kontrol diri untuk mengurangi migrain. Mulai dari pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bernutrisi, olahraga rutin setiap hari, dan juga tidur yang cukup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Migrain sendiri merupakan sakit kepala yang menyebabkan nyeri berdenyut parah, atau sensasi berdenyut pada satu sisi kepala. Dampak yang dirasakan akan merugikan, sebab dapat menganggu aktivitas sehari-hari.
Global Burden of Disease mencatat jumlah kasus migrain di dunia meningkat 40 persen dari 62,2 juta tahun 1990 menjadi 87,6 juta dari tahun 2019. Indonesia menempati urutan keempat penyumbang kasus baru migrain di dunia, yaitu sebesar 3,5 juta menurut data dari Institute for Health Metrics and Evaluations (IHME) tahun 2019.
%20Biomed.png)
dr. Restu Susanti, Sp.N(K) Biomed. Dok. Aulia/Medcom
Prevalensi perempuan sekitar 18,9 persen sementara laki-laki sekitar 9,8 persen. Menurut Dr. dr. Restu Susanti, Sp.N, Subsp.NN(K), M.Biomed dari Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI), perempuan lebih banyak mengalami migrain disebabkan oleh hormon.
Baca juga: Migrain Saat Menstruasi, Begini 4 Cara Mengatasinya
"Migrain penyebab disabilitas kedua pada perempuan. Kenapa? Karena ada faktor hormonal. Tapi semua bisa dikendalikan dengan baik," ungkap dr. Restu dalam temu media Bulan Kesadaran Migrain, Kamis, 13 Juni 2024.
Perempuan mengalami pubertas sejak usia kira-kira 12 tahun. Perubahan hormonal mulai terjadi pada tubuh. Hormon estrogen pada perempuan menjadi peran penting terhadap calcitonin gene-related peptide (CGRP) sebagai pencetus migrain.
"Kejadian serangan migrain pada perempuan meningkat dengan cepat selama masa pubertas, memuncak pada masa reproduksi, dan menurun setelah menopause," paparnya.
Dr. Restu pun menganjurkan agar masyarakat mengetahui kontrol diri untuk mengurangi migrain. Mulai dari pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bernutrisi, olahraga rutin setiap hari, dan juga tidur yang cukup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)