FITNESS & HEALTH
Banyak Ibu Hamil Belum Memahami Diabetes Gestasional
Raka Lestari
Jumat 18 Desember 2020 / 12:08
Jakarta: Diabetes gestasional merupakan salah satu permasalahan yang cukup umum terjadi selama kehamilan. Diabetes gestasional sebenarnya mirip dengan diabetes pada umumnya. Hanya saja, kondisi ini terjadi selama proses kehamilan, dimana sebelum hamil ibu tidak mengalami diabetes.
Sayangnya, berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh Teman Bumil dan Populix terhadap 256 responden wanita di Indonesia, masih terdapat sekitar 25 persen di antaranya yang justru belum pernah mendengar dan mengetahui kondisi ini.
Hal tersebut umumnya terjadi karena tidak adanya teman atau keluarga yang mengalaminya.
Dalam beberapa kasus, diabetes gestasional akan hilang setelah ibu melahirkan. Namun sekitar 60 persen dari jumlah ibu yang pernah mengalami kondisi diabetes gestasional selama kehamilan, memiliki risiko mengalami kondisi diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari.
"Biasanya, setelah melahirkan ibu akan tampak pulih dari diabetes. Akan tetapi, jika sudah pernah sekali mengalami diabetes, seperti diabetes gestasional ini, ada kecenderungan untuk mengalami diabetes kelak," jelas Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD, FINASIM.
"Maka itu, jika memang seorang ibu pernah mengalami diabetes gestasional, ia harus berhati-hati terhadap pola hidupnya karena faktor risiko berikutnya memang diabetes," papar Prof. Ketut.
.jpg)
(Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh Teman Bumil dan Populix terhadap 256 responden wanita di Indonesia, masih terdapat sekitar 25 persen di antaranya yang justru belum pernah mendengar dan mengetahui Diabetes Gestasional. Foto: Ilustrasi/Unsplash.com)
Diabetes gestasional dapat terjadi karena terdapat beberapa jenis hormon dari ibu dan plasenta, seperti estrogen, progesteron, leptin, kortisol, lactogen plasenta.
Dan hormon pertumbuhan plasenta, memiliki cara kerja berlawanan dengan insulin selama kehamilan.
Insulin sendiri, seperti kita ketahui, merupakan hormon yang berfungsi untuk mengolah glukosa dalam tubuh dan mengontrol kadar gula darah. Keberadaan hormon kehamilan membuat kinerja insulin terganggu dan akhirnya menyebabkan diabetes gestasional.
Risiko terjadinya diabetes gestasional semakin meningkat apabila ibu hamil mengalami beberapa kondisi, seperti adanya riwayat diabetes, faktor genetik, kelebihan berat badan atau obesitas, kehamilan pada usia di atas 30 tahun, hingga adanya penyakit lain yang menyebabkan resistensi insulin.
Diabetes gestasional tidak bisa dianggap sepele. Kondisi ini bisa menyebabkan sejumlah permasalahan pada ibu dan tentunya juga pada bayi.
Pada ibu, diabetes gestasional bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi selama kehamilan, seperti prematur, pre-eklampsia dan makrosomia (bayi lahir dengan berat lebih dari 4 kg).
Dalam jangka panjang, diabates gestasional bisa meningkatkan risiko ibu mengalami diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)
Sayangnya, berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh Teman Bumil dan Populix terhadap 256 responden wanita di Indonesia, masih terdapat sekitar 25 persen di antaranya yang justru belum pernah mendengar dan mengetahui kondisi ini.
Hal tersebut umumnya terjadi karena tidak adanya teman atau keluarga yang mengalaminya.
Dalam beberapa kasus, diabetes gestasional akan hilang setelah ibu melahirkan. Namun sekitar 60 persen dari jumlah ibu yang pernah mengalami kondisi diabetes gestasional selama kehamilan, memiliki risiko mengalami kondisi diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari.
"Biasanya, setelah melahirkan ibu akan tampak pulih dari diabetes. Akan tetapi, jika sudah pernah sekali mengalami diabetes, seperti diabetes gestasional ini, ada kecenderungan untuk mengalami diabetes kelak," jelas Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD, FINASIM.
"Maka itu, jika memang seorang ibu pernah mengalami diabetes gestasional, ia harus berhati-hati terhadap pola hidupnya karena faktor risiko berikutnya memang diabetes," papar Prof. Ketut.
.jpg)
(Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh Teman Bumil dan Populix terhadap 256 responden wanita di Indonesia, masih terdapat sekitar 25 persen di antaranya yang justru belum pernah mendengar dan mengetahui Diabetes Gestasional. Foto: Ilustrasi/Unsplash.com)
Diabetes gestasional dapat terjadi karena terdapat beberapa jenis hormon dari ibu dan plasenta, seperti estrogen, progesteron, leptin, kortisol, lactogen plasenta.
Dan hormon pertumbuhan plasenta, memiliki cara kerja berlawanan dengan insulin selama kehamilan.
Insulin sendiri, seperti kita ketahui, merupakan hormon yang berfungsi untuk mengolah glukosa dalam tubuh dan mengontrol kadar gula darah. Keberadaan hormon kehamilan membuat kinerja insulin terganggu dan akhirnya menyebabkan diabetes gestasional.
Risiko terjadinya diabetes gestasional semakin meningkat apabila ibu hamil mengalami beberapa kondisi, seperti adanya riwayat diabetes, faktor genetik, kelebihan berat badan atau obesitas, kehamilan pada usia di atas 30 tahun, hingga adanya penyakit lain yang menyebabkan resistensi insulin.
Diabetes gestasional tidak bisa dianggap sepele. Kondisi ini bisa menyebabkan sejumlah permasalahan pada ibu dan tentunya juga pada bayi.
Pada ibu, diabetes gestasional bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi selama kehamilan, seperti prematur, pre-eklampsia dan makrosomia (bayi lahir dengan berat lebih dari 4 kg).
Dalam jangka panjang, diabates gestasional bisa meningkatkan risiko ibu mengalami diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TIN)