FITNESS & HEALTH
Waspada Obesitas pada Anak Meningkat! Begini Cara Mencegahnya Rekomendasi Ahli
Yuni Yuli Yanti
Rabu 06 Maret 2024 / 08:00
Jakarta: Obesitas pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian di Indonesia. Data terbaru menunjukkan bahwa Indonesia saat ini menghadapi “tiga beban malnutrisi” (TBM), dengan peningkatan dramatis kasus kelebihan berat badan dan obesitas di masyarakat, termasuk di kalangan rumah tangga berpendapatan rendah.
Sementara, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), pada 2018, 1 dari 5 anak usia sekolah (20 persen, atau 7,6 juta) dan 1 dari 7 remaja (14,8 persen, atau 3,3 juta) di Indonesia hidup dengan kelebihan berat badan atau obesitas.
"Obesitas pada anak akan menentukan kondisi kesehatan Indonesia di masa yang akan datang. Kita sering mendengar anak yang gemuk itu dianggap lucu, padahal di balik itu dia menabung penyakit. Karena, obesitas pada anak berpotensi menyebabkan resistensi insulin dan berdampak pada penyakit diabetes serta gangguan kardiovaskular. Kalau membiarkan anak-anak itu tetap gemuk, berarti kita menabung penyakit itu di masa depan," ujar Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, KEMD, PhD, Wakil Menteri Kesehatan, Kementerian Kesehatan.
Menurut Prof. Dante, semua kebiasaan dan gaya hidup anak itu berakar dari keluarga. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan contoh asupan makanan yang sehat.
"Kalo orang tua gemuk pasti anaknya gemuk. Jadi, mulai sekarang kalau anaknya gemuk maka harus dibatasi. Caranya dengan memberikan contoh asupana makanan sehat. Di Kemenkes, sudah ada Giat Piringku. Anak-anak yang tumbuh butuh protein yang banyak dibandingkan karbohidrat. Ingat, Yang terjadi pada obesitas adalah resistensi insuslin tidak bekerja dengan baik. Jika, gula darah meningkat sehingga menjadi diabetes, hipertensi dan mengalami gangguan pembuluh darah sehinga menyebabkan penyakit jantung kardiovaskular. Jadi, obesitas memberikan kontribusi kematian karena penyakit jantung 5 kali lipat daripada mereka yang tidak memiliki obesitas," tegas Prof. Dante.

(Para pembicara dalam Diskusi Kesehatan tentang Obesitas yang diselenggarakan oleh dan Novo Nordisk, Selasa (5/3/2024), di Hotel JW Marriot, Jakarta. Foto: Dok. Yuni)
"Ketika anak itu sudah bertahun-tahun mengalami obesitas maka akan timbul warna kehitaman pada leher anak. Ini merupakan tanda acanthosis nigricans (AN), suatu kelainan kulit yang umum terjadi pada anak gemuk. Waspada, karena anak dengan AN memiliki kemungkinan lebih besar daripada anak yang tidak menderita kelainan yang sama untuk mengalami gangguan insulin. Kelebihan lemak di seluruh tubuh juga dapat menyebabkan anak obesitas sering mengalami sesak napas," paparnya.
Untuk penanganan anak yang telah mengalami obesitas, Prof. Aman menyarankan para orang tua untuk mempraktikan metode 5,2,1,0, yaitu:
- Mengonsumi 5 kali buah dan sayur dalam sehari. Pastikan anak mengonsumsi sayur, karbohidrat lalu ditutup dengan buah sebagai camilan.
- Anak tidak boleh duduk lebih dari 2 jam sehari, kecuali di sekolah atau di mobil.
- Lakukan aktivitas fisik selama 1 jam setiap hari.
- Hindari konsumsi gula atau garam tambahan. N0 sugar!
"Dengan prevalensi obesitas anak yang tinggi di Indonesia, penting bagi kita untuk menyadari seriusnya kondisi ini dan memulai perubahan gaya hidup sehat dari tingkat keluarga. Kemitraan strategis antar pemangku kepentingan diperlukan untuk mendorong perubahan kebijakan yang berkelanjutan dalam mengatasi masalah ini," jelas Prof. Aman.
Dalam kesempatan yang sama, Sreerekha Sreenivasan, Vice President dan General Manager Novo Nordisk Indonesia menambahkan selama bertahun-tahun, Novo Nordisk Indonesia berkomitmen untuk mendorong perubahan pada obesitas dan secara aktif meningkatkan kesadaran dan melakukan edukasi untuk mencegah obesitas pada anak.
"Melalui berbagai inisiatif dan kolaborasi dengan berbagai pihak dari pemangku kepentingan, seperti pemerintah, para ahli, UNICEF, dan masyarakat secara bersama-sama, kerja sama ini akan meningkatkan jangkauan kami dan tentunya akan membawa perubahan pada kehidupan anak-anak Indonesia," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(yyy)
Sementara, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), pada 2018, 1 dari 5 anak usia sekolah (20 persen, atau 7,6 juta) dan 1 dari 7 remaja (14,8 persen, atau 3,3 juta) di Indonesia hidup dengan kelebihan berat badan atau obesitas.
"Obesitas pada anak akan menentukan kondisi kesehatan Indonesia di masa yang akan datang. Kita sering mendengar anak yang gemuk itu dianggap lucu, padahal di balik itu dia menabung penyakit. Karena, obesitas pada anak berpotensi menyebabkan resistensi insulin dan berdampak pada penyakit diabetes serta gangguan kardiovaskular. Kalau membiarkan anak-anak itu tetap gemuk, berarti kita menabung penyakit itu di masa depan," ujar Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, KEMD, PhD, Wakil Menteri Kesehatan, Kementerian Kesehatan.
Menurut Prof. Dante, semua kebiasaan dan gaya hidup anak itu berakar dari keluarga. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan contoh asupan makanan yang sehat.
"Kalo orang tua gemuk pasti anaknya gemuk. Jadi, mulai sekarang kalau anaknya gemuk maka harus dibatasi. Caranya dengan memberikan contoh asupana makanan sehat. Di Kemenkes, sudah ada Giat Piringku. Anak-anak yang tumbuh butuh protein yang banyak dibandingkan karbohidrat. Ingat, Yang terjadi pada obesitas adalah resistensi insuslin tidak bekerja dengan baik. Jika, gula darah meningkat sehingga menjadi diabetes, hipertensi dan mengalami gangguan pembuluh darah sehinga menyebabkan penyakit jantung kardiovaskular. Jadi, obesitas memberikan kontribusi kematian karena penyakit jantung 5 kali lipat daripada mereka yang tidak memiliki obesitas," tegas Prof. Dante.

(Para pembicara dalam Diskusi Kesehatan tentang Obesitas yang diselenggarakan oleh dan Novo Nordisk, Selasa (5/3/2024), di Hotel JW Marriot, Jakarta. Foto: Dok. Yuni)
Praktik metode 5,2,1,0
Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI, Direktur Eksekutif di International Pediatric Association menyampaikan data menunjukkan bahwa sekitar 15-16 persen anak yang masih menjadi siswa SD di Jakarta mengalami resistensi insulin. Sementara 34 persen anak SD di Jakarta telah mengalami hipertensi. Dengan kondisi ini, risiko penyakit diabetes dan penyakit lainnya pada anak-anak ini hampir pasti meningkat."Ketika anak itu sudah bertahun-tahun mengalami obesitas maka akan timbul warna kehitaman pada leher anak. Ini merupakan tanda acanthosis nigricans (AN), suatu kelainan kulit yang umum terjadi pada anak gemuk. Waspada, karena anak dengan AN memiliki kemungkinan lebih besar daripada anak yang tidak menderita kelainan yang sama untuk mengalami gangguan insulin. Kelebihan lemak di seluruh tubuh juga dapat menyebabkan anak obesitas sering mengalami sesak napas," paparnya.
Untuk penanganan anak yang telah mengalami obesitas, Prof. Aman menyarankan para orang tua untuk mempraktikan metode 5,2,1,0, yaitu:
- Mengonsumi 5 kali buah dan sayur dalam sehari. Pastikan anak mengonsumsi sayur, karbohidrat lalu ditutup dengan buah sebagai camilan.
- Anak tidak boleh duduk lebih dari 2 jam sehari, kecuali di sekolah atau di mobil.
- Lakukan aktivitas fisik selama 1 jam setiap hari.
- Hindari konsumsi gula atau garam tambahan. N0 sugar!
"Dengan prevalensi obesitas anak yang tinggi di Indonesia, penting bagi kita untuk menyadari seriusnya kondisi ini dan memulai perubahan gaya hidup sehat dari tingkat keluarga. Kemitraan strategis antar pemangku kepentingan diperlukan untuk mendorong perubahan kebijakan yang berkelanjutan dalam mengatasi masalah ini," jelas Prof. Aman.
Dalam kesempatan yang sama, Sreerekha Sreenivasan, Vice President dan General Manager Novo Nordisk Indonesia menambahkan selama bertahun-tahun, Novo Nordisk Indonesia berkomitmen untuk mendorong perubahan pada obesitas dan secara aktif meningkatkan kesadaran dan melakukan edukasi untuk mencegah obesitas pada anak.
"Melalui berbagai inisiatif dan kolaborasi dengan berbagai pihak dari pemangku kepentingan, seperti pemerintah, para ahli, UNICEF, dan masyarakat secara bersama-sama, kerja sama ini akan meningkatkan jangkauan kami dan tentunya akan membawa perubahan pada kehidupan anak-anak Indonesia," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(yyy)