FITNESS & HEALTH

Waspada Sindrom Lorong Karpal bagi Kamu yang WFH

A. Firdaus
Sabtu 24 Juli 2021 / 15:20
Jakarta: Sudah setahun lebih kamu merasakan bekerja dari rumah atau Work from Home (WFH). Tentunya banyak dampak yang kamu alami, entah itu soal kesehatan mental hingga kesehatan fisik.

Salah satu masalah kesehatan lain yang mulai mengintai bagi kamu yang sedang WFH adalah, sindrom lorong karpal atau carpal tunnel syndrome (CTS). CTS menjadi masalah pada para pekerja yang melakukan gerakan berulang, khususnya jari dan pergelangan tangan.

Dilansir dari Antara, ada penelitian yang menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang bekerja dari rumah cenderung menghabiskan waktu lebih lama. Tentu, ini berkontribusi untuk mengembangkan beberapa risiko kesehatan seperti obesitas, stres, kecemasan, sakit tubuh, sakit kepala, dan lainnya.
 

Mengenal sindrom lorong karpal


Mengutip Boldsky, CTS adalah kondisi umum yang disebabkan ketika saraf median yang terkompresi saat melewati tangan. Saraf median sendiri merupakan cabang saraf yang memasok sebagian besar fleksor superfisial dan di dalam lengan bawah, otot tenar, dan lumbrical. Nah, sisi telapak tangamu ini disebut lorong karpal.

Jadi, ini adalah saraf median yang memengaruhi kemampuan untuk merasakan jari telunjuk, ibu jari, jari tengah, dan bagian dari jari manis serta memasok impuls, yang kemudian diteruskan ke ibu jari.

CTS menyebabkan rasa sakit, mati rasa, dan kesemutan di tangan dan lengan. Dapat terjadi pada satu tangan atau dua tangan. Dalam kebanyakan kasus, CTS bisa memburuk dari waktu ke waktu dan dapat menyebabkan kerusakan saraf, serta memperburuk gejala seperti imobilitas.
 

Penyebab sindrom lorong karpal




Kondisi ini disebabkan oleh tekanan pada saraf medianmu, karena adanya pembengkakan dan peradangan. Beberapa penyebab atau kondisi paling umum yang berhubungan dengan CTS adalah tekanan darah tinggi, retensi cairan dari kehamilan atau menopause, disfungsi tiroid, diabetes fraktur atau trauma pada pergelangan tangan seperti gangguan autoimun.

Selain itu, aktivitas yang membutuhkan gerakan tangan berulang-ulang seperti mengetik pada keyboard, bermain piano, serta faktor keturunan juga bisa menjadi penyebab dari CTS.
 

Faktor risiko


Disebutkan bahwa wanita memiliki risiko tiga kali lebih besar terkena CTS dibandingkan dengan pria. Selain itu, kebanyakan orang yang terkena CTS juga memiliki rentang usia antara 30-60 tahun.

Penyakit ini pun sangat dipengaruhi dengan gaya hidup dan kebiasaan tertentu seperti merokok, kurang gerak, serta kelebihan berat badan. Penderita diabetes, tekanan darah tinggi, dan radang sendi juga memiliki risiko yang besar terhadap CTS.
 

Cara mendiagnosis


Untuk mengetahui CTS memang diperlukan pemeriksaan secara media oleh dokter. Cara mendiagnosisnya berupa tes fisik dan beberapa tes lainnya.

Pemeriksaan fisik terdiri dari evaluasi rinci tangan, pergelangan tangan, bahu, dan lehermu. Gunanya, untuk memeriksa penyebab lain dari tekanan saraf. Sensasi pada jari dan kekuatan otot di tanganmu juga akan diperiksa. Tes diagnostik seperti studi kondusi saraf akan membantu dokter mengukur kecepatan konduksi impuls saraf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)

MOST SEARCH