FITNESS & HEALTH

Tes HPV atau Pap Smear untuk Deteksi Kanker Serviks? Ini Saran Dokter

Aulia Putriningtias
Selasa 23 April 2024 / 17:40
Jakarta: Kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada 2021, kanker serviks menempati posisi kedua yang paling banyak dialami wanita, setelah kanker payudara.

Kanker serviks perlu diwaspadai oleh kaum hawa. Setidaknya 36.633 kasus atau 17,2 persen kanker serviks dari seluruh kanker menyerang wanita. Angka kematian dari penyakit ini pun juga tinggi hingga mencapai 21.003 kematian atau 19,1 persen.

Kanker serviks sendiri disebabkan oleh human papillomavirus atau HPV. Saat ini, pencegahan hanya dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi dan tes rutin. Vaksinasi HPV sendiri di Indonesia sudah mulai diberlakukan sejak umur 15 tahun.

Dalam temu media yang diadakan di Jakarta, pada Senin, 22 April 2024 kemarin, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Onkologi Ginekolog. Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp. O. G, Subsp. Onk, lebih menyarankan masyarakat mengambil tes HPV, ketimbang pap smear. Hal ini dikarenakan kanker serviks disebabkan oleh 99,7 persen virus human papiloma atau HPV.

Baca juga: Tak Hanya Kanker Serviks, Ini Penyakit yang Timbul karena Infeksi HPV

Namun, itu bukan menjadi hambatan untuk tidak memilih pap smear atau Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Tes ini berlaku untuk wanita, khususnya bagi yang telah menikah atau setidaknya berhubungan seksual.

"Setiap wanita yang sudah menikah lebih dari satu tahun lebih baik skrining, karena HPV timbul akibat kelainan sel setelah inkubasi sembilan bulan. Pap smear dua tahun, tapi kalau HPV segera setelah kontak seksual," jelas dr. Fitriyadi.

Perlu kamu ketahui, riwayat kanker serviks terjadi gejala ketika stadium sudah lanjut. Menurut dr. Fitriyadi, sebanyak 93 persen pasien merasakan gejala yang baru timbul saat sudah stadium 3B.


Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Onkologi Ginekolog. Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp. O. G, Subsp. Onk. Dok. Aulia/Medcom

Padahal, jika penanganannya lebih awal, kanker serviks sangat mungkin untuk dapat disembuhkan. Gejala awal yang didapatkan oleh wanita yang terkena kanker serviks pun beragam.

"Awalnya bisa gejala keputihan, hilang, lalu keputihan gak sembuh-sembuh.  Makannya di Indonesia pasien datang udah stadium 3," ungkap dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah itu.

Beberapa jenis HPV dapat menyebabkan kanker serviks jika infeksinya tidak hilang dalam beberapa tahun. Infeksi HPV yang persisten dapat menyebabkan perubahan abnormal pada sel-sel di leher rahim, yang berpotensi berkembang menjadi kanker.

Menurut dr. Fitriyadi, semua wanita memiliki risiko yang sama, yakni terjadinya kanker serviks. Jadi, perlunya untuk pemeriksaan rutin dan vaksinasi, agar kanker serviks dapat dicegah lebih awal.

"Jadi, setiap wanita memiliki risiko yang sama, namun setiap pasien yang penting diobati, bukan setelah konsultasi malah jadi curiga ke pasangan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(FIR)

MOST SEARCH