FITNESS & HEALTH
Kapan dan Bagaimana Cara Kerja Cuci Darah?
Yatin Suleha
Minggu 07 Januari 2024 / 12:00
Jakarta: Hemodialisis merupakan jenis prosedur cuci darah yang paling umum, prosedur ini bekerja menggunakan mesin bernama dialisis. Proses penyaringan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui jarum dan tabung yang disambungkan ke lengan pasien. Darah tersebut kemudian akan dialirkan ke dalam mesin dialisis untuk disaring.
Menurut dr. Hery Emria, Sp.PD-KGH, Dokter Konsultan Ginjal Hipertensi dari RS Medika Permata Hijau-yang merupakan rumah sakit yang telah tergabung dalam Eka Hospital Group menerangkan bahwa cuci darah atau hemodialisis merupakan prosedur dalam dunia kedokteran yang dilakukan untuk membuang racun dan zat-zat sisa dalam darah yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh menggunakan mesin.
Di dalam mesin, darah akan diedarkan melalui filter dialyzer, yang memindahkan limbah ke dalam larutan dialisis yang mengandung air, garam, dan zat tambahan lainnya. Dalam tahap ini, darah akan tersaring dan zat-zat bahaya akan dibuang sehingga darah akan dalam keadaan bersih dan siap dimasukkan ke dalam tubuh kembali.
Darah yang telah disaring kemudian akan dialirkan kembali ke tubuh melalui jarum yang berbeda di lengan pasien. Selama proses ini berlangsung, dokter maupun petugas kesehatan akan terus memantau tekanan darah pasien untuk menyesuaikan seberapa cepat darah mengalir masuk dan keluar dari tubuh.

(Sudah dipastikan bahwa penyakit ginjal merupakan jenis penyakit yang mengharuskan seorang pasien untuk melakukan cuci darah, karena cuci darah sendiri berfungsi untuk menggantikan tugas ginjal dalam menyaring zat-zat berbahaya dalam tubuh. Foto: Ilustrasi/Dok. Freepik.com)
Cuci darah hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan diagnosa dan rekomendasi pengobatan dari dokter. Apabila pasien mengalami gagal ginjal yang tingkat kerusakannya telah mencapai 80-90 persen, maka cuci darah biasanya akan diwajibkan untuk mencegah adanya komplikasi di kemudian hari. Darah yang terkontaminasi zat-zat berbahaya bisa menyebabkan berbagai macam masalah yang serius.
Cuci darah juga bisa dilakukan pada pasien gagal ginjal yang sedang menunggu donor organ ginjal. Ini terjadi pada pasien gagal ginjal kronis, di mana ginjalnya sudah tidak bisa dipulihkan kembali dan harus menunggu donor untuk mengganti ginjalnya.
Pasien bisa mengonsultasikan masalah terkait cuci darah dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal atau Ahli Nefrologi.
Namun cuci darah bisa dihindari dengan memerhatikan gaya hidup agar tetap sehat, seperti tetap rutin berolahraga, menjaga kadar gula serta tekanan darah, juga memenuhi kebutuhan cairan dengan mengonsumsi air putih minimal delapan gelas sehari.
Setelah proses cuci darah dilakukan, tekanan darah mungkin akan turun menjadi rendah, ini mungkin juga bisa menimbulkan rasa mual, pusing atau bahkan pingsan. Namun tidak perlu khawatir karena semua kondisi pasien ini akan selalu di monitor dan ditangani oleh dokter.
Adapun beberapa efek samping lain dari hemodialisis meliputi:
Beberapa risiko dan komplikasi dalam cuci darah juga bisa terjadi seperti infeksi pada tempat suntikan, aliran darah yang buruk, atau penyumbatan dari jaringan parut atau bekuan darah, namun ini jarang terjadi dan bisa ditangani oleh dokter. Yuk perhatikan kesehatan ginjal dari sekarang!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Menurut dr. Hery Emria, Sp.PD-KGH, Dokter Konsultan Ginjal Hipertensi dari RS Medika Permata Hijau-yang merupakan rumah sakit yang telah tergabung dalam Eka Hospital Group menerangkan bahwa cuci darah atau hemodialisis merupakan prosedur dalam dunia kedokteran yang dilakukan untuk membuang racun dan zat-zat sisa dalam darah yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh menggunakan mesin.
Di dalam mesin, darah akan diedarkan melalui filter dialyzer, yang memindahkan limbah ke dalam larutan dialisis yang mengandung air, garam, dan zat tambahan lainnya. Dalam tahap ini, darah akan tersaring dan zat-zat bahaya akan dibuang sehingga darah akan dalam keadaan bersih dan siap dimasukkan ke dalam tubuh kembali.
Darah yang telah disaring kemudian akan dialirkan kembali ke tubuh melalui jarum yang berbeda di lengan pasien. Selama proses ini berlangsung, dokter maupun petugas kesehatan akan terus memantau tekanan darah pasien untuk menyesuaikan seberapa cepat darah mengalir masuk dan keluar dari tubuh.
Kapan seorang pasien harus cuci darah?

(Sudah dipastikan bahwa penyakit ginjal merupakan jenis penyakit yang mengharuskan seorang pasien untuk melakukan cuci darah, karena cuci darah sendiri berfungsi untuk menggantikan tugas ginjal dalam menyaring zat-zat berbahaya dalam tubuh. Foto: Ilustrasi/Dok. Freepik.com)
Cuci darah hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan diagnosa dan rekomendasi pengobatan dari dokter. Apabila pasien mengalami gagal ginjal yang tingkat kerusakannya telah mencapai 80-90 persen, maka cuci darah biasanya akan diwajibkan untuk mencegah adanya komplikasi di kemudian hari. Darah yang terkontaminasi zat-zat berbahaya bisa menyebabkan berbagai macam masalah yang serius.
Cuci darah juga bisa dilakukan pada pasien gagal ginjal yang sedang menunggu donor organ ginjal. Ini terjadi pada pasien gagal ginjal kronis, di mana ginjalnya sudah tidak bisa dipulihkan kembali dan harus menunggu donor untuk mengganti ginjalnya.
Pasien bisa mengonsultasikan masalah terkait cuci darah dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal atau Ahli Nefrologi.
Namun cuci darah bisa dihindari dengan memerhatikan gaya hidup agar tetap sehat, seperti tetap rutin berolahraga, menjaga kadar gula serta tekanan darah, juga memenuhi kebutuhan cairan dengan mengonsumsi air putih minimal delapan gelas sehari.
Apakah ada risiko dan efek samping dari cuci darah?
Setelah proses cuci darah dilakukan, tekanan darah mungkin akan turun menjadi rendah, ini mungkin juga bisa menimbulkan rasa mual, pusing atau bahkan pingsan. Namun tidak perlu khawatir karena semua kondisi pasien ini akan selalu di monitor dan ditangani oleh dokter.
Adapun beberapa efek samping lain dari hemodialisis meliputi:
- • Nyeri dada atau nyeri punggung
- • Sakit kepala
- • Kulit yang gatal
- • Kram otot
- • Sindrom kaki gelisah
Beberapa risiko dan komplikasi dalam cuci darah juga bisa terjadi seperti infeksi pada tempat suntikan, aliran darah yang buruk, atau penyumbatan dari jaringan parut atau bekuan darah, namun ini jarang terjadi dan bisa ditangani oleh dokter. Yuk perhatikan kesehatan ginjal dari sekarang!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)