FITNESS & HEALTH
Apa yang Sebenarnya Dibutuhkan oleh Orang yang Lagi Cemas selama Kehamilan?
A. Firdaus
Sabtu 20 September 2025 / 18:01
Jakarta: Kecemasan selama kehamilan merupakan masalah kesehatan mental yang cukup umum terjadi. Hampir satu dari lima orang yang sedang hamil mengalami gangguan kesehatan mental, dan kecemasan menjadi salah satu yang paling sering dialami.
Sebuah studi menunjukkan bahwa kecemasan dapat memengaruhi hingga hampir 30% orang yang sedang hamil. Namun, sayangnya banyak dari mereka yang mengalami kecemasan ini tidak mendapatkan diagnosis yang tepat dan tidak menerima pengobatan yang memadai.
Hal ini menunjukkan bahwa orang yang sedang hamil tidak hanya membutuhkan dukungan emosional, tetapi juga jawaban dan solusi jangka panjang untuk mengatasi kecemasan yang mereka alami.
Baca juga: Sindrom Kaki Gelisah saat Hamil, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Sebuah penelitian terbaru mengenai pengobatan kecemasan yang terkait dengan kehamilan menegaskan pentingnya pendekatan kolaboratif dalam perawatan kesehatan mental. Studi tersebut menemukan bahwa pendekatan yang melibatkan berbagai profesional kesehatan secara bersamaan lebih efektif dibandingkan dengan pengobatan tunggal.
Selain itu, intervensi psikologis seperti mindfulness, wawancara motivasional, dan konseling pendukung terbukti lebih berhasil dalam mengurangi kecemasan selama kehamilan dibandingkan dengan perawatan prenatal standar.
Dilansir dari Parents, Heidi Cox, PhD, PMH-C, seorang psikolog klinis berlisensi, menjelaskan, orang-orang tidak hanya ingin mendapatkan bantuan, tetapi juga benar-benar memahami mengapa mereka merasa cemas dan ingin memiliki keterampilan coping untuk mengelola kecemasan mereka dengan lebih efektif.
Pernyataan ini menegaskan bahwa selain pengobatan, pemahaman dan keterampilan mengelola kecemasan sangat dibutuhkan oleh orang yang sedang hamil.
Perawatan kolaboratif adalah pendekatan yang melibatkan tim profesional kesehatan yang bekerja bersama untuk memberikan dukungan secara simultan.
Tim ini biasanya terdiri dari psikolog, dokter kandungan, bidan, dan perawat. Dengan adanya kerja sama ini, perawatan yang diberikan menjadi lebih menyeluruh dan terintegrasi.
Menurut dr. Cox, perawatan standar saat ini biasanya berupa terapi atau obat-obatan, terkadang keduanya, jika orang tersebut beruntung karena kecemasannya diakui.
Ia menambahkan bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir yang persisten dalam situasi sehari-hari.
Oleh karena itu, ketika seluruh tim memahami gambaran kecemasan perinatal, mereka dapat memberikan dukungan dan perawatan yang lebih baik karena memiliki gambaran yang lebih lengkap tentang situasi tersebut.
Pendekatan kolaboratif ini menjadi semakin penting mengingat tingkat kecemasan terkait kehamilan terus meningkat. Faktor-faktor psikologis, sosial, dan sistemik yang memengaruhi kecemasan ini semakin memburuk bagi banyak orang setelah pandemi COVID-19, seperti yang dijelaskan oleh Misty Richards, MD, MS, seorang psikiater dan profesor di David Geffen School of Medicine di UCLA.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Sebuah studi menunjukkan bahwa kecemasan dapat memengaruhi hingga hampir 30% orang yang sedang hamil. Namun, sayangnya banyak dari mereka yang mengalami kecemasan ini tidak mendapatkan diagnosis yang tepat dan tidak menerima pengobatan yang memadai.
Hal ini menunjukkan bahwa orang yang sedang hamil tidak hanya membutuhkan dukungan emosional, tetapi juga jawaban dan solusi jangka panjang untuk mengatasi kecemasan yang mereka alami.
Baca juga: Sindrom Kaki Gelisah saat Hamil, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Sebuah penelitian terbaru mengenai pengobatan kecemasan yang terkait dengan kehamilan menegaskan pentingnya pendekatan kolaboratif dalam perawatan kesehatan mental. Studi tersebut menemukan bahwa pendekatan yang melibatkan berbagai profesional kesehatan secara bersamaan lebih efektif dibandingkan dengan pengobatan tunggal.
Selain itu, intervensi psikologis seperti mindfulness, wawancara motivasional, dan konseling pendukung terbukti lebih berhasil dalam mengurangi kecemasan selama kehamilan dibandingkan dengan perawatan prenatal standar.
Dilansir dari Parents, Heidi Cox, PhD, PMH-C, seorang psikolog klinis berlisensi, menjelaskan, orang-orang tidak hanya ingin mendapatkan bantuan, tetapi juga benar-benar memahami mengapa mereka merasa cemas dan ingin memiliki keterampilan coping untuk mengelola kecemasan mereka dengan lebih efektif.
Pernyataan ini menegaskan bahwa selain pengobatan, pemahaman dan keterampilan mengelola kecemasan sangat dibutuhkan oleh orang yang sedang hamil.
Memahami perawatan kolaboratif untuk kecemasan selama kehamilan
Perawatan kolaboratif adalah pendekatan yang melibatkan tim profesional kesehatan yang bekerja bersama untuk memberikan dukungan secara simultan.
Tim ini biasanya terdiri dari psikolog, dokter kandungan, bidan, dan perawat. Dengan adanya kerja sama ini, perawatan yang diberikan menjadi lebih menyeluruh dan terintegrasi.
Menurut dr. Cox, perawatan standar saat ini biasanya berupa terapi atau obat-obatan, terkadang keduanya, jika orang tersebut beruntung karena kecemasannya diakui.
Ia menambahkan bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir yang persisten dalam situasi sehari-hari.
Oleh karena itu, ketika seluruh tim memahami gambaran kecemasan perinatal, mereka dapat memberikan dukungan dan perawatan yang lebih baik karena memiliki gambaran yang lebih lengkap tentang situasi tersebut.
Pendekatan kolaboratif ini menjadi semakin penting mengingat tingkat kecemasan terkait kehamilan terus meningkat. Faktor-faktor psikologis, sosial, dan sistemik yang memengaruhi kecemasan ini semakin memburuk bagi banyak orang setelah pandemi COVID-19, seperti yang dijelaskan oleh Misty Richards, MD, MS, seorang psikiater dan profesor di David Geffen School of Medicine di UCLA.
Secillia Nur Hafifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)