FITNESS & HEALTH
Detak Jantung Bisa Jadi Alarm: Kenali Tanda Bahaya Aritmia
A. Firdaus
Sabtu 27 September 2025 / 12:09
Tangerang: Hari Jantung Sedunia adalah momen yang tepat untuk membicarakan salah satu gangguan jantung seringkali terabaikan, yaitu aritmia jantung. Aritmia adalah gangguan irama jantung yang bisa terjadi pada siapa saja dan memiliki berbagai tingkat keparahan.
Mengenali gejala dan faktor risiko aritmia sejak dini adalah kunci untuk mencegah komplikasi serius.
Aritmia adalah kondisi di mana irama jantung tidak normal, bisa terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat (bradikardia), atau tidak beraturan. Gangguan ini terjadi karena sinyal listrik yang mengendalikan detak jantung tidak berfungsi dengan baik.
Ada beberapa tipe aritmia, yang paling umum di antaranya:
"Irama jantung yang cepat dan tidak teratur. Ini adalah jenis aritmia yang paling sering terjadi dan dapat meningkatkan risiko stroke," ucap dr. Daniel Tanubudi, Sp.JP, FIHA, seorang Dokter Spesialis Jantung di Eka Hospital BSD.
Detak jantung yang sangat cepat dan berdebar-debar, yang berasal dari bilik atas jantung.
Detak jantung yang terlalu lambat, di bawah 60 denyut per menit.
Irama jantung yang sangat cepat dan tidak teratur dari bilik bawah jantung. Ini adalah kondisi darurat medis yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak.
Baca juga: Mau Jalani Ablasi Jantung? Wajib Tahu Siapa yang Tidak Boleh dan Efek Sampingnya
Gejala awal aritmia sering diabaikan karena dianggap sepele atau dikaitkan dengan kelelahan biasa. Gejala-gejala yang perlu diwaspadai, antara lain:
- Jantung berdebar (palpitasi): Merasakan detak jantung yang tiba-tiba cepat atau tidak beraturan, seolah jantung 'terlompat'.
- Pusing atau pingsan: Terutama saat jantung berdetak terlalu cepat atau terlalu lambat.
- Nyeri dada: Rasa tidak nyaman, sesak, atau nyeri di dada.
- Sesak napas: Merasa sulit bernapas, terutama saat melakukan aktivitas fisik ringan.
- Kelelahan: Merasa sangat lelah tanpa alasan yang jelas.

dr. Daniel Tanubudi, Sp.JP, FIHA, seorang Dokter Spesialis Jantung di Eka Hospital BSD. Dok. A. Firdaus/Medcom
Aritmia dapat dipicu oleh gabungan faktor gaya hidup, genetik, dan penyakit penyerta. Beberapa faktor risiko yang paling umum, meliputi:
- Gaya hidup: Konsumsi kafein berlebihan, alkohol, merokok, dan stres kronis.
- Genetik: Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau aritmia.
- Penyakit lain: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, penyakit tiroid, dan penyakit jantung koroner dapat meningkatkan risiko aritmia.
Menurut dr. Daniel Tanubudi, Sp.JP, FIHA, seorang Dokter Spesialis Jantung di Eka Hospital BSD, pengobatan aritmia tidak bisa hanya bergantung pada obat-obatan. Gaya hidup sehat berperan sangat penting dalam menjaga irama jantung tetap stabil.
Olahraga teratur dapat memperkuat jantung dan meningkatkan sirkulasi darah, sementara pola makan seimbang (rendah lemak jenuh, gula, dan garam) membantu mengontrol berat badan dan tekanan darah. Kedua hal ini bekerja sinergis dengan pengobatan medis untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi.
Tidak semua aritmia berbahaya. Aritmia dibagi dua, yaitu ringan atau berat berdasarkan risikonya:
- Aritmia ringan: Seperti beberapa jenis takikardia atau bradikardia yang tidak menimbulkan gejala parah atau tidak berhubungan dengan penyakit jantung struktural.
- Aritmia berat: Seperti ventricular fibrillation (VFib). Jenis aritmia ini menyebabkan jantung berdetak tidak karuan dan berhenti memompa darah ke seluruh tubuh, yang dapat mengakibatkan henti jantung mendadak. Jika tidak dilakukan penanganan segera pada kondisi ini, seseorang dapat meninggal dalam hitungan menit.
Untuk membedakannya diperlukan pemeriksaan EKG dan tes lainnya. Lalu berdasarkan hasil tes barulah dokter dapat menyimpulkannya.
Jika kamu atau orang terdekat mengalami gejala yang mengkhawatirkan, jangan tunda untuk berkonsultasi. Mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat sejak dini adalah kunci utama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)
Mengenali gejala dan faktor risiko aritmia sejak dini adalah kunci untuk mencegah komplikasi serius.
Apa itu aritmia dan tipe-tipenya?
Aritmia adalah kondisi di mana irama jantung tidak normal, bisa terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat (bradikardia), atau tidak beraturan. Gangguan ini terjadi karena sinyal listrik yang mengendalikan detak jantung tidak berfungsi dengan baik.
Ada beberapa tipe aritmia, yang paling umum di antaranya:
- Fibrilasi atrium (AFib)
"Irama jantung yang cepat dan tidak teratur. Ini adalah jenis aritmia yang paling sering terjadi dan dapat meningkatkan risiko stroke," ucap dr. Daniel Tanubudi, Sp.JP, FIHA, seorang Dokter Spesialis Jantung di Eka Hospital BSD.
- Takikardia supraventrikular (SVT)
Detak jantung yang sangat cepat dan berdebar-debar, yang berasal dari bilik atas jantung.
- Bradikardia
Detak jantung yang terlalu lambat, di bawah 60 denyut per menit.
- Ventricular fibrillation (VFib)
Irama jantung yang sangat cepat dan tidak teratur dari bilik bawah jantung. Ini adalah kondisi darurat medis yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak.
Baca juga: Mau Jalani Ablasi Jantung? Wajib Tahu Siapa yang Tidak Boleh dan Efek Sampingnya
Gejala aritmia yang sering diabaikan
Gejala awal aritmia sering diabaikan karena dianggap sepele atau dikaitkan dengan kelelahan biasa. Gejala-gejala yang perlu diwaspadai, antara lain:
- Jantung berdebar (palpitasi): Merasakan detak jantung yang tiba-tiba cepat atau tidak beraturan, seolah jantung 'terlompat'.
- Pusing atau pingsan: Terutama saat jantung berdetak terlalu cepat atau terlalu lambat.
- Nyeri dada: Rasa tidak nyaman, sesak, atau nyeri di dada.
- Sesak napas: Merasa sulit bernapas, terutama saat melakukan aktivitas fisik ringan.
- Kelelahan: Merasa sangat lelah tanpa alasan yang jelas.

dr. Daniel Tanubudi, Sp.JP, FIHA, seorang Dokter Spesialis Jantung di Eka Hospital BSD. Dok. A. Firdaus/Medcom
Faktor risiko aritmia
Aritmia dapat dipicu oleh gabungan faktor gaya hidup, genetik, dan penyakit penyerta. Beberapa faktor risiko yang paling umum, meliputi:
- Gaya hidup: Konsumsi kafein berlebihan, alkohol, merokok, dan stres kronis.
- Genetik: Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau aritmia.
- Penyakit lain: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, penyakit tiroid, dan penyakit jantung koroner dapat meningkatkan risiko aritmia.
Pentingnya gaya hidup sehat
Menurut dr. Daniel Tanubudi, Sp.JP, FIHA, seorang Dokter Spesialis Jantung di Eka Hospital BSD, pengobatan aritmia tidak bisa hanya bergantung pada obat-obatan. Gaya hidup sehat berperan sangat penting dalam menjaga irama jantung tetap stabil.
Olahraga teratur dapat memperkuat jantung dan meningkatkan sirkulasi darah, sementara pola makan seimbang (rendah lemak jenuh, gula, dan garam) membantu mengontrol berat badan dan tekanan darah. Kedua hal ini bekerja sinergis dengan pengobatan medis untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi.
Perbedaan aritmia ringan dan berat
Tidak semua aritmia berbahaya. Aritmia dibagi dua, yaitu ringan atau berat berdasarkan risikonya:
- Aritmia ringan: Seperti beberapa jenis takikardia atau bradikardia yang tidak menimbulkan gejala parah atau tidak berhubungan dengan penyakit jantung struktural.
- Aritmia berat: Seperti ventricular fibrillation (VFib). Jenis aritmia ini menyebabkan jantung berdetak tidak karuan dan berhenti memompa darah ke seluruh tubuh, yang dapat mengakibatkan henti jantung mendadak. Jika tidak dilakukan penanganan segera pada kondisi ini, seseorang dapat meninggal dalam hitungan menit.
Untuk membedakannya diperlukan pemeriksaan EKG dan tes lainnya. Lalu berdasarkan hasil tes barulah dokter dapat menyimpulkannya.
Jika kamu atau orang terdekat mengalami gejala yang mengkhawatirkan, jangan tunda untuk berkonsultasi. Mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat sejak dini adalah kunci utama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FIR)