FITNESS & HEALTH
Minuman Manis Diduga Biang Keladi Melesatnya Kasus Diabetes dan Penyakit Jantung
Mia Vale
Kamis 16 Januari 2025 / 10:08
Jakarta: Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berkisar 830 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes, dan sebagian besar tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Berbeda dengan diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 dapat dicegah. Pun dengan penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global, yang diperkirakan merenggut 17,9 juta nyawa setiap tahunnya. Lebih dari tiga perempat kematian ini terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.
Untuk di Indonesia sendiri, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, "Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita diabetes melitus (DM) tertinggi ke-5 di dunia."
"Sebanyak 19,5 juta penderita, berdasarkan data Federasi Diabetes Internasional (IDF) 2021," ditambahkan olehnya.
Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 28,6 juta pada 2045 bila tidak segera ditangani mengingat prevalensinya yang tinggi. Pada tahun 2023, menurut catatan Kemenkes, prevalensinya sebesar 11,7 persen, dan terus meningkat.
Tak hanya masalah diabetes, penyakit jantung pun termasuk menjadi momok yang menakutkan di dunia. Kematian di Indonesia akibat penyakit kardiovaskular mencapai 651.481 penduduk per tahun, yang terdiri dari stroke 331.349 kematian, penyakit jantung koroner 245.343 kematian, penyakit jantung hipertensi 50.620 kematian, dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Bahkan, berdasarkan data BPJS pada november 2022 yang dikutip dari laman resmi Kemenkes, menunjukkan biaya pelayanan kesehatan untuk penyakit jantung dan pembuluh darah menghabiskan hampir separuh dari total biaya, sebesar Rp10,9 Triliun dengan jumlah 13.972.050 kasus. Lantas, apakah penyebab utama akan peningkatan jumlah dari kedua penyakit ini?
Baca juga: Mengenal Somatom Force, CT Mutakhir dalam Perawatan Kardiovaskular
.jpg)
(Memang, banyak faktor berbeda yang terlibat dalam resistensi insulin dan diabetes tipe 2. Namun, mengurangi asupan minuman manis dapat membantu meningkatkan regulasi gula darah secara keseluruhan dan kesehatan di masa depan. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Seperti yang dipublikasikan di jurnal Nature Medicine, dari penelitian terbaru, adanya jutaan kasus baru diabetes dan penyakit jantung setiap tahun mungkin terkait dengan konsumsi minuman manis.
Tufts University di Boston memimpin penelitian tersebut, menemukan, berkisar 2,2 juta diagnosis baru diabetes tipe 2, dan 1,2 juta kasus baru penyakit kardiovaskular berpotensi dikaitkan dengan minuman yang dimaniskan dengan gula setiap tahunnya.
Studi tersebut menemukan, tingkat tertinggi ditemukan di Kolombia, di mana 48 persen kasus diabetes baru disebabkan oleh minuman manis, dan di Meksiko, di mana hampir sepertiga kasus disebabkan oleh minuman manis.
Sementara itu, di Amerika Latin, penelitian ini menemukan bahwa lebih dari 24 persen kasus diabetes baru mungkin terkait dengan minuman manis, dan 21 persen di Afrika Sub-Sahara. Di Afrika Selatan, 27,6 persen, kasus diabetes baru dan 14,6 persen kasus penyakit kardiovaskular.
Dari data tersebut, para peneliti mensinyalir, minuman manislah penyebab gula darah melonjak karena cepat dicerna. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang, jenis minuman ini, selain meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung, juga dapat menyebabkan penambahan berat badan dan resistensi insulin.
Profesor Dariush Mozaffarian, penulis senior studi tersebut, mengatakan dalam siaran persnya, “Minuman yang dimaniskan dengan gula banyak dipasarkan dan dijual di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.”
Dan kelompok yang lebih mungkin mengalami dampak kesehatan negatif dari minuman manis, termasuk pria dan orang dewasa muda.
“Minuman yang dimaniskan dengan gula adalah penyebab utama penambahan gula makanan dan mudah dikonsumsi secara berlebihan, karena hanya memberikan sedikit rasa kenyang,” jelas Ahli diet terdaftar yang berbasis di New Jersey, Erin Palinski-Wade, kepada Fox News Digital.
Kandungan kalori yang tinggi dan kurangnya rasa kenyang akibat sedikitnya protein, lemak atau serat pada minuman tersebut dapat menyebabkan konsumsi kalori berlebih, yang dapat menyebabkan penambahan berat badan - terutama penambahan lemak visceral (lemak perut), yang terbukti meningkat dan berisiko diabetes tipe 2.
Ahli diet terdaftar dan blogger makanan Lauren Harris-Pincus, yang berbasis di New York, menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, minuman yang dimaniskan dengan gula, didefinisikan sebagai minuman apa pun dengan tambahan gula dan lebih dari 50 kalori per porsi 8 oz.
Ini termasuk minuman komersial atau buatan sendiri, minuman ringan, minuman energi, minuman buah, punch, limun. Tapi tidak termasuk 100 persen jus buah dan sayuran, minuman dengan pemanis buatan nonkalori, dan susu manis.
Namun begitu, Palinski-Wade menunjukkan bahwa ada beberapa keterbatasan pada penelitian baru ini.
“Ini adalah studi observasional, bukan studi sebab akibat, dan hanya menunjukkan hubungan antara pola makan yang mengandung minuman manis dan diabetes,” alas Palinski-Wade. “Ini tidak membuktikan bahwa minuman tersebut saja memicu timbulnya diabetes tipe 2.”
Para penulis penelitian menyerukan “pendekatan multi-cabang,” termasuk kampanye kesehatan masyarakat, peraturan periklanan dan pajak atas minuman yang dimaniskan dengan gula.
“Kita memerlukan intervensi mendesak dan berbasis bukti untuk membatasi konsumsi minuman manis secara global, sebelum lebih banyak nyawa yang diperpendek akibat dampaknya terhadap diabetes dan penyakit jantung,” papar Laura Lara-Castor, yang kini berada di University of Washington.
Ternyata, Meksiko menerapkan pajak minuman manis pada tahun 2014, yang terbukti efektif dalam mengurangi konsumsi.
“Masih banyak yang harus dilakukan, terutama di negara-negara Amerika Latin dan Afrika, di mana konsumsi tinggi dan dampak kesehatannya parah,” tulis Mozaffarian.
Memang, banyak faktor berbeda yang terlibat dalam resistensi insulin dan diabetes tipe 2. Namun, mengurangi asupan minuman manis dapat membantu meningkatkan regulasi gula darah secara keseluruhan dan kesehatan di masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Berbeda dengan diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 dapat dicegah. Pun dengan penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global, yang diperkirakan merenggut 17,9 juta nyawa setiap tahunnya. Lebih dari tiga perempat kematian ini terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.
Untuk di Indonesia sendiri, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, "Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita diabetes melitus (DM) tertinggi ke-5 di dunia."
"Sebanyak 19,5 juta penderita, berdasarkan data Federasi Diabetes Internasional (IDF) 2021," ditambahkan olehnya.
Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 28,6 juta pada 2045 bila tidak segera ditangani mengingat prevalensinya yang tinggi. Pada tahun 2023, menurut catatan Kemenkes, prevalensinya sebesar 11,7 persen, dan terus meningkat.
Tak hanya masalah diabetes, penyakit jantung pun termasuk menjadi momok yang menakutkan di dunia. Kematian di Indonesia akibat penyakit kardiovaskular mencapai 651.481 penduduk per tahun, yang terdiri dari stroke 331.349 kematian, penyakit jantung koroner 245.343 kematian, penyakit jantung hipertensi 50.620 kematian, dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Bahkan, berdasarkan data BPJS pada november 2022 yang dikutip dari laman resmi Kemenkes, menunjukkan biaya pelayanan kesehatan untuk penyakit jantung dan pembuluh darah menghabiskan hampir separuh dari total biaya, sebesar Rp10,9 Triliun dengan jumlah 13.972.050 kasus. Lantas, apakah penyebab utama akan peningkatan jumlah dari kedua penyakit ini?
Baca juga: Mengenal Somatom Force, CT Mutakhir dalam Perawatan Kardiovaskular
Diabetes dan penyakit jantung meningkat
.jpg)
(Memang, banyak faktor berbeda yang terlibat dalam resistensi insulin dan diabetes tipe 2. Namun, mengurangi asupan minuman manis dapat membantu meningkatkan regulasi gula darah secara keseluruhan dan kesehatan di masa depan. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Seperti yang dipublikasikan di jurnal Nature Medicine, dari penelitian terbaru, adanya jutaan kasus baru diabetes dan penyakit jantung setiap tahun mungkin terkait dengan konsumsi minuman manis.
Tufts University di Boston memimpin penelitian tersebut, menemukan, berkisar 2,2 juta diagnosis baru diabetes tipe 2, dan 1,2 juta kasus baru penyakit kardiovaskular berpotensi dikaitkan dengan minuman yang dimaniskan dengan gula setiap tahunnya.
Studi tersebut menemukan, tingkat tertinggi ditemukan di Kolombia, di mana 48 persen kasus diabetes baru disebabkan oleh minuman manis, dan di Meksiko, di mana hampir sepertiga kasus disebabkan oleh minuman manis.
Sementara itu, di Amerika Latin, penelitian ini menemukan bahwa lebih dari 24 persen kasus diabetes baru mungkin terkait dengan minuman manis, dan 21 persen di Afrika Sub-Sahara. Di Afrika Selatan, 27,6 persen, kasus diabetes baru dan 14,6 persen kasus penyakit kardiovaskular.
Pemanis akibatkan beragam penyakit
Dari data tersebut, para peneliti mensinyalir, minuman manislah penyebab gula darah melonjak karena cepat dicerna. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang, jenis minuman ini, selain meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung, juga dapat menyebabkan penambahan berat badan dan resistensi insulin.
Profesor Dariush Mozaffarian, penulis senior studi tersebut, mengatakan dalam siaran persnya, “Minuman yang dimaniskan dengan gula banyak dipasarkan dan dijual di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.”
Dan kelompok yang lebih mungkin mengalami dampak kesehatan negatif dari minuman manis, termasuk pria dan orang dewasa muda.
“Minuman yang dimaniskan dengan gula adalah penyebab utama penambahan gula makanan dan mudah dikonsumsi secara berlebihan, karena hanya memberikan sedikit rasa kenyang,” jelas Ahli diet terdaftar yang berbasis di New Jersey, Erin Palinski-Wade, kepada Fox News Digital.
Kandungan kalori yang tinggi dan kurangnya rasa kenyang akibat sedikitnya protein, lemak atau serat pada minuman tersebut dapat menyebabkan konsumsi kalori berlebih, yang dapat menyebabkan penambahan berat badan - terutama penambahan lemak visceral (lemak perut), yang terbukti meningkat dan berisiko diabetes tipe 2.
Ahli diet terdaftar dan blogger makanan Lauren Harris-Pincus, yang berbasis di New York, menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, minuman yang dimaniskan dengan gula, didefinisikan sebagai minuman apa pun dengan tambahan gula dan lebih dari 50 kalori per porsi 8 oz.
Ini termasuk minuman komersial atau buatan sendiri, minuman ringan, minuman energi, minuman buah, punch, limun. Tapi tidak termasuk 100 persen jus buah dan sayuran, minuman dengan pemanis buatan nonkalori, dan susu manis.
Namun begitu, Palinski-Wade menunjukkan bahwa ada beberapa keterbatasan pada penelitian baru ini.
“Ini adalah studi observasional, bukan studi sebab akibat, dan hanya menunjukkan hubungan antara pola makan yang mengandung minuman manis dan diabetes,” alas Palinski-Wade. “Ini tidak membuktikan bahwa minuman tersebut saja memicu timbulnya diabetes tipe 2.”
'Pendekatan multi-cabang' dengan pemerintah
Para penulis penelitian menyerukan “pendekatan multi-cabang,” termasuk kampanye kesehatan masyarakat, peraturan periklanan dan pajak atas minuman yang dimaniskan dengan gula.
“Kita memerlukan intervensi mendesak dan berbasis bukti untuk membatasi konsumsi minuman manis secara global, sebelum lebih banyak nyawa yang diperpendek akibat dampaknya terhadap diabetes dan penyakit jantung,” papar Laura Lara-Castor, yang kini berada di University of Washington.
Ternyata, Meksiko menerapkan pajak minuman manis pada tahun 2014, yang terbukti efektif dalam mengurangi konsumsi.
“Masih banyak yang harus dilakukan, terutama di negara-negara Amerika Latin dan Afrika, di mana konsumsi tinggi dan dampak kesehatannya parah,” tulis Mozaffarian.
Memang, banyak faktor berbeda yang terlibat dalam resistensi insulin dan diabetes tipe 2. Namun, mengurangi asupan minuman manis dapat membantu meningkatkan regulasi gula darah secara keseluruhan dan kesehatan di masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)