FITNESS & HEALTH
5 Jenis Disabilitas yang Kerap Dialami Pasca-Stroke
A. Firdaus
Jumat 15 Desember 2023 / 18:16
Jakarta: Gangguan paling umum sebagai dampak dari stroke adalah kehilangan atau perubahan kemampuan motorik dan sensorik. Berbagai jenis rehabilitasi dilakukan demi mendukung proses pemulihan dan menjaga kualitas hidup penyintas stroke, salah satunya melalui terapi akupunktur.
Stroke diartikan sebagai cedera fokal akut pada sistem saraf pusat (SSP) akibat adanya masalah pada sistem pembuluh darah (vaskular). Terdapat dua jenis stroke, yaitu iskemik dan hemoragik.
Stroke iskemik merupakan kondisi stroke akibat adanya gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah di otak seperti infark (sumbatan) serebral. Sementara stroke hemoragik merupakan kondisi stroke akibat pecahnya pembuluh darah di dalam otak, seperti perdarahan intraserebral atau perdarahan subarachnoid (penimbunan darah di dalam lapisan pelindung otak).
Di Indonesia, stroke menjadi penyebab kematian utama. Berdasarkan hasil Riskesdas pada 2018, angka kejadian stroke meningkat dari 7 per 1.000 penduduk pada 2013, menjadi 10,9 per 1.000
penduduk pada 2018.
Baca juga: Bukan Stroke Ringan atau Berat, Begini Istilah yang Benar dalam Dunia Medis
"Beban stroke iskemik dan hemoragik di seluruh dunia meningkat secara signifikan antara tahun 2020 dan 2021. Sekitar 80 persen kondisi stroke disebabkan oleh iskemik (sumbatan) dan 20 persen disebabkan hemoragik (perdarahan)," ucap dr. R. Handaya Dipanegara, M.Kes, Sp. Akp, Subsp. A. A. (K) RSPI.
Terapi rehabilitasi penyintas stroke Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa sebanyak 2/3 pasien stroke kerap mengalami disabilitas. Jenis disabilitas yang dialami oleh setiap pasien berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahan dan bagian otak yang terkena dampak.
Beberapa jenis disabilitas yang mungkin dialami pasca stroke antara lain:
1. Disabilitas fisik seperti kelemahan atau kehilangan sebagian atau seluruh kontrol otot,
gangguan gerakan dan koordinasi, gangguan keseimbangan, kesulitan menelan (disfagia), hingga perubahan suara (disfonia).
2. Disabilitas kognitif seperti gangguan berbicara dan berbahasa, kesulitan mengingat informasi tertentu, serta kesulitan untuk memusatkan perhatian.
3. Disabilitas emosional dan psikologis.
4. Gangguan sensorik seperti berkurangnya penglihatan atau pendengaran.
5. Gangguan fungsi organ seperti kesulitan mengontrol buang air besar atau buang air kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Stroke diartikan sebagai cedera fokal akut pada sistem saraf pusat (SSP) akibat adanya masalah pada sistem pembuluh darah (vaskular). Terdapat dua jenis stroke, yaitu iskemik dan hemoragik.
Stroke iskemik merupakan kondisi stroke akibat adanya gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah di otak seperti infark (sumbatan) serebral. Sementara stroke hemoragik merupakan kondisi stroke akibat pecahnya pembuluh darah di dalam otak, seperti perdarahan intraserebral atau perdarahan subarachnoid (penimbunan darah di dalam lapisan pelindung otak).
Di Indonesia, stroke menjadi penyebab kematian utama. Berdasarkan hasil Riskesdas pada 2018, angka kejadian stroke meningkat dari 7 per 1.000 penduduk pada 2013, menjadi 10,9 per 1.000
penduduk pada 2018.
Baca juga: Bukan Stroke Ringan atau Berat, Begini Istilah yang Benar dalam Dunia Medis
"Beban stroke iskemik dan hemoragik di seluruh dunia meningkat secara signifikan antara tahun 2020 dan 2021. Sekitar 80 persen kondisi stroke disebabkan oleh iskemik (sumbatan) dan 20 persen disebabkan hemoragik (perdarahan)," ucap dr. R. Handaya Dipanegara, M.Kes, Sp. Akp, Subsp. A. A. (K) RSPI.
Terapi rehabilitasi penyintas stroke Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa sebanyak 2/3 pasien stroke kerap mengalami disabilitas. Jenis disabilitas yang dialami oleh setiap pasien berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahan dan bagian otak yang terkena dampak.
Beberapa jenis disabilitas yang mungkin dialami pasca stroke antara lain:
1. Disabilitas fisik seperti kelemahan atau kehilangan sebagian atau seluruh kontrol otot,
gangguan gerakan dan koordinasi, gangguan keseimbangan, kesulitan menelan (disfagia), hingga perubahan suara (disfonia).
2. Disabilitas kognitif seperti gangguan berbicara dan berbahasa, kesulitan mengingat informasi tertentu, serta kesulitan untuk memusatkan perhatian.
3. Disabilitas emosional dan psikologis.
4. Gangguan sensorik seperti berkurangnya penglihatan atau pendengaran.
5. Gangguan fungsi organ seperti kesulitan mengontrol buang air besar atau buang air kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)