FITNESS & HEALTH
Kolaborasi Membangun STAND, Riset untuk Atasi Kasus Kesehatan Jiwa di Indonesia
Aulia Putriningtias
Kamis 16 Mei 2024 / 18:20
Jakarta: Kasus gangguan jiwa di Indonesia menjadi hal yang serius. Gangguan jiwa di Indonesia menduduki nomor dua dalam kasus penyebab tahun hidup dengan disabilitas (YLDs) di Indonesia.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia pada 2023, 1,4 persen penduduk usia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Hal ini menjadi kekhawatiran bagi berbagai pihak untuk terus menemukan solusi mengatasi hal ini.
Kolaborasi dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dengan The University of Manchester, Badan Riset Nasional Indonesia (BRIN), Universitas Brawijaya, serta empat organisasi yang berfokus pada kesehatan mental (Into The Light, KPSI, Ubah Stigma, dan CISDI), membangun riset tentang menghadirkan solusi gangguan jiwa di Indonesia.
Baca juga: Saat Hamil, Wanita dengan Autoimun Lebih Rentan Mengalami Depresi
Program riset ini dikenal dengan nama Sustainable Treatment for Anxiety and Depression in Indonesia, atau disingkat STAND-Indonesia. Tujuannya menghadirkan solusi yang lebih baik dari masalah kecemasan dan depresi di Indonesia. Program ini telah dimulai dari tahun 2022 dan dijadwalkan berakhir pada 2026.
Cakupan wilayah riset melibatkan empat provinsi di Pulau Jawa. Secara spesifik, riset ini meliputi enam daerah perkotaan dan enam daerah pedesaan yang berada di Kota Tangerang, Kabupaten Bogor, dan Kota Semarang, serta Kabupaten Magelang, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Jombang sesuai Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.
Hingga 2021, tercatat bahwa jumlah tenaga profesional yang dapat memberikan perawatan kesehatan jiwa masih sangat minim di Indonesia. Oleh karena itu, fokus dari riset ini adalah mengembangkan sebuah model Perawatan Kesehatan Jiwa Sederhana bagi individu dengan cemas dan depresi yang dapat diberikan oleh Kader yang terlatih.
Tujuan utama dari riset ini adalah untuk menghasilkan sebuah model perawatan berbasis masyarakat yang dapat diberikan kepada individu yang mengalami cemas dan depresi. Diharapkan model ini akan menyediakan manajemen yang lebih baik untuk cemas dan depresi.
Program riset ini meliputi lima tahapan yang kompleks, sehingga selain membuahkan sebuah model perawatan bagi orang dengan kecemasan dan depresi. Hasil riset juga dapat digunakan sebagai basis data dari Provinsi Jawa.
Didapatkan data tahun 2023, di mana Pulau Jawa memiliki angka depresi sebesar 4,42 persen dan angka kecemasan teridentifikasi sebesar 5,68 persen. Jawa Timur menjadi provinsi paling banyak teridentifikasi kecemasan dan depresi, yakni sebesar 8,79 persen.
Tahap kedua berupa studi wawancara yang melibatkan 140 partisipan, terdiri dari pasien, keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat, Kader, tenaga kesehatan profesional, dan 27 partisipan tokoh nasional. Di 2024, Tim Peneliti secara aktif sedang melakukan tahap ketiga dan keempat untuk uji coba Model Perawatan Kesehatan Jiwa Sederhana di 4 provinsi.
"Model ini merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi cemas dan depresi. Manfaat lainnya bagi pemerintah, adalah analisis dampak ekonomi dan sosial yang dapat digunakan pemerintah dalam konstruksi kebijakan penganggulangan masalah kesehatan jiwa di Indonesia yang berkelanjutan," ungkap Herni Susanti, Ahli Mental Health in Nursing, saat ditemui di Jakarta, Rabu, 16 Mei 2024.
STAND-Indonesia juga melibatkan kelompok-kelompok yang terdiri dari para aktivis kesehatan jiwa, termasuk para penyintas masalah kecemasan dan depresi. Mereka berperan aktif sebagai fasilitator hingga pakar dalam berbagai kegiatan.
Keterlibatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memahami masalah kecemasan dan depresi di Indonesia. Selain melakukan riset, dilakukan juga pembekalan mulai dari seminar dan pelatihan gratis untuk lebih meningkatkan kepedulian terhadap gangguan jiwa.
STAND-Indonesia berharap muncul langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat tentang kesehatan mental. Mengurangi dampak kecemasan dan depresi di Indonesia demi terwujudnya masyarakat yang lebih tangguh dan sejahtera secara mental serta emosional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia pada 2023, 1,4 persen penduduk usia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Hal ini menjadi kekhawatiran bagi berbagai pihak untuk terus menemukan solusi mengatasi hal ini.
Kolaborasi dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dengan The University of Manchester, Badan Riset Nasional Indonesia (BRIN), Universitas Brawijaya, serta empat organisasi yang berfokus pada kesehatan mental (Into The Light, KPSI, Ubah Stigma, dan CISDI), membangun riset tentang menghadirkan solusi gangguan jiwa di Indonesia.
Baca juga: Saat Hamil, Wanita dengan Autoimun Lebih Rentan Mengalami Depresi
Program riset ini dikenal dengan nama Sustainable Treatment for Anxiety and Depression in Indonesia, atau disingkat STAND-Indonesia. Tujuannya menghadirkan solusi yang lebih baik dari masalah kecemasan dan depresi di Indonesia. Program ini telah dimulai dari tahun 2022 dan dijadwalkan berakhir pada 2026.
Cakupan wilayah riset melibatkan empat provinsi di Pulau Jawa. Secara spesifik, riset ini meliputi enam daerah perkotaan dan enam daerah pedesaan yang berada di Kota Tangerang, Kabupaten Bogor, dan Kota Semarang, serta Kabupaten Magelang, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Jombang sesuai Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.
Hingga 2021, tercatat bahwa jumlah tenaga profesional yang dapat memberikan perawatan kesehatan jiwa masih sangat minim di Indonesia. Oleh karena itu, fokus dari riset ini adalah mengembangkan sebuah model Perawatan Kesehatan Jiwa Sederhana bagi individu dengan cemas dan depresi yang dapat diberikan oleh Kader yang terlatih.
Tujuan utama dari riset ini adalah untuk menghasilkan sebuah model perawatan berbasis masyarakat yang dapat diberikan kepada individu yang mengalami cemas dan depresi. Diharapkan model ini akan menyediakan manajemen yang lebih baik untuk cemas dan depresi.
Program riset ini meliputi lima tahapan yang kompleks, sehingga selain membuahkan sebuah model perawatan bagi orang dengan kecemasan dan depresi. Hasil riset juga dapat digunakan sebagai basis data dari Provinsi Jawa.
Didapatkan data tahun 2023, di mana Pulau Jawa memiliki angka depresi sebesar 4,42 persen dan angka kecemasan teridentifikasi sebesar 5,68 persen. Jawa Timur menjadi provinsi paling banyak teridentifikasi kecemasan dan depresi, yakni sebesar 8,79 persen.
Tahap kedua berupa studi wawancara yang melibatkan 140 partisipan, terdiri dari pasien, keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat, Kader, tenaga kesehatan profesional, dan 27 partisipan tokoh nasional. Di 2024, Tim Peneliti secara aktif sedang melakukan tahap ketiga dan keempat untuk uji coba Model Perawatan Kesehatan Jiwa Sederhana di 4 provinsi.
"Model ini merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi cemas dan depresi. Manfaat lainnya bagi pemerintah, adalah analisis dampak ekonomi dan sosial yang dapat digunakan pemerintah dalam konstruksi kebijakan penganggulangan masalah kesehatan jiwa di Indonesia yang berkelanjutan," ungkap Herni Susanti, Ahli Mental Health in Nursing, saat ditemui di Jakarta, Rabu, 16 Mei 2024.
STAND-Indonesia gandeng berbagai kelompok untuk riset
STAND-Indonesia juga melibatkan kelompok-kelompok yang terdiri dari para aktivis kesehatan jiwa, termasuk para penyintas masalah kecemasan dan depresi. Mereka berperan aktif sebagai fasilitator hingga pakar dalam berbagai kegiatan.
Keterlibatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memahami masalah kecemasan dan depresi di Indonesia. Selain melakukan riset, dilakukan juga pembekalan mulai dari seminar dan pelatihan gratis untuk lebih meningkatkan kepedulian terhadap gangguan jiwa.
STAND-Indonesia berharap muncul langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat tentang kesehatan mental. Mengurangi dampak kecemasan dan depresi di Indonesia demi terwujudnya masyarakat yang lebih tangguh dan sejahtera secara mental serta emosional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)