FITNESS & HEALTH
Dokter Sebut Rujukan Tepat Waktu Bisa Ringankan Ginjal Kronik
Medcom
Kamis 16 Februari 2023 / 12:38
Jakarta: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat kejadian gagal ginjal kronik meningkat dari 0,2 persen pada 2013 menjadi 0,38 persen pada 2018. Jika kamu merupakan pasien penyakit ginjal kronik, segera disarankan untuk menerima rujukan yang tepat waktu. Hal ini dilakukan demi keberlangsungan kesehatan serta biaya yang akan dikeluarkan.
"Kalau terlambat (ditangani), akan ada dampak dari segi biaya dan segi keberlangsungan kesehatan pasien," kata Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) Dr. dr. Aida Lydia SpPD-KGH dalam diskusi secara daring.
Aida menambahkan bahwa rujukan tepat waktu bisa dilakukan dengan melakukan deteksi dini terhadap gangguan ginjal kronik. Karena pasien dinilai bisa melakukan pencegahan lebih awal dan tidak jatuh ke penyakit gagal ginjal.
"Mestinya, pasien dirujuk tepat waktu ke layanan kesehatan yang lebih tinggi, andaikata pasien itu kemudian memerlukan terapi pengganti ginjal," kata Aida.
Aida mengungkapkan mayoritas pasien tidak mengalami kelihan saat tanda-tanda gangguan ginjal datang. Biasanya muncul saat fungsi ginjal sudah sangat menurun. Namun, ada juga yang mengalami gejala ringan.
Gejala ringan yang umumnya terjadi adalah pembengkakan pada kaki, tekanan darah naik, mengalami sesak napas, dan mudah merasa lelah. Namun, pasien bisa saja mengalami gangguan kesadaran dan alami kejang.
Aida mengatakan bahwa saat ini masih banyak pasien gagal ginjal kronik di Indonesia yang datang terlambat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sehingga, ini berdampak pada kesehatan dan juga biaya yang harus dikeluarkan.
"Karena kalau jauh-jauh hari, pasien bersama dokter dan perawatnya mestinya sudah diajak berdiskusi tentang terapi pengganti ginjal apa yang akan dijalani oleh pasien, apakah hemodialisis, apakah peritoneal dialisis, atau transplantasi," ungkap Aida.
Terdapat beberapa terapi yang dijalankan oleh para pasien gagal ginjal kronik. Jika pasien memilih hemodialisis, dokter sejak jauh-jauh hari akan membuat akses pembuluh darah melalui operasi kecil. Sehingga, pada saat pasien memerlukan hemodialisis, akses tersebut sudah dapat digunakan.
Diketahui pula gagal ginjal termasuk dalam pengelompokan katastropik pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJS Kesehatan. Artinya, penyakit tersebut memerlukan perawatan medis jangka panjang dan menguras biaya yang tinggi.
Maka dari itu, perlunya untuk sadar akan gejala-gejala umum yang timbul, serta melakukan rujukan secara tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan. Selain dilakukan karena kesehatan, biaya yang dikeluarkan pun juga bisa diminimalisir.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
"Kalau terlambat (ditangani), akan ada dampak dari segi biaya dan segi keberlangsungan kesehatan pasien," kata Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) Dr. dr. Aida Lydia SpPD-KGH dalam diskusi secara daring.
Aida menambahkan bahwa rujukan tepat waktu bisa dilakukan dengan melakukan deteksi dini terhadap gangguan ginjal kronik. Karena pasien dinilai bisa melakukan pencegahan lebih awal dan tidak jatuh ke penyakit gagal ginjal.
"Mestinya, pasien dirujuk tepat waktu ke layanan kesehatan yang lebih tinggi, andaikata pasien itu kemudian memerlukan terapi pengganti ginjal," kata Aida.
Aida mengungkapkan mayoritas pasien tidak mengalami kelihan saat tanda-tanda gangguan ginjal datang. Biasanya muncul saat fungsi ginjal sudah sangat menurun. Namun, ada juga yang mengalami gejala ringan.
Gejala ringan yang umumnya terjadi adalah pembengkakan pada kaki, tekanan darah naik, mengalami sesak napas, dan mudah merasa lelah. Namun, pasien bisa saja mengalami gangguan kesadaran dan alami kejang.
Aida mengatakan bahwa saat ini masih banyak pasien gagal ginjal kronik di Indonesia yang datang terlambat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sehingga, ini berdampak pada kesehatan dan juga biaya yang harus dikeluarkan.
"Karena kalau jauh-jauh hari, pasien bersama dokter dan perawatnya mestinya sudah diajak berdiskusi tentang terapi pengganti ginjal apa yang akan dijalani oleh pasien, apakah hemodialisis, apakah peritoneal dialisis, atau transplantasi," ungkap Aida.
Terdapat beberapa terapi yang dijalankan oleh para pasien gagal ginjal kronik. Jika pasien memilih hemodialisis, dokter sejak jauh-jauh hari akan membuat akses pembuluh darah melalui operasi kecil. Sehingga, pada saat pasien memerlukan hemodialisis, akses tersebut sudah dapat digunakan.
Diketahui pula gagal ginjal termasuk dalam pengelompokan katastropik pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJS Kesehatan. Artinya, penyakit tersebut memerlukan perawatan medis jangka panjang dan menguras biaya yang tinggi.
Maka dari itu, perlunya untuk sadar akan gejala-gejala umum yang timbul, serta melakukan rujukan secara tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan. Selain dilakukan karena kesehatan, biaya yang dikeluarkan pun juga bisa diminimalisir.
Aulia Putriningtias
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)