FITNESS & HEALTH
Kecukupan Nutrisi Kunci Sukses Terapi Pasien Kanker
Raka Lestari
Selasa 22 Februari 2022 / 11:38
Jakarta: Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer di Globocan 2020, terdapat 19,3 juta kasus kanker di dunia dan 9,9 juta kasus pasien kanker meninggal setiap tahunnya. Kondisi kanker ini terkadang membuat pasien kanker merasakan serangkaian emosi, mulai dari marah, putus asa, hingga depresi, yang juga dapat memengaruhi nafsu makan.
“Salah satu kunci sukses terapi adalah pasien itu memiliki kesiapan nutrisi yang baik. Sebab, pada saat terjadi malnutrisi, terapi menjadi terhambat karena tubuh pasien tidak dapat menerima paparan terapi yang diberikan. Bahkan, terapi harus dihentikan,” ujar Medical General Manager PT Kalbe Farma Tbk, dr. Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi, AIFO-K.
“Kalau kondisi gizi buruk, tubuh pasien tidak dapat menahan efek samping yang terjadi. Kedua, malnutrisi meningkatkan komplikasi lain. Misalnya infeksi, yang berisiko menurunkan kualitas hidup pasien atau lama rawat menjadi lebih panjang dan biaya perawatan lebih mahal,” tambahnya.
Salah satu penyebab terjadinya malnutrisi pada pasien kanker ialah berdasarkan jenis kankernya. Pasien kanker nasofaring dan kanker saluran cerna memiliki risiko tinggi mengalami malnutrisi. Selain itu, semakin tinggi stadium kanker, maka risiko malnutrisinya juga semakin besar.
Dampak dari sitokin juga berpengaruh terhadap malnutrisi. Sebab, sitokin secara umum menyebabkan tubuh pasien kanker membutuhkan kebutuhan makan yang lebih banyak, tapi di sisi lain turut menghambat nafsu makan. Kemudian, faktor kemoterapi dan radioterapi.
Terapi tersebut dapat menimbulkan gejala samping seperti mual, muntah, dan sariawan. Gangguan psikologis juga dapat membuat pasien takut untuk mengonsumsi makanan pasien kanker membutuhkan banyak asupan kalori dan protein.
“Pilihlah jenis makanan yang memiliki densitas energi (kalori) yang besar. Artinya, makan sedikit tapi bobot kalori dan proteinnya besar. Sehingga pasien tidak terbebani saat makan. Jadi sebagai keluarga, kita harus memilih makanan yang kecil tapi mengandung kalori dan protein tinggi itu apa saja,” tutup dr. Dedy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
“Salah satu kunci sukses terapi adalah pasien itu memiliki kesiapan nutrisi yang baik. Sebab, pada saat terjadi malnutrisi, terapi menjadi terhambat karena tubuh pasien tidak dapat menerima paparan terapi yang diberikan. Bahkan, terapi harus dihentikan,” ujar Medical General Manager PT Kalbe Farma Tbk, dr. Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi, AIFO-K.
“Kalau kondisi gizi buruk, tubuh pasien tidak dapat menahan efek samping yang terjadi. Kedua, malnutrisi meningkatkan komplikasi lain. Misalnya infeksi, yang berisiko menurunkan kualitas hidup pasien atau lama rawat menjadi lebih panjang dan biaya perawatan lebih mahal,” tambahnya.
Salah satu penyebab terjadinya malnutrisi pada pasien kanker ialah berdasarkan jenis kankernya. Pasien kanker nasofaring dan kanker saluran cerna memiliki risiko tinggi mengalami malnutrisi. Selain itu, semakin tinggi stadium kanker, maka risiko malnutrisinya juga semakin besar.
Dampak dari sitokin juga berpengaruh terhadap malnutrisi. Sebab, sitokin secara umum menyebabkan tubuh pasien kanker membutuhkan kebutuhan makan yang lebih banyak, tapi di sisi lain turut menghambat nafsu makan. Kemudian, faktor kemoterapi dan radioterapi.
Terapi tersebut dapat menimbulkan gejala samping seperti mual, muntah, dan sariawan. Gangguan psikologis juga dapat membuat pasien takut untuk mengonsumsi makanan pasien kanker membutuhkan banyak asupan kalori dan protein.
“Pilihlah jenis makanan yang memiliki densitas energi (kalori) yang besar. Artinya, makan sedikit tapi bobot kalori dan proteinnya besar. Sehingga pasien tidak terbebani saat makan. Jadi sebagai keluarga, kita harus memilih makanan yang kecil tapi mengandung kalori dan protein tinggi itu apa saja,” tutup dr. Dedy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)