FITNESS & HEALTH

Wanita Indonesia Harus Proaktif Deteksi Dini Kanker Payudara

Medcom
Rabu 01 November 2023 / 14:08
Jakarta: Perkembangan ilmu kedokteran dan farmasi, khususnya pengobatan kanker payudara membuat harapan untuk meningkatkan kualitas dan harapan hidup pasien semakin tinggi. Semakin cepat dan semakin tepat diagnosa, maka akan semakin baik hasil dalam melawan ancaman kanker payudara.

Berdasarkan hasil temuan para peneliti yang dikutip dari situs WebMD, tingkat kelangsungan hidup relatif rata-rata 5 tahun untuk kanker payudara sebesar 90 persen, rata-rata 10 tahun sebesar 84 persen, dan 15 tahun untuk kanker payudara invasif dapat mencapai hingga 80 persen.

Artinya 80 dari 100 wanita memiliki harapan hidup lebih dari 15 tahun. Untuk kanker stadium awal hingga menengah, tingkat kelangsungan hidup relatif rata-rata pasien mencapai 86 hingga 99 persen.

"Dengan rutin melakukan deteksi dini, kita dapat meningkatkan harapan hidup dan menekan tingkat kematian akibat kanker payudara yang sangat tinggi di Indonesia," kata dr. Farida Briani, Sp.B (K) Onk, dalam acara diskusi bertajuk "Bulan Kesadaran Kanker Payudara #NeverEnoughPink" yang diselenggarakan di kantor MSD Indonesia.

Karena itu, Farida mengingatkan pentingnya melakukan sosialisasi SADARI (pemeriksaan payudara sendiri), SADANIS (pemeriksaan payudara oleh tenaga medis), pemeriksaan penunjang seperti skrining usg dan mammografi.

"Serta pemahaman akan penyebab, subtipe kanker, gejala hingga perkembangan pengobatan dari kanker payudara perlu ditingkatkan dan membutuhkan upaya bersama antar pemangku kepentingan di sektor kesehatan agar jumlah kasus stadium lanjut dapat ditekan," lanjutnya.

Dia mengutip data Global Cancer Observatory (Globocan) 2020 yang menyebut kasus baru kanker payudara di dunia mencapai lebih dari 2,2 juta kasus dengan angka kematian mencapai 684.996 kasus. Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan pertama dengan jumlah kasus baru terbanyak sebesar 65.858 kasus atau 16,6% dari total 396.914 kasus kanker, dan menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak akibat kanker.



"Penting bagi para wanita Indonesia untuk lebih jeli mengenali gejala kanker payudara sejak dini. Adanya benjolan pada payudara, perubahan ukuran atau bentuk payudara, kulit berlesung pipit atau penebalan pada jaringan payudara, ruam dan keluarnya cairan pada putting susu, pembengkakan atau benjolan di daerah ketiak, serta rasa sakit atau ketidaknyamanan pada payudara yang tidak kunjung sembuh merupakan gejala-gejala yang perlu diwaspadai, dan dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter," jelasnya.

Hal terpenting yang juga perlu dipahami oleh pasien kanker payudara adalah terdapat beberapa subtipe kanker payudara dan tiap subtipe memiliki metode pengobatannya masing-masing. Terdapat beberapa pilihan pengobatan yang disesuaikan dengan tipe dan stadium kanker payudara, di antaranya pembedahan, kemoterapi, terapi tanget, terapi hormon, radiasi, dan yang terkini adalah imunoterapi.

"Imunoterapi merupakan inovasi terkini dalam pengobatan kanker payudara terutama subtipe TNBC, yang merupakan penyakit heterogen amat kompleks dan memiliki pilihan terapi yang terbatas. Kami terus mengembangkan ilmu sains yang terdepan dan menghadirkan inovasi terkini dengan tujuan meningkatkan kualitas dan harapan hidup di seluruh dunia," kata Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou.

Di bulan kesadaran Kanker Payudara Sedunia, MSD pun terus mengampanyekan #NeverEnoughPink yang ingin memberikan harapan bagi para pasien kanker payudara. Terdapat beberapa rangkaian kegiatan dari kampanye #NeverEnoughPink ini, antara lain inisiatif Pink Chair di mana setiap karyawan MSD diajak untuk menuliskan pledge komitmennya apa yang akan mereka lakukan untuk membantu para pasien untuk mendapatkan kualitas dan harapan hidup yang lebih baik.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

(ELG)

MOST SEARCH