FITNESS & HEALTH
Alasan Imunisasi HPV Lebih Diutamakan ke Anak-anak
A. Firdaus
Rabu 15 November 2023 / 10:20
Jakarta: Anak-anak kelas 5 atau 6 SD menjadi yang diprioritaskan Kementerian Kesehatan dalam memberikan vaksin atau imunisasi Human papillomavirus (HPV). Dr. Keven Tali, Sp. OG menyatakan strategi dari Kemenkes ini punya alasan tersendiri.
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kemenkes tengah menggencarkan upaya pencegahan Kanker Serviks di Indonesia. Vaksinasi HPV menjadi salah satu cara mencegahnya dengan menyasar ke anak-anak sekolah dasar, atau paling tidak usia 9 sampai 14 tahun.
Menurut dr. Keven, usia mereka paling optimal terutama pada remaja. Selain itu, sekolah dasar atau sederajat menjadi basis yang paling mungkin dijangkau Kemenkes.
"Pemberian vaksin HPV di usia anak dan remaja merupakan yang paling optimal dalam memberikan kekebalan tubuh, karena ketika kita sudah sampai kena kanker serviks, maka kekebalan tubuh sudah melemah," ujar dr. Keven saat Kelas Jurnalis yang diinisiasi PT Merck Sharp & Dohme (MSD) dengan tema ‘Perluas Cakupan, Perkuat Kesadaran: Bersama Capai Generasi Bebas Kanker Serviks.
Kanker Serviks disebabkan infeksi Human papillomavirus (HPV) yang menyerang leher rahim. Infeksi HPV, menurut dr. Keven juga cukup tricky.
"Infeksi ini tak memberikan gejala-gejala khusus saat masuk ke leher rahim, dia tidak akan mengaktifkan sistem keamanan tubuh secara keseluruhan, prosesnya lama dan baru dirasakan 20 sampai 30 tahun setelah terpapar," terang dr. Keven.
Selain menyasar ke anak di kelas 5 dan 6 SD, demi memperluas cakupannya, Kemenkes juga menyasar ke anak-anak yang tak mendapatkan hak sekolah.
"Mulai 2023, Imunisasi HPV ini akan diberikan di semua wilayah di RI, dengan sasaran seperti di anak usia SD dan sederajat, hingga usia sederajat yang tidak sekolah. Kami melakukannya terintegrasi dengan Bulan Imunisasi Sekolah yang memang sudah rutin dilakukan selama ini di semua sekolah," ujar Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr. Prima Yosephine, MKM.
"Jadi pemberian vaksin HPV juga terintegrasi. Pihak Dinas Kesehatan harus bekerja sama dengan Sektor Dinas Pendidikan dan Dinas Sosial untuk anak-anak yang tidak sekolah," pungkas dr. Prima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kemenkes tengah menggencarkan upaya pencegahan Kanker Serviks di Indonesia. Vaksinasi HPV menjadi salah satu cara mencegahnya dengan menyasar ke anak-anak sekolah dasar, atau paling tidak usia 9 sampai 14 tahun.
Menurut dr. Keven, usia mereka paling optimal terutama pada remaja. Selain itu, sekolah dasar atau sederajat menjadi basis yang paling mungkin dijangkau Kemenkes.
"Pemberian vaksin HPV di usia anak dan remaja merupakan yang paling optimal dalam memberikan kekebalan tubuh, karena ketika kita sudah sampai kena kanker serviks, maka kekebalan tubuh sudah melemah," ujar dr. Keven saat Kelas Jurnalis yang diinisiasi PT Merck Sharp & Dohme (MSD) dengan tema ‘Perluas Cakupan, Perkuat Kesadaran: Bersama Capai Generasi Bebas Kanker Serviks.
Kanker Serviks disebabkan infeksi Human papillomavirus (HPV) yang menyerang leher rahim. Infeksi HPV, menurut dr. Keven juga cukup tricky.
"Infeksi ini tak memberikan gejala-gejala khusus saat masuk ke leher rahim, dia tidak akan mengaktifkan sistem keamanan tubuh secara keseluruhan, prosesnya lama dan baru dirasakan 20 sampai 30 tahun setelah terpapar," terang dr. Keven.
Selain menyasar ke anak di kelas 5 dan 6 SD, demi memperluas cakupannya, Kemenkes juga menyasar ke anak-anak yang tak mendapatkan hak sekolah.
"Mulai 2023, Imunisasi HPV ini akan diberikan di semua wilayah di RI, dengan sasaran seperti di anak usia SD dan sederajat, hingga usia sederajat yang tidak sekolah. Kami melakukannya terintegrasi dengan Bulan Imunisasi Sekolah yang memang sudah rutin dilakukan selama ini di semua sekolah," ujar Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr. Prima Yosephine, MKM.
"Jadi pemberian vaksin HPV juga terintegrasi. Pihak Dinas Kesehatan harus bekerja sama dengan Sektor Dinas Pendidikan dan Dinas Sosial untuk anak-anak yang tidak sekolah," pungkas dr. Prima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)