FITNESS & HEALTH
Epidemiolog Unair Sebut Pencegahan HMPV Mirip Covid-19
Aulia Putriningtias
Selasa 07 Januari 2025 / 10:05
Jakarta: Epidemiolog Universitas Airlangga Surabaya Windhu Purnomo mengatakan bahwa pencegahan HMPV mirip dengan Covid-19. Hal ini disampaikan pada wawancara khusus pada Metro TV Pagi.
Menurutnya, masyarakat sudah memelajari bagaimana protokol kesehatan dilakukan, yakni saat covid-19. Mulai dari memakai masker, cuci tangan hingga bersih, menghindari menyentuh wajah, dan menjaga jarak.
HMPV sendiri merupakan salah satu virus pernapasan yang belum banyak dikenal oleh masyarakat. Namun, penyakit ini memiliki dampak serius terutama pada kelompok rentan terutama anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem imun lemah.
HMPV dan virus covid-19 adalah dua hal berbeda. Hal ini dikarenakan HMPV bukanlah virus terbaru. Namun, kedua penyakit ini memiliki hal yang sama, yakni tingkat penularannya yang tinggi.
Human Metapneumovirus (HMPV) adalah virus RNA untai tunggal negatif yang termasuk dalam keluarga Pneumoviridae, dengan genus Metapneumovirus yang menyerang saluran pernapasan dan kerap menimbulkan gejala serupa dengan flu biasa.
"Jadi virus ini bukan virus baru ya karena sudah ditemukan artinya bukan-bukan virus baru dan berbeda dengan covid-19 kemarin," ungkap Windhu di Metro TV pada Minggu, 5 Januari 2025.
Virus HMPV ini pertama kali ditemukan pada tahun 2001 oleh peneliti Belanda. Kini menjadi perhatian serius setelah lonjakan kasus yang signifikan terutama di provinsi utara China.
(1).jpg)
(Epidemiolog Universitas Airlangga Surabaya Windhu Purnomo mengatakan HMPV dan virus covid-19 adalah dua hal berbeda. Hal ini dikarenakan HMPV bukanlah virus terbaru. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Windhu menegaskan bahwa penularan HMPV muncul di negara empat musim, seperti di China. Namun, bukan berarti hal ini tidak muncul di negara-negara tropis.
Misalkan adanya kasus yang terjadi di Malaysia. Malaysia mencatat 327 kasus infeksi human metapneumovirus (HMPV) sepanjang 2024. Angka itu naik signifikan dibandingkan 225 kasus pada 2023 atau 45 persen.
Windhu sendiri mengatakan untuk menekan angka penularan HMPV, sebaiknya dilakukan pemeriksaan di berbagai kantor kesehatan pelabuhan. Hal ini dilakukan sebagaimana Indonesia memberlakukan saat covid-19 lalu.
"Jadi tentu harus dilakukan dari kantor kantor kesehatan di pelabuhan artinya di pintu masuk dia itu," katanya.
"Cuma tentu tidak tidak perlu panik kemudian over protektif sehingga sampai orang takut masuk ekonomi yang kita mundur lagi ke belakang," lanjutnya.
Baca juga: Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Menkes: Tidak Perlu Panik
Windhu mengatakan sampai saat ini belum ada vaksinasi yang benar-benar dikhususkan HMPV. Namun, ketika seseorang mengalami gejala HMPV sebaiknya segera menghubungi fasilitas kesehatan. Adapun gejalanya yakni:
- Batuk kering atau berdahak
- Demam
- Hidung tersumbat atau berair
- Alami mengi
- Sakit tenggorokan
- Ruam di kulit
- Kesulitan bernapas atau sesak napas
Windhu juga menyarankan untuk melakukan isolasi mandiri ketika memgalami gejalanya. Tentunya, sebaiknya tetap mengonfirmasi kepada fasilitas pelayanan kesehatan untuk dapat ditindaklanjuti.
Sebab, menurutnya hampir seluruh penyakit karena virus dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali jika menghasilkan komplikasi. Perlu tetap adanya pengawasan untuk menekan angka HMPV, jika terdeteksi di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(TIN)
Menurutnya, masyarakat sudah memelajari bagaimana protokol kesehatan dilakukan, yakni saat covid-19. Mulai dari memakai masker, cuci tangan hingga bersih, menghindari menyentuh wajah, dan menjaga jarak.
HMPV sendiri merupakan salah satu virus pernapasan yang belum banyak dikenal oleh masyarakat. Namun, penyakit ini memiliki dampak serius terutama pada kelompok rentan terutama anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem imun lemah.
HMPV dan virus covid-19 adalah dua hal berbeda. Hal ini dikarenakan HMPV bukanlah virus terbaru. Namun, kedua penyakit ini memiliki hal yang sama, yakni tingkat penularannya yang tinggi.
Human Metapneumovirus (HMPV) adalah virus RNA untai tunggal negatif yang termasuk dalam keluarga Pneumoviridae, dengan genus Metapneumovirus yang menyerang saluran pernapasan dan kerap menimbulkan gejala serupa dengan flu biasa.
"Jadi virus ini bukan virus baru ya karena sudah ditemukan artinya bukan-bukan virus baru dan berbeda dengan covid-19 kemarin," ungkap Windhu di Metro TV pada Minggu, 5 Januari 2025.
Virus HMPV ini pertama kali ditemukan pada tahun 2001 oleh peneliti Belanda. Kini menjadi perhatian serius setelah lonjakan kasus yang signifikan terutama di provinsi utara China.
Apakah mungkin HMPV ditemukan pada negara tropis?
(1).jpg)
(Epidemiolog Universitas Airlangga Surabaya Windhu Purnomo mengatakan HMPV dan virus covid-19 adalah dua hal berbeda. Hal ini dikarenakan HMPV bukanlah virus terbaru. Foto: Ilustrasi/Dok. Pexels.com)
Windhu menegaskan bahwa penularan HMPV muncul di negara empat musim, seperti di China. Namun, bukan berarti hal ini tidak muncul di negara-negara tropis.
Misalkan adanya kasus yang terjadi di Malaysia. Malaysia mencatat 327 kasus infeksi human metapneumovirus (HMPV) sepanjang 2024. Angka itu naik signifikan dibandingkan 225 kasus pada 2023 atau 45 persen.
Windhu sendiri mengatakan untuk menekan angka penularan HMPV, sebaiknya dilakukan pemeriksaan di berbagai kantor kesehatan pelabuhan. Hal ini dilakukan sebagaimana Indonesia memberlakukan saat covid-19 lalu.
"Jadi tentu harus dilakukan dari kantor kantor kesehatan di pelabuhan artinya di pintu masuk dia itu," katanya.
"Cuma tentu tidak tidak perlu panik kemudian over protektif sehingga sampai orang takut masuk ekonomi yang kita mundur lagi ke belakang," lanjutnya.
Baca juga: Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Menkes: Tidak Perlu Panik
Apakah HMPV ada obatnya?
Windhu mengatakan sampai saat ini belum ada vaksinasi yang benar-benar dikhususkan HMPV. Namun, ketika seseorang mengalami gejala HMPV sebaiknya segera menghubungi fasilitas kesehatan. Adapun gejalanya yakni:
- Batuk kering atau berdahak
- Demam
- Hidung tersumbat atau berair
- Alami mengi
- Sakit tenggorokan
- Ruam di kulit
- Kesulitan bernapas atau sesak napas
Windhu juga menyarankan untuk melakukan isolasi mandiri ketika memgalami gejalanya. Tentunya, sebaiknya tetap mengonfirmasi kepada fasilitas pelayanan kesehatan untuk dapat ditindaklanjuti.
Sebab, menurutnya hampir seluruh penyakit karena virus dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali jika menghasilkan komplikasi. Perlu tetap adanya pengawasan untuk menekan angka HMPV, jika terdeteksi di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TIN)